Selasa, 28 April 2015

Asuhan Kebidanan pada Anak dengan Typhoid Fever



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Typhoid atau yang biasa disebut tipus merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri salmonella enterica typhi. (cetrion.blogspot.com/2008/11/demam-typhoid.html).
Typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting di banyak negara berkembang, secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit yphoid tiap tahunnya. Typhoid merupakan penyakit endemmic di Afrika, Amerika, Latin, Dan Asia Tenggara. Dalam hal ini indonesia termasuk dalam negara endemic typhoid. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang no 6 tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah mennular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. WHO memperkirakan 17 juta kasus terjadi di seluruh dunia dengan 600.000 kematian tiap tahunnya.
 Di indonesia typhoid merupakan jenis kasus penyakit yang cukup tinggi, yaitu sekitar 28-810 kasus per-100.000 penduduk pertahun. Dari survei berbagai rumah sakit di indonesia dari tahun 2008 sampai dengan 2013 memperlihatkan peningkatan jumlah penderita sekitar 35,8 % yaitu 19.596 menjadi 26.606 kasus. (Depkes RI 2013).
Insiden tertinggi typhoid di dapatkan pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan yang sembuh sendiri dan menjadi kebal. Insiden typhoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan. Perbedaan insiden di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan. (Badriyanto 2010)
Karena angka kejadian yang selalu meningkat setiap tahunnya pada penderita typhoid, maka peran tenaga kesehatan sangat penting dalam hal ini yaitu dengan cara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Secara promotif yaitu dengan memberi penyuluhan tentang hygine dan sanitasi lingkungan tempat tinggal yang baik serta pentingnya menjaga diri sendiri. Secara preventif yaitu imunisasi cotipa(colera, typhus, paratyphus), menghindari makanan dan minuman yangn terkontaminasi. Secara kuratif yaitu pengawasan minum obat klien secara teratur untuk mencegah penyebaran kuman. Secara rehabilitatif yaitu control ulang penderita typhoid setelah keluar dari rumah sakit, pengawasan pembuangan tinja yang ketat untuk mencegah penyebaran kuman. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan peningkatan penderita typhoid dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit typhoid lebih lanjut seperti perdarahan dan terjadinya ferforasi usus serta komplikasi ke organ lain seperti meningitis.(Djoko Widodo. Tropic Infeksi, 2009)
Berdasarkan data di atas, dampak komplikasi yang di timbulkan maka penulis tertarik untuk menangani kasus pada klien Tn. K dengan typhoid Fever di Ruang 307 Pav. Kutilang Rumah Saskit Ibu Dan Anak Aqidah.
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran. Di Indonesia, demam typhoid dapat ditentukan sepanjang tahun. Ada penelitian yang mendapatkan peningkatan jumlah kasus pada musim penghujan. Ada pula yang mendapatkan hasil penelitian pada peralihan antara musim kemarau dan musim penghujan.
( Ngastiyah, 2005).
Insiden tertinggi demam typhoid didapatkan pada anak-anak berumur satu tahun. Sebagian besar (80 %) pasien yang dirawat, dibayar kesehatan anak FKUI RSCM Jakarta berumur 5 tahun.Terdapat dua penularan salmonella typhoid yaitu pasien dengan demam typhoid karier di daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar salmonella typhosa. Sedang di daerah non endemik transmisi terjadi melalui makanan yang tercemar oleh karier. (Ngastiyah, 2005).
Penderita demam typhoid perlu mendapatkan penanganan dini, yaitu isolasi, desinfeksi pakaian, istirahat selama demam hingga dua minggu, diit tinggi kalori, tinggi kalori, tinggi protein dan rendah serta. Penanganan dini yang di lakukan pada penderita demam typhoid bertujuan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya dampak yang tidak di inginkan misalnya perdarahan usus, perforasi usus, pentanitis, dehidrasi dan asidosis.Penyakit Typoid termasuk penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara sedang berkembang.

1.2 Rumusan Masalah
            Dari uraian di atas maka di dapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa itu penyakit typhoid?
2.      Apa saja yang menjadi penyebab penyakit typhoid?
3.      Bagaimanakah proses penyakit ini masuk kedalam tubuh?
4.      Apakah penyakit ini menular?
5.      Bagaimanakah cara mencegahnya?
6.      Komplikasi apa saja yang bisa terjadi pada penyakit ini?
1.3 Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Untuk memenuhi Tugas Konsep Dasar Praktik Kebidanan serta mengetahui secara nyata tentang penyakit typhoid fever.
2.      Tujuan Khusus
Setelah melaksakan penerapan dengan kasus typhoid, penulis mampu dalam :
a.       Melakukan pengkajian pada klien dengan typhoid
b.      Menganalisa masalah/diagnosa pada klien dengan typhoid
c.       Menentukan diagnosa potensial pada klien dengan typhoid
d.      Melakukan tindakan segera pada klien dengan typhoid
e.       Melakukan perencanaan tindakan pada klien dengan typhoid
f.       Melakukan pelaksanaan tindakan pada klien dengan typhoid
g.      Melakukan evaluasi tindakan pada klien dengan typhoid
1.4 Metode Penulisan
            Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1.      Observasi
Mengamati klien secara langsung untuk memperoleh gambaran secara nyata sesuai kondisi klien
2.      Wawancara
Mengadakan komunikasi secara langsung pada orang tua klien, perawat ruangan, dan dokter untuk mengetahui dan melengkapi data tentang keluhan dan permasalahan yang di rasakan oleh klien
3.      Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara pemeriksan fisik secara menyeluruh dari ujung rambutsampai ujung kaki (head to toe) dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
4.      Study dokumentasi
Dengan mengumpulkan data mengenai keadaan klien berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang dan catatan medis
5.      Study kepustakaan
Dengan mempelajari literatur kebidanan, keperawatan dan kedokteran yang berhubungan dengan masalah typhoid



1.5 Sistematika Penulisan
            Adapun sistematika penulisan makalah ini terbagi atas:
1.       BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan
2.      BAB II : Tinjauan teori  yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penataaksanaan, dan konsep dasar hellen varney
3.      BAB III : Tinjauan Kasus
4.      BAB IV : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

























BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Demam Typhoid
2.1.1 Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.
Typhoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang diawali di selaput lendir usus dan, jika tidak diobati, secara progresif menyerbu jaringan di seluruh tubuh. Typhoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella typhosa yang terjadi akibat kontaminasi makanan dan air dengan tinja pasien atau karier tifoid.
Typhoid adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman salmonella typhosa. (Aru, W Sudoyo. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Hal 1752).
Tifus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.
(Kapita slekta anak jilid 2 th 2001:432).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
2.1.2 Etiologi
Typhoid disebabkan oleh salmonella typhi yang mempunyai ciri-ciri merupakan basil gram negative, bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora, mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic), antigen H (flagella), dan antigen Vi. Dan salmonella parathypi A, B, dan C.
Salmonela Typosa mempunyai 3 macam anti gen yaitu:
a.    Antigen O (Ohne Hauch)
Somatik terdiri dari zat kompleks lipopoli sakarida
b.    Antigen H (Hauc)
Terdapat pada flagela dan bersifat termolabil.
c.    Antigen V1 (Kapsul)
Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.
(Dr.T.H Rompengan,1997:57).
2.1.3 Gejala Klinis
Biasanya yang dialami pada siang hari demam berkurang bahkan terkadang tidak demam namun  panas dialami pada saat sore dan malam hari. Ini merupakan tanda yang khas demam typhoid.
·         Minggu I     : infeksi akut (demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, mual, diare)
·         Minggu II    : Gejala lebih jelas (demam, bradikardia relatif, lidah kotor, nafsu makan menurun, hepatomegali, gangguan kesadaran).
2.1.4  Patofisiologi
Penularan salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu food (makanan), finger (jari tangan/kuku), fluid (cair), fly (lalat), dan melalui feses. Masuknya kuman salmonella typhi dan salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh enzim lambung HCL, dan sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila Respon imunitas humoral usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel  dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke plaque peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesentrika. Selanjutnya kuman yang berkembang biak di dalam makrofag masuk ke dalam sirkulasi darah melalui duktus thorasikus (mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa.
Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam srkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik. Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu dan berkembang biak, di hati darah mengalir melewati berjuta-juta sinusoid hati dan akhirnya meninggalkan hati melalui vena hepatika yang berakhir ke dalam vena cava dari sirkulasi sistemik. Aliran darah sekunder yang melalui hati ini menyebabkan sel-sel retikuloendotelial yang membatasi sinusoid-sinusoid hati mengeluarkan bakteri dan bahan partikel lainnya yang mungkin memasuki aliran darah sistemik dari traktus gastrointestinal sehingga kuman tersebut bersama cairan empedu diekskresikan ke dalam lumen usus.dan bersama cairan empedu diekskresikan secara intermittent ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian lagi masuk ke dalam sirkulasi setelah menembus usus.
Karena proses yang sebelumnya dan makrofag yang telah teraktivasi dan hiperaktif maka pada saat fagositosis kuman salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yaitu endotoksin yang merangasang makrofag untuk memproduksi sitokin diantaranya tumor necrosing factor (TNF), Interleukin-1 (IL-1) dan Interferon. Produksi makrofag tersebut diatas dapat, menyebabkan nekrosis selular, perangsangan sistem imun, ketidakstabilan vaskuler, penekanan sum-sum tulang dan demam. Interleukin -1 dan TNF merangsang reaksi fase akut yang bersifat sistemik sebagai respon terhadap infeksi yaitu demam. Interleukin -1 yang menempel pada reseptor khusus di hipotalamus dan merangsang terjadinya sintesa prostaglandin secara lokal. Prostaglandin berkeja meningkatkan produksi panas, mengurangi kehilangan panas, menghambat proses berkeringat dan menstimulasi terjadinya vasokontriksi dan menggigil sehingga penderita mengalami demam sedangakn TNF juga merangsang pembentukan nitric oxide (NO) yang berfungsi sebagai pengatur pelepasan neurotransmitter maupun sebagai pengatur aliran darah selain itu NO mempunyai efek relaksasi otot polos dan vasodilatasi yang terjadi pada pembuluh darah meningen menyebabkan penderita mengeluh sakit kepala, interferon adalah suatu glikoprotein yang dilepas sebagai respon terhadap infeksi virus untuk membunuh virus dan sel neoplasma.
2.1.6 Manifestasi klinis
1.      Inkubasi 5-40 hari (rata-rata 10-14 hari)
Gejala klinis sangat bervariasi - ∑ kuman, status nutrisi, imunologis, dan lama sakit dirumah
2.      Nyeri kepala, malaise, anoreksia, nausea, mialgia, radang tenggorokan, nyeri perut, obstipasi atau diare
3.      Lidah kotor putih ditengah dengan tepi dan ujung kemerahan.
2.1.7 Tanda dan Gejala
1.      Demam tinggi dari 39°C sampai 40 °C yang meningkat secara perlahan
2.       Tubuh menggigil
3.      Denyut jantung lemah (bradycardia)
4.      Badan lemah (weakness)
5.       Sakit kepala
6.      Nyeri otot myalgia
7.       Kehilangan nafsu makan
8.      Konstipasi
9.      Sakit perut
10.  Pada kasus tertentu, muncul vlek merah muda (rose spots)
(Djoko Widodo, Tropik Infeksi hal : 2798, 2009)
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada demam tifoid adalah komplikasi intestinal berupa perdarahan sampai perforasi usus. Perforasi terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan usus yang berat ditemukan pada 1-10% anak dengan demam tifoid. Komplikasi ini biasanya terjadi pada minggu ke-3 sakit. Komplikasi ini umumnya didahului dengan suhu tubuh dan tekanan darah menurun, disertai dengan peningkatan denyut nadi. Perforasi jarang terjadi tanpa adanya perdarahan sebelumnya dan sering terjadi di ileu bagian bawah. Perforasi biasanya ditandai dengan peningkatan nyeri abdomen, kaku abdomen, muntah-muntah, nyeri pada perabaan abdomen.
            Adanya komplikasi neuropsikiatri, Sebagian besar bermanifestasi gangguan kesadaran, diorientasi, delirium, obtudansi, stupor bahkan koma. Hepatitis tifosa asimtomatik dapat dijumpai pada kasus demam tifoid dengan ditandai peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok. Ikterus dengan atau tanpa disertai kenaikan kadar transaminase maupun kolesistitis akut juga dapat dijumpai, sedang kolesistitis kronik yang terjadi pada penderita setelah mengalami demam tifoid dapat dikaitkan dengan adanya batu empedu.
            Sistitis dan pielonefritis dapat juga merupakan penyulit demam tifoid. Proteinuria transien sering dijumpai, sedangkan glomerulonefritis yang dapat bermanifestasi sebagai gagal ginjal maupun sindrom nefrotik mempunyai Komplikasi lain yang juga dapat terjadi adalah enselopati, trombosis serebral, ataksia, dan afasia, trombositopenia, koagulasi intrvaskular diseminata, Hemolytic Uremic Syndrome, fokal infeksi di beberapa lokasi sebagai akibat bakteremia misalnya infeksi pada tulang, otak, hati, limpa, otot, kelenjar ludah. Relaps yang didapat pada 5-10% kasus demam tifoid saat era pre antibiotik, sekarang lebih jarang ditemukan. Apabila terjadi relaps, demam timbul kembali setelah penghentian antibiotik.
1)        Komplikasi intestinal :
a.       Perforasi usus halus (0,5-3 %)
Pada minggu ke-3 sakit di mulai dari penurunan suhu dan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, muntah, nyeri abdomen dan tanda    peritonitis lainnya.
b.        Ileus parilitik
Suatu keadaan akut abdomen berupa (distensi abdomen) karena usus tidak berkontraksi akibat adanya gangguan motilitas

c.       Relaps (5 - 10%)
Demam dapat timbul kembali saat konvelesan penghentian antibiotik.
d.      Perdarahan usus
2)      Komplikasi ekstra-intestinal :
a.       Komplikasi kardiovaskular :
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
b.      Komplikasi Darah :
Anemia hemolitik, trombositopenia dan/atau disseminated intravascular coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik.
c.       Komplikasi paru :
Pneumonia, empiema dan pleuritis.
d.      Komplikasi hepar dan kandung empedu :
Hepatitis dan kolesistitis.
e.       Komplikasi ginjal :
Glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
f.       Komplikasi tulang :
Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.
g.      Komplikasi neuropsikiatrik :
Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrom Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
(Ringkasan patologi anatomi,Yayan Akhyar Ikhyar, 2006)
2.1.9    Pemeriksaan penunjang
            Pemeriksaan penunjang dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
1.        Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limpositosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid. Jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walapupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa typhoid.


2.      Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3.      Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini di karenakan hasil biakan darah tergantung beberapa faktor yang  mengharuskan biakan darah ini dilakukan.
4.         Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinin anatara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutini yang sfesifik terhadap sallmonella thypi juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.
Akibat infeksi oleh salmonella typhi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a.       Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O, berasal dari tubuh kuman
b.      Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H, berasal dari flagel kuman.
c.       Aglutini Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi, berasal dari simpai kuman
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
5.      UjI Typhidot
Uji ini dapat mendeteksi antibodi igM dan igG yang terdapat pada protein membran luar salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan  2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi igM dan igG terhadap antigen S.typhi seberat 50 KD, yang terdapat pada strip nitroselulosa. Didapatkan sensitivitas uji ini sebesar 90 % spesifitas sebesar 6.6 % dan efisiensi sebesar 83 %.
6.      Uji Tubex
Uji ini merupakan uji semi kuantitatif kolometrik yang cepat(beberapa menit dan mudah untuk dikerjakan) uji ini mendeteksi antibodi anti S-typhi O9 pada serum pasien, dengan cara menghambat ikatan antara igM anti O9 yang terkonjungsi pada partikel latex yang bewarna dengan lipopolisakarida S-typhi  yang terkonjungsi pada partikel magnetik latex. Hasil uji tubex ini menunjukan adanya infeksi salmonella serogroup D walau tidak secara sfesifik menunjuk pada S-typhi infeksi oleh S.paratyphi akan memberikan hasil negatif.
7.      Kultur Darah
Uji ini digunakan untuk mendeteksi kuman seperti bakteri atau jamur dalam darah, dan uji ini memerlukan waktu seminggu untuk mendapatkan hasilnya.
8.           Uji igM Dipstick
Uji ini secara khusus mendeteksi antibodi igM sfesifik terhadap S-Typhi pada spesimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang mengandung antigen lipopolisakarida (LPS S-Typhi dan anti igM (Sebagai kontrol reagen deteksi yang mengandung antibodi anti igM yang dilekati dengan latex pewarna. Cairan membahasi strip sebelum di inkubasi dengan reagen dan serum pasien, tabung uji. Komponen perlengkapan ini disimpan selama 2 tahun pada suhu 4-250C ditempat kering tanpa paparan sinar matahari. Pemeriksaan dimulai dengan inkubasi strip pada larutan campuran reagen deteksi dan serum, selama dengan 3 jam pada suhu kamar setelah inkubasi, strip dibilas dengan air mengalir dan keringkan. Secara kuantitatif, diberikan penilaian terhadap garis uji dengan membandingkannya dengan reference strip, garis kontrol harus terwarna dengan baik. Pemeriksaan ini mudah dan cepat (1 hari) namun akurasi hasil di dapatkan bila pemeriksaan di lakukan 1 minggu setelah timbulnya gejala.
2.1.10 Vaksinasi Typhoid
Vaksin pertama kali ditemukan tahun 1896 dan setelah tahun 1960 efektivitas vaksinasi telah ditegakkan. Keberhasilan proteksi sebesar 51 – 88% (WHO) dan sebesar 67% (Universitas Maryland) bila terpapar 105 bakteri tetap, tidak mampu proteksi bila terpapar 107 bakteri.
Vaksinasi typhoid belum dianjurkan secara rutin di USA, demikian juga di daerah lain. Indikasi vaksinasi adalah bila hendak mengunjungi daerah endemik, risiko terserang demam typhoid semakin tinggi untuk daerah berkembang (Amerika Latin, Asia, Afrika).
Jenis vaksin :
1.      Vaksin oral : Ty21a (Vivotif Berna) belum beredar di indonesia
2.      Vaksin parenteral : ViCPS (Typhim Vi/Pasteur Merieux), vaksin kapsul polisakarida.

2.1.11 Penatalaksanaan Medis
1.          Farmakoterapi
a.       Klorampenikol
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg/hari dapat diberikan secara oral / intravena sampai dengan 7 hari bebas panas.
b.         Tiamfenikol
Dosis tramfenikol adalah 4 x 500 mg, demam rata – rata menurun pada hari ke-5 sampai ke-6.
c.       Kotrimoksazol
Dosis untuk orang dewasa adalah 2 x 2 tablet/hari diberikan selama 2 minggu.
d.      Ampisilin dan amoksilin
Dosis 75 – 150 mg/kgBB/hari digunakan sampai 7 hari bebas demam. Demam rata – rata turun 5 – 6 hari.
e.       cefalosporin generasi ketiga
Antara lain cefuperazon, ceftriaxon, cefotaxim.
f.       Fluorokuinolon
·         Norfloksanin dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari.
·         Siprofloksanin dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari.
·         Ofloksanin dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari.
·         Pefloksanin dosis 400 mg/hari selama 7 hari.
·         Fleroksanin dosis 400 mg/hari selama 7 hari.
2.      Nonfarmakoterapi
a.          Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah  komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya seperti makan,  minum, mandi, buang air kecil, buang air besar akan mempercepat masa  penyembuhan.
b.      Diet
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam typhoid. diberi diet bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi.


2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hallen Varney
            Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah dalam bidang kebidanan, manajemen asuhan ini terdiri dari 7 langkah yaitu :
2.2.1. Pengumpulan data/pengkajian
            Adalah pengumpulan data lengkap dan mempermudah seluruh data yang dibutuhkan untuk penilaian secara sempurna dari klien.
a.      Data Subyektif
Identitas/Biodata
§  Nama bayi                   : untuk memberi identitas pada bayi tersebut agar tidak tertukar dengan bayi lain
§  Umur bayi                   : untuk mengetahui berapa dosis obat yang tepat untuk diberikan pada bayi tersebut
§  Tanggal/jam/lahir         : untuk mengetahui umur bayi
§  Jenis kelamin               : untuk membedakan dari bayi lain
§  No register                  : untuk mengetahui nomor register bayi agar tidak tertukar dengan bayi yang lain
§  Identitas keluarga       : untuk memastikan identitas dari bayi tersebut
b.      Data Objektif
1)      Pemeriksaan Umum
Terdiri dari keadaan umum, suhu, pernafasan, Nadi, dan BB bayi
2)      Pemeriksaan fisik secara sistematik
a.       Inspeksi
§  Kepala             : adakah benjolan atau tidak, bersih atau tidak, adakah kelainan atau tidak
§  Wajah              : simetris atau tidak, pucat atu tidak, adakah odema atau tidak
§  Mata                : adakah tanda-tanda infeksi atau tidak, pucat atu tidak, adakah kelainan atau tidak
§  Telinga            : simetris atau tidak, brsih atau tidak
§  Mulut              : bibir dan langit-langit norml atau tidak, stomatitis atau tidak, caries gigi atau tidak
§  Hidung            : adakah septum nasal atau tidak, adakah polip atau tidak, bersih atau tidak, adakah nafas tambahan atau tidak
§  Leher               : adakah pembesaran kelenjar atau tidak, adakah struma atau tidak
§  Dada               : bagaimanakah bentukya, puting susunya, dan pernafasannya
b.      Palpasi
§  Hidung            : adakah fraktur atau tidak
§  Leher               : adakah pepmbengkakan atau tidak
§  Abdomen        : adakah pembesaran abnormal atau tidak
c.       Auskultasi
§  Dada               : adakah bunyi tambahan atau tidak (stridor, ronchi, wishing)
§  Abdomen        : adakah bising usu atau tidak
d.      Perkusi
§  Abdomen        : adakah mistiorismus atau tidak
2.2.2 interprestasi data
            Yaitu menentukan diagnosa/masalah. Langkah ini dikembangkan dan di interprestasi data kedalam identifikasi yang spesifik mengenai masalah atau diagnosa, sedangkan masalah tidak dapat didefinisikan suatu diagnosa tetapi membutuhkan suatu pertimbangan dalam pengembangan suatu rencana yang komprehesif untuk pasien masalah lebih sering di identifikasikan oleh pasien dan diagnosa yang telah di tetapkan diagnosa di ideentifikasikan oleh bidan/petugas kesehatan dan berfokus pada apa yang dikemukakan oleh klien/keluarga klien.
2.2.3 identifikasi diagnosa masalah potensial
            Langkah ini berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah teridentifikasi yaitu merupakan kegiatan antisipasi pencegahan jika memungkinkan menunggu, waspada dan persiapan untuk segala sesuatu yang terjadi.
2.2.4 identifikasi kebutuhan segera atau kolaborasi
            Langkah ini menggambarkan proses manajemen yang tidak hanya pada pelayannan dasar. Data yang baru tetap diperoleh dari evaluasi beberapa data yang memberikan indikasi adanya situasi emergency dimana bidan harus bertindak segera disamping menunggu tindakan dokter.
2.2.5 Intervensi 
            Langkah ini di tentukan berdasarkan kegiatan langkah sebelumnya sebagai hasil kelanjutan manajemen terhadap diagnosa/masalah yang telah di identifikasikan.
2.2.6 Implementasi
            Pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh tersebut, hal ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan/sebagian anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
2.2.7 Evaluasi
            Langkah ini di evaluasikan keefektifannya, asuhan yang telah diberikan apakah telah diberikan apakah telah teridentifikasi alam diagnosa maupun masalah, rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif bilamana benar-benar efektif karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka diperlukan evaluasi.
S          : Data yang diambil dari pasien (sebagai hasil subjektif secara langsung dari pasien sendiri/keluarga)
O         : Data objektif yang diperoleh dari pemeriksaan
A         : assesiment (diagnosa) yang diambil dari data yang diperoleh
P          : Planning (rencana selanjutnya)




















BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengumpulan Data
Pada tanggal : 05 Januari 2015                       Jam : 08.00 WIB                     Oleh : Siti Sundari
A.    Data Subjektif
1)              Identitas
Nama Anak                       : bayi “S”
Umur                                 : 14 bulan
Jenis kelamin                     : Laki-laki
Tgl/jam/lahir                      : Lamongan, 12 Desember 2006
BB                                     : 22 kg
Anak Ke                            : 1 (satu)
Tanggal MRS                    : 5 Januari 2015
Diagnosa Medis                : Typhoid Fever (Demam Typhoid)
Sumber Informasi                         : Orang tua dan nenek pasien
Nama Ibu              : Ny “L”                                  Nama Suami    : Tn “A”
Umur                     : 30 th                                      Umur               : 31 th
Suku/bangsa          : Jawa/Indonesia                     Suku/bangsa    : Jawa/Indonesia
Agama                   : Islam                                     Agama             : Islam
Pendidikan            : D3                                         Pendidikan      : SMA
Pekerjaan               : Perawat                                 Pekerjaan         : TNI AL
No. Reg                 : 019669                                  Alamat                        : Kedung Pring
2)             Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya panas 5 hari, muntah tiap kali makan, kepalanya pusing dan nyeri ulu hati
3)             Riwayat prenatal
a.       Riwayat penyakit kehamilan
§  Perdarahan
Ibu mengatakan waktu hamil tidak terjadi perdarahan
§  Pre-eklampsia
Ibu mengatakan selama hamil tidak terjadi Pre-eklampsia

§  Eklampsia
Ibu mengatakan selama hamil tidak terjadi eklampsia
§  Penyakit kelamin
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit kelamin selama hamil
§  Lain-lain
Tidak ada
b.      Riwayat waktu hamil
§  Makanan
Ibu mengatakan selama hamil makan 3x sehari dengan porsi dan menu sedang, seperti nasi, lauk pauk, sayur dan terkadang buah. Ibu juga mengatakan minum air putih 7-8 gelas perhari
§  Obat-obatan/jamu
Ibu mengatakan selama hamil mengkonsumsi obat-obatan hanya yang dari bidan saja saat setelah periksa dan tidak pernah minum jamu-jamuan apapun
§  Merokok
Ibu mengatakan bahwa dia tidak pernah merokok
4)        Riwayat internal
§  Jenis persalinan           : Spontan belakang kepala
§  Ditolong oleh              : Bidan
§  Ketuban pecah                        : Saat pembukaan lengkap
§  Komplikasi                  : Tidak ada
5)        Riwayat penyakit yang pernah di derita
Ibu mengatkan bahwa anaknya tidak mempunyai penyakit menular, menurun, atau berbahaya lainnya
6)        Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tida ada yang mempunyai penyakit menular, menurun dan menahun seperti jantung, asma, hipertensi, DM dan HIV/Aids
7)        Pola kehidupan sehari-hari
§  Nutrisi
o   Sebelum Sakit  : ibu pasien mengatakan anaknya makan 3x sehari dengan porsi cukup, dengan komposisi nasi, sayur mayur, dan lauk pauk
o   Selama Sakit   : ibu pasien mengatakan bahwa nafsu makan anaknya menurun, itu karena anaknya muntah setiap kali makan sehingga membuat anaknya malas makan
§  Eliminasi
o   Sebelum Sakit : ibu pasien, nenek, dan juga pasien sendiri mengatakan bahwa biasa BAB 1x sehari an BAK ± 5x sehari
o   Selama Sakit     :  ibu, nenek, dan pasien sendiri mengatakan 2 hari ini belum BAB dan BAK seperti biasahanya saja warnanya cenderung lebih pekat (kuning kecoklatan)
§  Pola Istirahat
o  Sebelum Sakit  : ibu pasien mengatakan anaknya tidur cukup pulas, baik siang maupun malam
o  Selama Sakit    : ibu pasien mengatakan anaknya rewel dan sulit tidur
§  Pola Aktivitas
o   Sebelum Sakit   : ibu pasien mengtakan anaknya sering bermain dengan teman sebayanya
o   Selama Sakit     : ibu pasien mengatakan anaknya hanya berbaring di tempat tidur
§  Personal hygiene
o   Sebelum Sakit     : ibu pasien mengatakan anaknya mandi 2x sehari dan ganti baju 2x sehari juga
o   Selama Sakit       : ibu pasien mengatakan anaknya hanya di sibin 2x  sehari dan ganti baju 1x sehari
B.     Data Objektif
1.      Pemeriksaan Fisik
·         Keadaan umum   : lemah
·         Kesadaran            : Composmentis
·         TTV                      :
ü  S : 37,3°C
ü  N : 96 x/menit
ü  R : 22 x/menit
·           BB                      : 22 kg
·           Kepala dan wajah : ukuran proporsional dengan bentuk tubuh, tidak terdapat benjolan, warna rambut hitam
·           Mata                    : simetris antara mata kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
·           Telinga                : simetris antara telinga kanan dan kiri, serumen tidak ada
·           Hidung                : lubang hidung sebelah kanan dan kiri simetris, tidak ada polip
·           Gigi dan mulut   : lidah kotor, bibir kering, tidak ada karies gigi, tidak ada stomatitis
·           Leher                   : tidak ada pembesaran kelenjar linfe, kelenjar thyroid, dan vena jugularis
·           Dada
a.       Jantung
ü  Inspeksi        : denyut ictus cordis tidak terlihat
ü  Palpasi         : tidak ada pembesaran jantung
ü  Perkusi        : redup
ü  Auskultasi    : ritme terdengar keras dan cepat, terdengar bunyi lup dup
b.      Paru-paru
ü  Inspeksi           : tidak ada kesulitan bernafas
ü  Palpasi             : tidak ada nyeri tekan
ü  Perkusi             : sonor antara sisi kanan dan kiri sama
ü  Auskultasi        : tidak ada bunyi rhonky, whising, dan stledor
·         Abdomen
ü  Inspeksi            : bentuk datar
ü  Palpasi              : tidak ada yeri tekan, tidak ada pembesaran hepar
ü  Auskultasi        : bising usus  (+)
ü  Perkusi             : tympani
·         Genetalia            : tidak ada kelainan pada alat genetalia
·         Ekstremitas        : akral hangat, odema tidak ada
·         Kulit/integumen : turgor kulit turun

2. Pemeriksaan penunjang
Jenis Periksa
Hasil
Normal
WIDAL
1.      *Antigen O
2.      *antigen H
3.      *antigen A
4.      *antigen B
DARAH LENGKAP
5. Hemoglobin

6. Laju endap darah

7. Leukosit
8. Hitung jenis leukosit
9. Eritrosit

10. Eosinofil
11. Trombosit
12. Hematroki/PCU

SGOT/AST
13. SGOT/ALT

SGPT/ALT
14. SGPT/AST

1/320
Negatif
Negatif 
1/80

11,6



9500




352.000
36


26


32

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif 

L 13,5-18 g/dl
P 11,5-16 g/dl
L 0-13/jam
P 0-20/jam
4000-11.000/cmm
1-2/0-1/3-5/54-62/25-23/3-7
L 4,5-6,5 jt/cmm
P 3,0-6,6 jt/cmm
50-300/cmm
150.000-450.000/cmm
L 40-54 %
P 35-47 %

L <37 U/L
P <30 U/L

L <40 U/L
P <30 U/L







3.2 Interpretasi Data
Diagnosa    : Anak “I” usia 9 tahun dengan demam typhoid
DS              : Ibu mengatakan anaknya panas 5 hari, muntah tiap kali makan, pusing dan nyeri ulu hati
DO           :  KU                 : lemah
                    RR                  : 22x/menit
                   N                     : 96 x/menit
                  S                       : 37,3°C
                   BB                   : 22 kg
                   Jenis Kelamin : Laki-laki
                   Usia                 : 9 tahun
Masalah  : Panas 5 hari, muntah tiap kali makan
3.3 Identifikasi diagnosa/masalah potensial
                   Perdarahan usus, perforasi yang tidak di sertai peritonitis, peritonitis, meningitis, kolesistiasis, enselopati
3.4 Identifikasi kebutuhan segera
                   Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
3.5 Intervensi
Tanggal         : 05 November 2014                                          Jam      : 08.35 WIB
Tujuan          : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2x24 Jam anak mendapatkan terapi yang sesuai dengan keluhan, usia dan berat badan anak sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang memperparah keadaan kesehatan anak
Kriteria         :
§  TTV dalam batas normal
§  Muntah berkurang
§  Dapat BAB
§  Orang tua anak kooperatif dengan tindakan yang dilakukan







NO
INTERVENSI
RASIONAL
1
Lakukan komunikasi terapeutik dengan orang tua
·         Untuk memudahkan petugas dalam pemberian asuhan dan terapi serta terjalin hubungan baik antara petugas dengan orang tua klien sehingga orang tua dapat kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
2
Lakukan pengkajian data  (anamnesa)
·         Untuk menemukan data dasar berupa keluhan-keluhan klien
3
Ukur berat badan anak
·         Untuk mengetahui berat badan anak sehingga dapat memberikan terapi yang sesuai dengan berat badan anak
4
Lakukan pemeriksaan fisik
·         Untuk menemukan tanda gejala yang pasti dengan memeriksa anak dengan seksama sesuai dengan keluhan klien
5
Kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk memberikan terapi
·         Agar terapi yang di berikan sesuai dengan keluhan, tanda gejala, usia dan berat badan anak sehingga anak mendapatkan terapi yang tepat
6
Dokumentasi
·         Untuk mendokumentasikan nama klien, keluhan, dan tindakan yang dilakukan agar tidak tertukar dengan klien yang lain
7
Berikan He tentang :
1.      Personal Hygiene
2.      Nutrisi
3.      Posisi aktivitas
·         Untuk menambah pengetahuan dan pendidikan kesehatan pada ibu yang meliputi personal hygiene, nutisi, dan posisi aktivitas yang tepat bagi bayinya






3.6 Implementasi
NO
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
TTD
1
5 januari 2015
Jam : 08.45 WIB
v  Melakukan komunikasi terapeutik dengan orang tua klien untuk menjalin hubungan yang baik antara petugas dengan klien sehingga dapat kooperatif dengan tindakan/asuhan yang diberikan
v  Melakukan pengkajian data dasar (anamnesa) yang meliputi : Nama klien, usia, alamat, keluhan dan riwayat yang pernah diderita
v  Menimbang berat badan anak untuk menentukan apakah berat badan anak  sesuai dengan usia dan untuk menentukan dosis obat/terapi yang diberikan, yaitu 22 kg
v  Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematik terutama pada daerah yang dikeluhkan
v  Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk memberikan terapi berupa :
·         Inf RL 20 tpm
·         Inj Cefotaxim 3x500 mg
·         Inj Ranitidin 2x ½
·         Inj Santagesik 3x ½
·         Inj Metoclopramid 3x ½ (k/p)
·         P/o Vitamin 2x1 Cth
·         Sementara diir bubur halus TKTP
v  Melakukan pendokumentasian, yang meliputi : nama klien, usia, alamat, keluhan dan tindakan yang di berikan agar tidak tertukar dengan klien yang lain
v  Memberikan HE kepada ibu tentang :
1.      Personal hygiene
Menjelaskan pada ibu bahwa anaknya mengalami penyakit typhoid karena kemungkinan dari makanan yang kurang bersih, maka ibu harus benar-benar memperhatikan kebersihan makanan, minuman, dan juga lingkungan anak
2.      Nutrisi
Menjelaskan pada ibu bahwa anak yang mengalami penyakit typhoid dapat mengalami gangguan pertumbuhan, maka ibu dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada anaknya dengan memberikan makan makanan yang banyak mengandung serat, zat besi, karbohidrat, mineral, vitamin dan lemak. Seperti nasi, sayur-sayuran hijau, daging, ikan laut, telur, tempe, tahu, kacang-kacangan, buah, susu dan air
3.      Posisi tidur
Menjelaskan pada ibu bahwa anak  yang mengalami penyakit typhoid  dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman berupa gangguan pernafasan, maka sebaiknya saat bayi tidur diposisikan yang tepat untuk mempermudah pernafasannya, yaitu menidurkan bayi dengan posisi kepala lebih tinggi dari pada badannya. Sehingga bayi tetap dapat tidur dengan pulas dan nyenyak.








3.7 Evaluasi
Tanggal           : 05 Januari 2015                                 jam : 13.00 WIB
S            : Ibu mengatakan anaknya masih panas
O           : KU  : lemah
              RR    : 22 x/menit
              S        : 37,3 °C
              N       : 96 x/menit
              BB    : 22 Kg
              Bibir pecah-pecah
              Uji WIDAL (+)/Positif
A           :  Anak “I” usia 9 tahun dengan Demam typhoid hari ke 1
P            :  Lanjutkan terapi dan Observasi


Catatan Perkembangan
Tanggal : 06 Januari 2015                                                                   Jam: 13.00 Wib
              S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas tapi sudah turun dibandingkan kemarin
              O :
                        KU       : Lemah
                        S          : 36,1 °C
                        N          : 101
                        R          : 24 x/menit
                        Porsi makan belum dihabiskan
                        Muntah (-)
                        Mual (+)
              A : Anak I usia 9 tahun dengan Demam typoid hari ke 2







Catatan Perkembangan
Tanggal : 07 Januari 2015                                                       Jam : 20.00 WIB
              S : ibu paien mengatakan anaknya sudah tidak panas dan sudah tidak muntah
              O :
                        KU : Cukup
                        S    : 36°C
                        R    : 26 x/menit
                        N    : 100 x/menit
                        Muntah (-)
                        Mual (-)
                        Porsi makan di habiskan
                        Bibir lembab
                        Pusing (-)
                        Nyeri ulu hati (-)
                        Turgor kulit baik
              A : Anak I usia 9 tahun dengan demam typoid hari ke 3
              P : lanjutkan terapi dan Observasi

Catatan Perkembangan
Tanggal : 08 Januari 2015                                                       Jam : 09.00 WIB
              S : Ibu pasie mengatakan bahwa pasien sudah tidak ada keluhan apa-apa
              O :
                        KU                  : Baik
                        Kesadaran       : Composmentis
                        N                      : 100 x/menit
                        S                       : 36,2 °C
                        R                      : 24 x/menit
              Bibir Lembab
              Akral hangat
              Pucat (-)
              Porsi makan dihabiskan
              Mual (-)
              Muntah (-)
              Pusing (-)
              Nyeri ulu hati (-)
              Turgor kulit Baik
A : Anak sehat usia 9 tahun dengan riwayat demam typhoid
P :
              # Intervensi di hentikan
              # Masalah sudah teratasi
              # Berikan HE : - Istirahat
-          Personal hygiene
-          Pola Nutrisi
-          Pola aktivitas
              # Keluar Rumah Sakit Hari ini
# Kontrol Ulang hari selasa tanggal 13 Januari 2015 Jam: 09.00 WIB di poli anak RSUD Ngimbang-Lamongan

             













BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.
Typhoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang diawali di selaput lendir usus dan, jika tidak diobati, secara progresif menyerbu jaringan di seluruh tubuh. Typhoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella typhosa yang terjadi akibat kontaminasi makanan dan air dengan tinja pasien atau karier tifoid.
Komplikasi yang dapat terjadi pada demam tifoid adalah komplikasi intestinal berupa perdarahan sampai perforasi usus. Perforasi terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan usus yang berat ditemukan pada 1-10% anak dengan demam tifoid. Komplikasi ini biasanya terjadi pada minggu ke-3 sakit. Komplikasi ini umumnya didahului dengan suhu tubuh dan tekanan darah menurun, disertai dengan peningkatan denyut nadi. Perforasi jarang terjadi tanpa adanya perdarahan sebelumnya dan sering terjadi di ileu bagian bawah. Perforasi biasanya ditandai dengan peningkatan nyeri abdomen, kaku abdomen, muntah-muntah, nyeri pada perabaan abdomen.
4.2 Saran
            - Mahasiswa mampu memberikan ashan kebidanan pada kasus demam typhoid
            - Mahasiswa mampu melakukan penanganan pertama pada kasus demam typhoid
            - mahasiswa mampu mengenali tanda gejala pada kasus demam typhoid






DAFTAR PUSTAKA
·         Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1 Penerbit CV Agung Sentosa Jakarta
·         Panitia Media Farmasi dan Terapi.(1994).Pedoman Diagnosis Dan Teraoi LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.Surabaya
·         Anonim.2007.Demam typhoid.http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/demam-typhoid.pdf
·         Arif Manjoer,dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Penerbit Media Aesculapius.Jakarta:FKUI
·         Donna L.Wong,dkk.2002.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6.Jakarta:EGC
·         Herdman T. Heater.2010.Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC
·         Soegeng Soegijianto.2002.Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa Dan Penatalaksanaan.Jakarta:Salemba Medika
·         Wong, Dona L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta:EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar