Selasa, 28 April 2015

Persalinan sungsang



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

PersalinanLetakSungsang merupakan letak membujur dengan kepala janindi fundus uteri.Kejadiannya sekitar 3-4 % tetapi mempunyai angka morbiditas dan mortalitas janin yang tinggi. Yang di sebabbkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu Panggul sempit, Terdapat lilitantali pusat pendek, Kelainan uterus, Terdapat tumor dipelvis minor yang mengganggumasukkepalajaninke PAP, placenta previa dan kehamilan ganda. Terdapat dua mekanisme dalam kejadian letak sungsang yaitu Mulai dari bokong relative kecil, makin besar pada bahu dan persalinan kepala paling sulit dan yang kedua yaitu Persalinan yang masih mungkin dapat dilakukan hanyapertolongan menurut brach. Untuk penanganan dengan versi luar dapat di lakukan dengan berbagai macam pertimbangan yaitu saat kehamilan dengan umur kehamilan sekitar 35-36 minggu, masih mudah dilakukan karena air ketuban masih banyak dan  bagian terendah belummasuk PAP dan juga saat persalinan dengan pertimbangan pembukaan kurang dari 4 cm, ketuban masih intak, dan bagian terendah janin belum masuk PAP.

1.2       Tujuan

a.      Tujuan umum

Untuk menjadikan penambahan ilmu pengetahuan terhadap masyarakat untuk selalu memeriksakan kehamilannnya sehingga apabila terjadi kelainan seperti letak sungsang dapat lebih dini untuk di ketahui sehingga bias mendapatkan penanganan segera dan semaksimal mungkin, serta untuk tenaga kesehatan dapat menjadi bahan belajar yang lebih baik lagi sehingga dalam memberikan asuhan dan penanganana pelayanan kesehatan yang khususnya berkaitan dengan persalinan letak sungsang dapat lebih kompeten.

b.      Tujuan khusus

-Bagi mahasiswa
Untuk menjadi bahan belajar mahasiswa dalam pengembangan pengetahuan terhadap kejadian persalinan letak sungsang sehingga saat terjun ke lapanagan sudah mampu menerapkan ilmu-ilmunya dalam penagnganan persalinan dengan letak sungsang.
-Bagi institusi
Untuk mengembangkan cara belajar mengajar dalam lingkup institusi dan mampu mencetak enaga-tenaga kesehatan yang kompeten dan dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat
















1.3              Rumusan Masalah

2.      Apa yang di maksud dengan letak sungsang?
3.      Bagaimana pengananan persalinan dengan letak sungsang?
4.      Bagaimana bentuk-bentuk penangnan persalinan letak sungsang yang baik dan benar?
5.      Komplikasi apa saja yang dapat di timbulkan saat persalinan dengan letak sungasang?

1.4       Manfaat

Agar masyarakat lenbih aktif dalam malakukan pemeriksaan ANC sehingga dapat dengan dini mngetahui apa bila terjadi kelainan seperti letak sungsang sehingga saat persalinan dapat di lakukan penganaan yang maksimal, dan bagi tenaga kesehatan dapat lebih dini memantau perkembangana janin dan poisisi janin, apakah sudah tepat ataukah mengalami kelainan letak seperti letak sungsang dan dapat memberikan penangana dan asuhan persalinan yang kompeten dan meminimalkan terjadinya trauma terhadap ibu maupun bayi










BAB II
PEMBAHASAN


2.1       Definisi

1.      Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri (manuaba, 2001 : 237).
2.      Kehamilan letak sungsang yaitu janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong bagian bawah kavum uteri (Prawiroharjo, Sarwono 1999).
3.      Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau memanjang dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998 : 350).
4.      Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungakai janin berpresentasi ke dalam pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254).
5.      Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2006 : 606).
6.      Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa letak sungsang adalah suatu keadaan dimana letak pada janin memanjang dengan posisi kepala berada di fundus uteri.







2.2      Klasifikasi :

Menurut Mochtar ( 1998 ) klasifikasi Letak Sungsang adalah :

1.2.1    Letak bokong murni (Fank Breech)
Letak bokong dengan kedua tunkai terangkat keatas
1.2.2    Letak sungsang sempurna (Campliete Breech)
Letak bokong dimana kaki ada disamping bokong (Letak bokong sempurna        atau lipat kijang).
1.2.3    Letak sungsang kaki atau lutut
Letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :
·         kaki

- letak kaki sempurna (24%)
-Satu kaki : letak kaki tidak sempurna
·         Kedua lutut

-          letak lutut sempurna (1%)
-          Satu lutut : letak lutut tidak sempurna
(Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obsetri jilid 1 edisi 2, 1998)

2.3  Etologi

2.3.1        Sudut Ibu

a. Keadaan rahim
- Rahim arkuatus
- Setum pada rahim
- Uterus Dupletis
- Mioma bersama kehamilan

b. Keadaan plasenta
- Plasenta retak rendah
- Plasenta previa


c. Keadaan jalan lahir
- Kesempitan panggul
- Difermitas tulang panggul
- Terdapat tumor yang menghalangi jalan lahir dan perputaran keposisi kepala

c. Sudut janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang
- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
- Hidrosefalus atau Anensefalus
- Kehamilan kembar
- Hidramneon atau Oligohidramneon
- Prematuritas

2.4  Diagnosa


2.4.1    Anamnesa
Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah.
2.4.2    Pemeriksaan luar
Dibagian bawah uterus tidak teraba kepala, balutemen negative, teraba kepala dibagian fundus uteri, denyut jantung janin ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilikus
2.4.3    Pemeriksaan dalam
Setelah ketuban pecah teraba cakrum, kedua tuberalitas iskit, dan anus, bila teraba bagian kecil bedakan apakah kaki atau tangan
(FKUI, Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 edisi 3, 1999)
2.4.4    Pemeriksaan foto rongen
Bayangan kepala difundus
(Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obsetri jilid 1 edisi 2, 1998)

2.5       Mekanisme Persalinan Letak sungsang Fisiologis

Bokong masuk PAP dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan melakukan putar paksi dalam sehingga trachcanter depan berada dibawah simpesis dengan trachcenter depan sebagai hipamoklion, akan lahir trachcenter belakang, dan selanjunya seluruh bokong lahir, sementara itu bahu memasuki jalan lahir dan mengikuti jalan lahir untuk melakukan putar paksi dalam sehingga bahu depan berada dibawah simpisis, dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang bersama dengan tangan belakang, diikuti kelahiran bahu depan dan tangan depan.
Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putar paksi dalam sehingga sub occiput berada dibawah simpisis, sub occiput menjadi hipomoklion, berturut-turut akan lahir dagu, mulut, hidnug, muka kepala dan seluruhnya.
Persalinan kepala yang mempunyai terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir melampoui batas 8 menit dapat menimbulkan kesakitan atau kematian pada bayi.
Jenis pimpinan persalinan sungsang

1. Persalinan pervaginanam

Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan per vaginam di bagi menjadi 3 yaitu :
a. Persalinan spontan ( spontaneous breech ). Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht.
b. Manual aid ( partial breech extraction; assisted breech delivery ). Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c. Ekstraksi sungsang ( total breech extraction). Janin dilahirkan seluruhnya dengan mamakai tenaga penolong.

2. Persalinan per abdominam ( seksio sesarea).

1.      PROSEDUR PERSALINAN SPONTAN

Tahapan

1. Tahap pertama: fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusar (skapula depan). Disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan bokong, yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itufase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir, janin dapat bernafas lewat mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan intra kranial ( adanya ruptura tentorium serebelli ).



Teknik

1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan cunam Pipier.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua pangkal paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitosin intra muskulus. Pemberian oksitosi ini ialah untuk merangsang kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.
3. Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkam secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggu.
4. Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak sangat teregang, tali pusat dikendorkan lebih dahulu.
5. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin di dekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan denga di mulainya gerakan hiperlordosis ini, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu panggul. Maksud ekspresi Kristeller ini ialah:
a. Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat segera diselesaika (berakhir).
b. Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi.
c. Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.
6. Dengan gerakan hiperlordosis ini berturu-turut lahir pusar, perut, bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
7. Janin yang baru lahir diletakkan di perut ibu. Seoran asisten segera menghisap lendir dan bersamaan itu penolong memotong tali pusat.

Keuntungan

a. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga mengurangi bahaya infeksi.
b. Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.

Kerugian

a. 5-10 % persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan cara Bracht.
b. Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan terutama dalam keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku misalnya pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.


2.      PROSEDUR MANUAL AID
(PARTIAL BREECH EXTRACTION)


Indikasi
  1. Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, misalnya bila terjadi kemacetan baik pada waktu melahirkan bahu atau kepala.
  2. Dari semula memang hendak melakukan pertolongan secara manual aid.Di negara Amerika sebagian besar ahli kebidanan cenderung untuk melahirkan letak sungsang secara manual aid, karena mereka menganggap bahwa sejak pusar lahir adalah fase yang sangat berbahaya bagi janin, karena pada saat itulah kepala masuk ke dalam pintu atas panggul, dan kemungkinan besar tali pusat terjepit diantara kepala janin dan pintu atas panggul.
Tahapan
  1. Tahap pertama, lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan tenaga ibu sendiri.
  2. Tahap kedua, lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara / teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara:
a.       Klasik ( yang seringkali disebut Deventer)
b.      Mueller
c.       Lovset
d.      Bickenbach
  1. Tahap ketiga, lahirnya kepala.
Kepala dapat dilahirkan dengan cara:
a.       Mauriceau (Veit – Smellie)
b.      Najouks
c.       Wigand Martin – Winckel
d.      Prague terbalik
e.       Cunam Piper
Teknik
Tahap pertama : dilakukan persalinan secara Bracht sampai pusar lahir.
Tahap kedua    : melahirkan bahu dan lengan oleh penolong.
Cara Klasik
  1. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah melahirkan lengan belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada di ruangan yang lebih luas (sakrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simfisis. Tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan baru kemudian lengan belakang ini dilahirkan.
  2. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin, sehingga perut janin mendekati perut ibu.
  3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fosa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah – olah lengan bawah mengusap muka janin.
  4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
  5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
  6. Bila lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkam dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak dipunggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari – jari lain mencengkam dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin, sehingga lengan depan terletak di belakang. Kemudian lengan belakang ini dilahirkan dengan teknik tersebut di atas.
  7. Deventer melakukan cara Klasik ini dengan tidak mengubah lengan depan menjadi lengan belakang. Cara ini lazim disebut cara Deventer. Keuntungan cara Klasik ialah pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang, sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.
Cara Mueller
  1. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
  2. Bokong janin dipegang secara femuro – pelviks (duimbekken greep) yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krista iliaka dan jari – jari lain mencengkam paha bagian depan. Dengan pegangan ini badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simfisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
  3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secara femuro – pelviks ditarik ke atas, sampai bahu belakang lahir. Bila bahu belakang tidak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong. Keuntungan dengan teknik Mueller ini ialah tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir, sehingga bahaya infeksi minimal.
Cara Lovset
  1. Prinsip persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak – balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simfisis. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa adanya inklinasi antara pintu atas panggul dengan sumbu panggul dan bentuk lengkungan panggul yang mempunyai lengkungan depan lebih pendek dari lengkungan di belakang, sehingga setiap saat bahu belakang selalu dalam posisi lebih rendah dari bahu depan
  2. Badan janin dipegang secara femuro – pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang berlawanan setengah lingkaran, demikian seterusnya bolak – balik, sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan dapat dilahirkan.
  3. Bila lengan janin tidak dapat lahir dengan sendirinya, maka lengan janin ini dapat dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan jari penolong
  4. Keuntungan cara Lovset.
a.       Teknik yang sederhana dan jarang gagal
b.      Dapat dilakukan pada segala macam letak sungsang tanpa memperhatikan posisi lengan.
c.       Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga bahaya infeksi minimal.
  1. Cara Lovset ini dianjurkan dalam memimpin persalinan letak sungsang pada keadaan – keadaan dimana diharapkan akan terjadi kesukaran, misalnya:
a.       Primigravida
b.      Janin yang besar
c.       Panggul yang relatif sempit

Cara Bickenbach’s
Prinsip persalinan secara Bickenbach’s ialah merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara Klasik. Teknik ini hampir sama dengan cara Klasik.
Melahirkan lengan menunjuk (nuchal arm)
  1. Yang dimaksud lengan menunjuk ialah bila salah satu lengan janin melingkar dibelakang leher dan menunjuk ke suatu arah. Berhubung dengan posisi lengan semacam ini tidak mungkin dilahirkan karena tersangkut di belakang leher, maka lengan tersebut harus dapat diubah sedemikian rupa, sehingga terletak di depan dada.
  2. Bila lengan belakang yang menunjuk, maka badan atas janin dicengkam dengan kedua tangan penolong, sehingga kedua ibu jari diletakkan pada punggung janin sejajar sumbu panjang badan. Sedangkan jari – jari lain mencengkam dada. Badan anak diputar searah dengan arah lengan menunjuk ke arah belakang (sakrum), sehingga lengan tersebut terletak di depan dada  dan menjadi lengan belakang. Kemudian lengan ini dilahirkan dengan cara Klasik.
  3. Bila lengan depan yang menunjuk, maka dilahirkan dengan cara yang sama, hanya cara memegang badan atas dibalik, yaitu ibu jari diletakkan di dada dan jari lain mencengkam punggung.
Melahirkan lengan menjungkit
Yang dimaksud lengan menjungkit ialah bila lengan dalam posisi lurus ke atas di samping kepala. Cara terbaik untuk melahirkan lengan menjungkit ialah dengan cara Lovset. Perlu diingat, bila sedang melakukan pimpinan persalinan secara Bracht, kemudian terjadi kemacetan tersebut karena kelainan posisi lengan tersebut di atas.
Tahap ketiga: melahirkan kepala yang menyusul ( after coming head ).
Cara Mauriceau ( Veit – Smellie)
  1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk, dan jari keempat mencengkam fosa kanina, sedang jari lain mencengkam leher. Badan anak  diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah – olah janin menunggang kuda.
Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkam leher janin dari arah punggung.
  1. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi Kriteller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang mencengkam leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin dielevasi ke atas dengan siboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut – turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun – ubun besar dan akhirnya lahirlah seluruh kepala janin.




Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan bila kepala masih tinggi, sehingga jari penolong tidak dapat dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong mencengkam leher janin dari arah depan dan belakang. Kedua tangan penolong menarik bahu curam ke bawah dan bersamaan dengan ini seorang asisten mendorong kepala janin ke arah bawah. Cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan trauma yang berat pada sumsum tulang di daerah leher.
Cara Prague terbalik
Teknik Prague terbalik dipakai bila oksiput dengan ubun – ubun kecil berada di belakang dekat sakrum dan muka janin menghadap simfisis. Satu tangan penolong mencengkam leher dari arah bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki. Kaki janin ditarik ke atas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin, sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan
Cara cunam Piper
  1. Cunam Piper dibuat khusus untuk melahirkan kepala janin pada letak sungsang, sehingga mempunyai bentuk khusus, yaitu:
a.       Daun cunam berfenestra, yang mempunyai lengkungan panggul yang agak mendatar (baik untuk pemasangan yang tinggi).
b.      Tangkainya panjang, melengkung ke atas dan terbuka, keadaan ini dapat menghindari kompresi yang berlebihan pada kepala janin.
  1. Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki, dan kedua lengan janin diletakkan di punggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas, sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
  2. Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan pemasangan cunam pada letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini cunam dimasukkan dari arah bawah, yaitu sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah suboksiput tampak di bawah simfisis, maka cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion, berturut – turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir


3.      PROSEDUR EKSTRAKSI SUNGSANG

Teknik ekstraksi kaki
1.      Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian-bagian kecil janin dimasukkan secara obstetric ke dalam jalan lahir, sedang tangan yang lain membuka labia. Tangan yang di dalam mencari kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang di luar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
2.      Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang betis, dan jari-jari lain di depan betis. Dengan pegangan ini, kaki janin di tarik curam ke bawah sampai pangkal paha lahir.
3.      Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan paha.
4.      Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas sehingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter telah lahir berarti bokong lahir.
5.      Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan lahir lebih dulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.
6.      Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks. Dengan pegangan ini badan janin ditarik curam ke bawah sampai pusar lahir.
7.      Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual aid.
Teknik ekstraksi bokong
1.      Ekstraksi bokong dikerjakan bila jenis letak sungsang adalah letak bokong murni (frank breech), dan bokong sudah berada di dasar panggul, sehingga sukar untuk menurunkan kaki.
2.      Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini, pelipatan paha dikaitkan dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain mencengkam pergelangan tangan tadi, dan turut menarik curam ke bawah.
3.      Bila dengan tarikan ini trochanter depan mulai tampak di bawah simfisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.
4.      Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks (duimbekken greep), kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
Penyulit
1.      Sufokasi. Bila sebagian besar badan janin sudah lahir, terjadilah pengecilan rahim, merangsang janin untuk bernafas. Akibatnya darah, mucus, cairan amnion dan mekonium akan diaspirasi, yang dapat menimbulkan sufokasi. Badan janin yang sebagian sudah berada di luar rahim, juga merupakan rangsangan yang kuat untuk janin bernafas.
2.      Asfiksia fetalis. Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir, yang menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi, dengan bahaya terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk panggul (fase cepat).
3.      Kerusakan jaringan otak. Trauma pada otak janin terjadi, khususnya pada panggul sempit atau adanya disproporsi sefalo-pelvik, servik yang belum terbuka lengkap, atau kepala janin yang dilahirkan secara mendadak, sehingga timbul dekompresi.
4.      Fraktur pada tulang-tulang janin.
Kerusakan pada tulang janin dapat berupa:
a.       Fraktur tulang-tulang kepala.
b.      Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit (extended)
c.       Fraktur klavikula ketika melahirkan bahu yang lebar.
d.      Paralisis brakialis
e.       Fraktur femur
f.       Dislokasi bahu
g.      Dislokasi panggul terutama pada waktu melahirkan tungkai yang sangat ekstensi (flexi maksimal)
h.      Hematoma
Mengingat penyulit pada janin akibat persalinan pervaginam cukup berat, maka perlu dilakukan evaluasi obstetric dengan teliti, sebelum memutuskan untuk melahirkan janin pervaginam. Bila sudah diputuskan melahirkan janin pervaginam, maka penolong dituntut untuk menguasai teknik persalinannya secara trampil. Cara persalinan secara ekstraksi total (total extraction) merupakan cara persalinan dengan penyulit janin yang sangat buruk, yaitu kematian janin 3 kali lebih banyak dibanding persalinan spontan. Oleh karena itu cara persalinan ini sekarang sudah tidak dianjurkan lagi pada janin hidup. Kematian perinatal pada letak sungsang dibanding dengan letak belakang kepala rata-rata 5 kali lebih banyak.




4         PROSEDUR PERSALINAN SUNGSANG PER ABDOMINAL

1.      Persalinan letak sungsang dengan seksio sesarea sudah tentu merupakan cara yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam, memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya akan tampak baik pada waktu persalinan maupun baru di kemudian hari.
2.      Namun hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan perabdominal. Untuk melakukan penilaian apakah letak sungsang dapat melahirkan pervaginam atau harus perabdominam kadang-kadang sukar.
3.      Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus dilahirkan per abdominal, misalnya:
a.       Primigravida tua
b.      Nilai social janin tinggi (high social value baby)
c.       Riwayat persalinan yang buruk (bad obstetric history)
d.      Janin besar, lebih dari 3.5 kg – 4 kg
e.       Dicurigai adanya kesempitan panggul
f.       prematuritas


2.6   Prognosis

2.6.1    Bagi ibu
Kemunkinan robekan pada perenium lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
2.6.2    Bagi anak
Proknosa tidak begitu baik, karena ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menubrito aspiksio
2.7       Penanganan / Terapi
·         Sikap sewaktu hamil
Kerena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik, maka usahakan merubah letak janin dengan versi luar.
Tujuannya adalah untuk merubah letak menjadi letak kepala hal ini dilakukan pada primi dengan kehamilan 34 minggu, mulai dengan usia kehamilan 36 minggu dan tidak ada panggul sempit, gemili atau plasenta previa.
Teknik :
- Lebih dahulu bokong dilepaskan dari PAP dan ibu berada dalam posisi Trendelm Burg
- Tangan kiri letakkan dikepala dan tangan kanan pada bokong
- Putar ke arah muka atau perut janin
- Lalu putar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan kanan dikepala
- Setelah berhasil pasang gurita, observasi TTV, DDJ serta keluhan

2.8       Sikap Bidan Dalam Mengahadapi Letak Sungsang

Bidan yang menghadapi kehamilan dan persalinan letak sungsang sebaiknya :
- Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapatkan petunjuk kepastian dalam lahir
- Bila ada kesempatan, melakukan rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan persalinan yang optimal
- Bila terpaksa, melakukan pertolongan persalinan letak sungsang sebaiknya bersama dokter
- Klien harus diberikan KIE dan motifasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk Informetconsen









BAB III
PENUTUP


3.1.      Kesimpulan
            Persalinan letak sungsang adalah letak membujur dengan kepala janin difundus uteri. Dengan insidensi 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (≥ 37 minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai. Sebab-sebab terjadinya letak sungsang adalah panggul sempit, terdapat lilitan tali pusat pendek, kelainan uterus, terdapat tumor dipelvis minor yang mengganggu masuk kepala janin ke PAP, plasenta previa, dan kehamilan ganda.

3.2.      Saran
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan masukan, kritik, serta saran dalam melakukan pengkajian tentang ”Persalinan Letak Sungsang”. Kritik dan saran yang membangun, agar di kedepan kami dapat membuat makalah yang lebih baik.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar