BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selaput dara (Hymen) Imperforata adalah bentuk bawaan
gynatresia. Seorang gadis berusia 15 tahun, tanpa gejala, datang ke
dokter karena dia belum memiliki periode menstruasi. Himen Imperforata
adalah kondisi bawaan yang sangat jarang terjadi yang disebabkan oleh
perkembangan abnormal urogenitalis sinus, dengan kejadian 0,02 %
(Takayama,2001).
Angka kejadian yang sering terjadi biasanya berupa satu
jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara
bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel.salah satu kelainan kongenital
adalah himen imperforata. Himen imperforata merupakan kelainan bawaan
yang paling sering terjadi pada saluran alat kelamin perempuan, tetapi biasanya
tidak menunjukkan gejala sampai pubertas. Selaput dara imperforata jarang
berhubungan dengan komplikasi jika terdeteksi dini. Angka kejadian kelainan
kongenital yang lain berkisar 15 per 1000 kelahiran, angka kejadian ini akan
menjadi 4-5% bila bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun. Sehingga hal ini
dapat dihindari dengan pemeriksaan lengkap bayi saat lahir (marie,1995).
Sebuah penelitian di Afrika mengungkapkan bahwa kelainan
himen imerforata sering terlambat diketahui. Walaupun kelainan tersebut
dapat dideteksi pada umur berapa saja melalui inspeksi genitalia eksternal,
hymen imperforata sering luput dari diagnosa. Para peneliti melakukan review
selama periode 13 tahun atas 23 anak perempuan yang didiagnosa mengalami hymen
imperforata. Setengah dari jumlah anak perempuan tersebut tidak mengalami
gejala dan didiagnosis setelah dilakukan pemeriksaan fisik seluruhnya
(Postner,2005).
1.2 Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Setelah
menyusun laporan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti, memahami, dan melaksanakan
Asuhan Kebidanan Pada Anak R Usia 14 Tahun Dengan Hymen Inferforata Di Poli
Kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
2.
Tujuan
Khusus
Mahasiswa
diharapkan mampu untuk :
§ Mampu melakukan pengkajian yaitu
mengumpulkan data subjektif dan data objektif pada anak R usia 14 tahun dengan
hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§ Mampu mengantisipasi masalah atau
diagnosa kebidanan pada anak R usia 1 objektif pada anak R usia 14 tahun dengan
hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§ Mampu mengantisipasi masalah atau
diagnosa kebidanan pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli
kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§ Mampu mengantisipasi masalah
potensial atau diagnosa lainnya pada anak R usia 14 tahun dengan hymen
inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§ Mampu melakukan identifikasi
kebutuhan segera pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli
kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§ Mampu melaksanakan intervensi atau
rencana asuhan pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli
kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§ Mampu mengimplementasikan atau
melaksanakan rencana yang efisien dan aman dalam pemberian asuhan kebidanan
pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli kandungan RSUD
Ngimbang- Lamongan.
§ Mampu mengevaluasikan asuhan yang
telah di berikan pada anak R usia 14 tahun dengan Hymen inferforata di poli
kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
1.3 Ruang
Lingkup
Dalam
menyusun laporan ini penulis membatasi masalah hanya pada asuhan kebidanan pada
anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang-
Lamongan.
1.4 Metode
Penulisan
Dalam
penyusunan laporan ini penulis menggunakan metode :
1. Studi pustaka dengan menggunakan
atau membaca literature.
2. Pengumpulan data :
§ Wawancara : Tanya jawab dengan klien
dan keluarga.
§ Observasi : tanda- tanda vital
klien.
§ Pemeriksaan fisik klien.
3. Sumber data :
§ Primer :
S : Tanya
jawab dengan klien dan keluarga.
O :
Observasi TTV, melakukan pemeriksaan fisik klien, dan pemeriksaan USG.
§ Skunder : Diperoleh dari status
klien.
1.5 Sistematika
Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini berisikan
latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, pelaksanaan, dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi konsep dasar hymen
inferforata, dan konser dasar asuhan kebidanan menurut Hellen Varney.
BAB III : TINJUAN KASUS
Memuat tentang asuhan kebidanan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan metode dan langkah varney.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab terakhir ini berisikan
tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Konsep
Dasar Hymen Inferforata
2.1.1
Pengertian Hymen Inferforata
Himen
merupakan pertemuan antara sinus urogenitalis dan ductus muller yang bersatu
membentuk vagina. Vaginal plate menembus sel sinus urogenitalis sehingga
dapat dikemukakan bahwa “himen” seluruhnya berasal dari sinus urogenitalis
(Spandofer,2005)
Himen
adalah suatu membran tipis tidak utuh yang melingkari orifisium vagina dan
mempunyai satu atau beberapa lubang yang memungkinkan keluarnya aliran darah
menstruasi. Bentuk dan ukuran lubang himen bervariasi, tetapi umumnya robek
pada waktu koitus pertama. Himen yang “intak” danggap suatu tanda keperawanan,
tetapi ini tidak dapat diandalkan karena beberapa kasus koitus tidak berhasil
menimbulkan robekan dan pada orang lain himen dapat robek akibat manipulasi
digital (Manuaba,Ida Bagus Gde.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC)
Walaupun
himen relatif avaskular, robekan pada koitus pertama dapat disertai sedikit
perdarahan yang akan segera berhenti. Robekan pada himen yang jauh lebih parah
terjadi pada waktu melahirkan dan hanya tersisa beberapa sisa. Sisa ini disebut
karunkulae mirtiformus. Tepat disebelah lateral himen, mengelilingi orifisium
vagina ( Derek,Llewellyn. 2001.Obstetri dan Ginekologi.edisi 6.Jakarta :
Hipokrates Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.)
Hymen merupakan batas/sekat antara
genetalia eksterna dan interna. Hymen merupakan selaput yang menutupi introitus
vagina. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae.
Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi
tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae).
Hymen yang abnormal, misalnya primer
tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat
menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
Hymen
Imperforata ialah selaput dara yang tidak menunjukan lubang (Hiatus Himenalis)
sama sekali, suatu kelainan yang ringan dan yang cukup sering dijumpai.
Kemungkinan besar kelainan ini tidak dikenal sebelum menarche. Sesudah itu
molimina menstrualia dialami tiap bulan, tetapi darah haid tidak keluar. Darah itu terkumpul di dalam vagina dan
menyebabkan hymen tampak kebiru-biruan dan menonjol keluar (Hematokolpos).
Bila
keadaan ini dibiarkan, maka uterus akan terisi juga dengan darah haid dan akan
membesar (Hematometra). (Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2005.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.)
Himen
imperforata adalah kelainan kongenital yang relatif jarang terjadi, di mana
membran himen menutupi lubang vagina sehingga haematocolpos, yang sering
menyebabkan sakit perut pada anak perempuan remaja. Penderita yang mengalami
himen imperforata frekuensinya tidak begitu banyak, yaitu 1 dalam 4000
kelahiran (Bryan dkk, 1949), 1 dalam 4000 sampai 10.000 kelahiran (ACOG).
Kelainan kongenital ringan ini sering dijumpai, yaitu tidak terbentuk lubang
himen (hiatus himenalis). Sehingga tidak mungkin terjadi aliran darah pada saat
menstruasi, molimina menstruasi (rasa sakit saat waktunya menstruasi tanpa
diikuti pengeluaran darah) terjadi tiap bulan. Suatu kegagalan perkembangan
vagina untuk membuat suatu saluran pada lingkaran himen. Kelainan ini tidak
diketahui sebelum menarche. Singapore Med Journal. Tahun :2009/ volume 50 /
edisi (7)/halaman :378-379.
Kelainan
ini merupakan malformasi yang mudah untuk mendiagnosis, bahkan di negara-negara
dengan cakupan layanan kesehatan yang terbatas. Dilaporkan bahwa himen
imperforata terjadi pada satu dari 1.000 satu dalam 10.000 kasus.
Dilaporkan tiga kasus himen imperforata, yang disajikan selama enam bulan, yang
awalnya tidak terjawab.(Jill,1999). Belum diakui pada saat kelahiran, itu
menjadi jelas pada pubertas karena pengembangan hematocolpos, yang memerlukan
intervensi bedah. Situasi ini dapat dihindari dengan pemeriksaan lengkap bayi
saat lahir. Laporan kasus ini menggambarkan empat pasien yang kita lihat dari
tahun 1995 sampai 2001 di Bangui (Republik Afrika Tengah) Pediatric Center dan
Komunitas Rumah Sakit.(Messina,2002)
(Scrock,Theodore.1995.Ilmu bedah.Edisi
7.Jakarta: EGC-Wim,de Jong dan Sjamsuhidayat.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC)
2.1.2
Penyebab Hymen Inferforata
Selaput
dara berasal dari tunas embrio vagina dari sinus urogenital. Akibatnya, selaput
dara adalah gabungan dari epitel vagina dan epitel dari sinus urogenital sela
oleh mesoderm. Setelah selaput dara menjadi berlubang atau bentuk sebuah kanal
pusat, membentuk komunikasi antara saluran vagina bagian atas dan bagian depan
vagina. Etiologis khusus untuk kegagalan untuk menetapkan patensi tidak jelas.
Penyebabnya mungkin berhubungan dengan kegagalan apoptosis karena sinyal genetik
dikirim, atau mungkin berkaitan dengan lingkungan hormonal yang tidak pantas. Selain itu mungkin karena warisan
familial dalam generasi berturut-turut telah dijelaskan.
Kelainan
kongenital himen imperforata secara pasti belum jelas, akan tetapi beberapa peneliti
ada yang menganggap karena adanya gangguan pada gen autosomal resesif (Jones,
1972), gangguan pada transmitted sex-linked autosommal dominant (Shohiv, 1978),
adanya hormon antimullerian. Selain itu diduga akibat produksi faktor regresi
Mulleri yang tidak sesuai pada gonad embrio wanita, tidak adanya atau kurangnya
reseptor estrogen yang terbatas pada saluran Muller bawah, terhentinya
perkembangan saluran Muller oleh bahan teratogenik (Hong-Kong. Emerg.
Med.Journal.tahun 2009. Vol. 17/ edisi 5/ Halaman 371 – 373, Singapore
Med Journal. Tahun :2009/ volume 50 / edisi (7)/halaman :378-379).
Hymen
imperforata merupakan suatu malformasi kongenital tetapi dapat juga terjadi
akibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau infeksi.
Secara embriologi, hymen merupakan sambungan antara bulbus sinovaginal dengan
sinus urogenital, berbentuk membrane mukosa yang tipis. Hymen berasal dari
endoderm epitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari duktus mullerian.
Hymen mengalami perforasi selama masa embrional untuk mempertahankan hubungan
antara lumen vagina dan vestibulum. Hymen merupakan lipatan membrane irregular
dengan berbagai jenis ketebalan yang menutupi sebagian orifisium vagina,
terletak mulai dari dinding bawah uretra sampai ke fossa navikularis.
Hymen
Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari membrane urogenital
dan terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang abnormal terbagi menjadi
bagian urogenital dari membran cloacal. Hymen Imperforata tanpa mukokolpos yang
berasal dari jaringan fibrous dan jaringan lunak antara labium minora sulit
dibedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia dan atresia vagina terjadi karena
kegagalan perkembangan duktus mullerian, sehingga vagina tidak terbentuk dan
lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka.
1.2.3 Gejala Klinis Hymen
Inferforata
Sebagian kelainan ini tidak dikenali sebelum menarche,
setelah itu akan terjadi molimenia menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid),
yang dialami setiap bulan. Sesekali hymen imperforata ditemukan pada neonatus
atau anak kecil. Vagina terisi cairan (sekret) yang disebut hidrokolpos. Bila
diketahui sebelum pubertas, dan segera diberi penanganan asimptomatik, serta
dilakukan hymenektomi, maka dari vagina akan keluar cairan mukoid yang
merupakan kumpulan dari sekresi serviks.
Kebanyakan pasien datang berobat pada usia 13-15 tahun,
dimana gejala mulai tampak, tetapi menstruasi tidak terjadi. Darah menstruasi
dari satu siklus menstruasi pertama atau kedua yang terkumpul di vagina belum
menyebabkan peregangan vagina dan belum menimbulkan gejala.
§ Hymen
Buldging
Darah yang terkumpul di dalam vagina (hematokolpos)
menyebabkan hymen tampak kebiru-biruan dan menonjol (hymen buldging) akibat
meregangnya membran mukosa hymen. Keluhan yang timbul pada pasien adalah rasa
nyeri, kram pada perut selama menstruasi dan haid tidak keluar.
§ Hematometra dan Hematokolpos dengan
ultrasonografi
Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut maka darah haid akan
mengakibatkan over distensi vagina dan kanalis servikalis, sehingga terjadi
dilatasi dan darah haid akan mengisi kavum uteri (Hematometra).
Tekanan
intra uterin mengakibatkan darah dari kavum uteri juga dapat memasuki
tubafallopi dan menyebabkan hemotosalfing karena terbentuknya adhesi
(perlengketan) pada fimbriae dan ujung tuba, sehingga darah tidak masuk atau
hanya sedikit yang dapat masuk ke kavum peritoneum membentuk hematoperitoneum.
Gejala
yang paling sering terjadi akibat over distensi vagina, diantaranya rasa sakit
perut bagian bawah, nyeri pelvis dan sakit di punggung bagian belakang.
Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari vagina yang distensi ke
uretra dan menghambat pengosongan kandung kemih. Rasa sakit pada daerah supra
pubik bersamaan dengan gangguan air kecil menimbulkan disuria, urgensi, inkontinensia
overflow, selain itu juga dapat disertai penekanan pada rectum yang menimbulkan
gangguan defekasi.
Gejala
teraba massa di daerah supra pubik karena terjadinya pembesaran uterus,
hematometra, distensi kandung kemih, hematoperitoneum, bahkan dapat terjadi
iritasi menyebabkan peritonitis.
1.2.4 Gambaran Klinik Hymen
Inferforata
Kejadian
pasien dengan himen imperforata menyajikan dengan gejala AUR, mulai dari 3%
menjadi 46% . Mekanisme himen imperforata menyebabkan AUR mungkin karena
ditahan hematoma di vagina menekan uretra atau menyebabkan iritasi pada pleksus
sakral. Selain itu,efek mekanik hematoma di vagina bisa mengubah sudut antara
leher kandung kemih dan uretra, mengakibatkan obstruksi kemih keluar.
Konservatif sifat budaya lokal di Taiwan membuat sebagian besar dokter enggan
untuk melakukan pemeriksaan genital rutin. retensi urin selalu diobati dengan
kateterisasi.Hal ini nyaman dan mudah untuk mengamati selaput dara pada saat
kateterisasi. Sebuah tonjolan sepanjang posterior aspek introitus yang khas.
Gambaran
klinik himen imperforata merupakan manivestasi dari tidak tersalurnya darah
menstruasi sehingga terjadi timbunan yang dapat mencapai ruangan abdomen.
Gambaran klinik dapat dijumpai sebagai berikut :
1. Hematokolpos
Terjadi timbunan darah di vagina,
himen berwarna kebiruan dan menonjol karena timbunan darah.
2. Hematometra
Timbunan di dalam rahim, terasa
sesak, tekan bagian bawah, nyeri terutama saat menstruasi, dapat diraba di atas
sympisis berupa tumor padat dan teraba nyeri
3. Hematosalping
Timbunan darah pada tuba fallopi,
darah ini dapat mencapai ruangan abdomen (Scrock,Theodore.1995.Ilmu bedah.Edisi
7.Jakarta: EGC).
Pada
neonatus dengan himen imperforata biasanya menyajikan dengan membran
menggembung diantara labia, membran mungkin menjadi putih karena buncit dari
bahan berlendir terjebak disekresikan sebagai akibat dari stimulasi oleh hormon
estrogen ibu. Pada neonatus atau gadis kecil mungkin vagina terisi oleh suatu
cairan lendir disebut hidrokolpos. Dalam kasus berat, distensi berada dalam
saluran vaginal distal dan proksimal meluas ke dalam rahim. Massa garis tengah
bawah perut biasa terlihat pada pemeriksaan fisik karena panggul dangkal
neonatus memungkinkan rahim akan teraba di atas simfisis pubis. Mucocolpos ini
dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih atau obstruksi kandung kemih. Fakta
bahwa kebanyakan pasien dengan selaput dara imperforata hadir selama masa
remaja awal menunjukkan bahwa dianogsis sering diabaikan selama pemeriksaan
neonatal.
Pada anak
sebelum pubertas, sebuah selaput imperforata bisa keliru didiagnosis sebagai
aglutinasi labial atau vagina congenitally absen. Perbedaan pada pemeriksaan
fisik kotor sering sulit karena kurangnya estrogenization perineum.
Ketika
remaja dengan amenore primer, pemeriksaan fisik dengan teliti adalah penting.
Ada atau tidak adanya karakteristik seksual sekunder harus diperhatikan.
Presentasi klinis yang paling umum termasuk amenore primer. Remaja dengan
selaput dara imperforata biasanya menyajikan dengan gejala sakit perut atau
panggul lebih rendah yang awalnya mungkin siklus. Sejarah menyeluruh harus
diperoleh, dan pasien dan keluarganya harus ditanya tentang nyeri pasien perut
atau panggul. Mereka harus bertanya tentang rasa sakit siklis, riwayat
perdarahan vagina (yang menunjukkan amenore sekunder), sejarah keluarga
kelainan genitourinari termasuk selaput dara imperforata, dan faktor lain untuk
menentukan apakah setiap masalah yang mendasari endocrinologic hadir. Selama
interogasi, pasien dan keluarga biasanya mengakui pola siklus dengan gejala
perut pasien.
Gejala
menyajikan Tambahan selaput dara imperforata termasuk sakit punggung, retensi
urin (37% -60% dari pasien), dan sembelit (Robert,2000). Selain itu juga
menunjukkan gejala berupa benjolan di perut bagian bawah. Gejalanya biasanya
tidak diketahui sampai menarche, amenore dengan nyeri kram abdomen bawah yang
bersifat siklis. Tandanya pada pemeriksaan fisik mungkin ditemukan massa di
abdomen bawah yang nyeri tekan dan massa kistik di pelvis. Keluhan miksi
mungkin polakisuri sebab kapasitas buli – buli menjadi kecil, sedangkan keluhan
defekasi umumnya tidak menonjol. Pada inspeksi vulva kelihatan atresia himen
berwarna kebiru – biruan biasanya menonjol (Wim,de Jong dan Sjamsuhidayat.1997.Buku
Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC, Chin Med Assoc
Journal: Tahun: 2007/volume70/edisi(12)/
halaman559–561).
1.2.5 Pemeriksaan Hymen Inferforata
Untuk menegakkan diagnosis himen
imperforata dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk menekankan kemudahan
membuat diagnosis selaput dara imperforata dengan pemeriksaan alat kelamin
rutin di masa kanak-kanak (Jason Yen,2008). Pemeriksaaan dilakukan dengan
:
1. Anamnesa yang menyeluruh
Tanyakan
secara menyeluruh riwakyat kesehatan keluarga. Keluhan yang paling sering
ditemukan adalah amenorhoe primer dan nyeri abdomen. Pasien mengalami masa
pubertas dengan masa telarche yang normal. Karena ovarium berfungsi secara
normal, penderita mengalami perubahan-perubahan pada tubuhnya sesuai dengan
siklus menstruasi.
1)
Pemeriksaan
fisik
a. Pertumbuhan tanda-tanda seksual
sekunder normal dan timbulnya setelah masa pubertas, sama seperti wanita normal
lainnya. Tinggi badan normal
b. Pemeriksaan dengan speculum
c. Pada pemeriksaan colok dubur dapat
ditentukan besar dan luas gumpalan darah di alat kelamin dalam
d. Menempatkan pasien dalam posisi
lutut- dada bantu pemeriksaan fisik pada kelompok usia anak. Memiliki berlutut
pasien di meja pemeriksaan dengan sikunya di meja dan wajahnya beristirahat di
tangannya. Perlahan menyebar pantat dan labia dan memiliki napas pasien atau
pukulan. Jika pemeriksaan masih sulit, obat penenang atau anestesi mungkin
diperlukan.
2. Pemeriksaan Penunjang
1)
USG
Pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis himen imperforata dapat dilakukan pemeriksaan USG untuk
menentukan ada dan luasnya perdarahan di uterus, tuba, dan rongga perut.
2)
Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberikan pencitraan yang terbaik dari jaringan
seperfisial dan jaringan yang lebih dalam. MRI dapat mengklarifikasi hasil
pemeriksaan USG mengenai cavum uterus, dan dapat memeriksa struktur
subperitoneal serta dapat mendeteksi adanya serviks uteri (Chin Med Assoc Journal: Tahun:
2007/volume70/edisi(12)/ halaman559–561 Vol. 17/edisi 5/hal 371 -
373 Hong Kong . Emerg. Med Journal.
Tahun 2009).
1.2.6 Penanganan Hymen Inferforata
§ Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium yang perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, dan urinalisa.
§ Pemeriksaan Imaging
o
Foto
abdomen (BNO-IVP), USG abdomen serta MRI Abdominal dan pelvis dapat memberikan
gambaran imaging untuk uterovaginal anomali.
o
Dengan
USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau hematometrokolpos, Selain itu,
transrectal ultrasonography dalam membantu delineating complex anatomy. Apabila dengan USG tidak jelas,
diperlukan pemeriksaan MRI.
o
USG
dan MRI sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah ada kongenital
anomali traktus urinaria yang menyertai.
§ Tindakan
Pembedahan
Apabila hymen imperforata dijumpai sebelum pubertas, membran
hymen dilakukaninsisi/ hymenotomi dengan cara sederhana dengan melakukan insisi
silang (gambar 1)atau dilakukan pada posisi 2, 4, 8 dan 10 arah jarum jam
disebut insisi stellate.
Pendapat lain mengatakan, bila dijumpai hymen imperforata
pada anak kecil/ balita tanpa menimbulkan gejala, maka keadaan diawasi sampai
anak lebih besar dan keadaan anatomi lebih jelas, dengan demikian dapat
diketahui apakah yang terjadi hymen imperforata atau aplasia vagina.
Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi membrane hymen,
sementara pada insisistellate setelah insisi dilakukan eksisi pada kuadran
hymen dan pinggir mukosa hymendi aproksimasi dengan jahitan mempergunakan
benang delayed-absorbable. Tindakan insisi saja tanpa disertai eksisi dapat
mengakibatkan membrane hymen menyatu kembali dan obstruksi membrane hymen
terjadi kembali.
Untuk mencegah terjadinya jaringan parut dan stenosis yang
mengakibatkan dispareunia, eksisi jaringan jangan dilakukan terlalu dekat
dengan mukosa vagina.Setelah dilakukan insisi akan keluar darah berwarna merah
tua kehitaman yang kental.Sebaiknya posisi pasien dibaringkan dengan posisi
fowler. Selama 2-3 hari darah tetap akan mengalir, disertai dengan pengecilan
vagina dan uterus. Selain itu, pemberian antibiotik profilaksis juga
diperlukan.
Evaluasi vagina dan uterus perlu dilakukan sampai 4-6 minggu
paska pembedahan, bila uterus tidak mengecil, perlu dilakukan pemeriksaan
inspeksi dan dilatasi serviks untuk memastikan drainase uterus berjalan dengan
lancar. Bila hematokolpos belum keluar, instrumen intrauterine jangan
dipergunakan karena bahaya perforasi dapat terjadi akibat peregangan uterus
yang berlebihan.
2.1.7
Penatalaksanaan Pembedahan Hymen
Inferforata
Dibuka secara bedah untuk memungkinkan drainase mukokolpos
atau hematokolpos atau kedua- duanya. Pada bayi dan anak- anak bagian sentral
selaputnya dieksisi. Pada anak yang lebih tua dengan darah menstruasi yang
tertahan, suatu bagian yang menyerupai baji dari pars posterior himen diambil.
Perlakuan klasik adalah selaput dara imperforata melalui hymenectomy bedah.
Yaitu dengan dilakukan sayatan berbentuk X, menghasilkan 4 sudut persimpangan
tiap sudut dijahit kearah luar (dasar himen). Pada saat dilakukan maka akan
keluarlah darah haid yang telah menumpuk sekian lama di rongga vagina dan
rahim.
Perdarahan, jaringan parut dan stenosis dari lubang vagina
adalah komplikasi utama dari prosedur ini. Teknik invasif yang kurang tersedia
termasuk penggunaan karbon dioksida laser 14 atau aplikasi Foley catheters 15
tanpa merusak struktur selaput dara. Waktu yang optimal operasi didasarkan pada
gejala. Asimtomatik anak didiagnosis tanpa mucocele dapat diobati selama
pubertas sebelum perkembangan hematocolpos atau hematometra untuk mengurangi
risiko anestesi umum (Goldstein,2008).
Penanganan himen imperforata dengan hymenectomy harus dengan
perlindungan antibiotika, darah tua kental kehitam- hitaman keluar.
Penatalaksanaan himen imperforata dapat dibuat terbuka dengan hanya insisi
berbentuk bintang pada posisi jam 2,4,8, dan 10. Kemudian vagina didilatasi
secara digital. Luka ditutup dengan jahitan terputus hanya jika diperlukan
jahitan seperti ini harus diletakkan sagital. Jika pasien defisiensi estrogen
intrinsik, akan diperlukan terapi estriol tambahan (estriol 2-3 mg sehari untuk
1-2 minggu, yang menggunakan obat seperti Gynasan 1000 mg, Bastian atau Ovestin
1 mg.
Sebaiknya sesudah tindakan penderita dibaringkan dalam letak
fowler, umunmya penderita tidak memerlukan rawat inap. Selama 2- 3 hari darah
tua kental tetap akan mengalir disertai dengan pengecilan tumor- tumor tadi.
Sesekali pada himen impeforata ditemukan pada neonatus atau gadis kecil vagina
terisi oleh suatu cairan lendir (hidrokolpos). Apabila timbul tekanan- tekanan
dan disertai dengan radang sekunder, hendaknya himen dibuka dan dipasang drain.
Selayaknya diberi pula antibiotika. Bila atresia himenalis ditemukan pada gadis
kecil tanpa menimbulkan gejala- gejala, maka keadaan diawasi saja sampai anak
lebih besar dan situasi anatomi menjadi lebih jelas (Martius, Gerhard.1982. Bedah
Ginekologi. Jakarta : EGC, Taber,
Ben- Zion.1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC).
2.2
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Menurut Hellen Varney
Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau interaksi yang
dilakukan oleh bidan kepada klien yang membutuhkan atau mempunyai permasalahan
dalam bidang pengetahuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien. Bidan
menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah dengan difokuskan pada proses
sistematis dan analisis dalam memberikan asuhan kebidanan. Kita menggunakan
tujuh langkah varney yaitu : Pengkajian, Identifikasi diagnosa dan masalah,
Identifikasi diagnosa masalah potensial, Identifikasi diagnosa dan kebutukan
segera, Intervesi, Implementasi, Evaluasi.
I.
Pengkajian Data
1.
Data
Subjektif
a.
Identitas/
Biodata
·
Nama
Untuk
mengetahui identitas klien, dan untuk membedakan dengan pasien lain.
·
Umur
Untuk
mengetahui usia anak, sehingga dapat ditentukan jenis penanganannya dan dosis
obat/ terapi yang diberikan
·
Jenis
kelamin
Mengidentifikasi
jenis kelamin anak.
·
Suku/
bangsa
Mengetahui
adat dan kebiasaan yang ada dilingkungan.
·
Pendidikan
orang tua
Mengetahui
tingkat pengetahuan orang tua, sebagai dasar kita dalam memberikan HE.
·
Pekerjaan
orang tua
Mengetahui
status ekonomi keluarga.
·
Alamat
Untuk
mengetahui lingkungan sekitar.
b.
Keluhan
Utama
Mengetahui
masalah yang ada pada klien saat ini sehingga mudah dalam memberikan asuhan.
Masalah yang terjadi pada klien adalah
adanya ketidak sempurnaanya atau adanya kelainan hymen pada anak R usia
14 tahun dengan hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
c.
Riwayat
penyakit yang pernah diderita
Mengetahui apakah ada penyakit yang berhubungan atau
mempengaruhi keadaan klien saat ini.
d.
Riwayat
penyakit keturunan atau keluarga
Apakah
ada keluarga yang memiliki penyakit menular atau menurun maupun menahun seperti
jantung, asma, DM, hipertensi, TBC, dll.
e.
Pola
kebiasaan
Untuk
mengetahiui aktifitas klien sehari – hari, nutrisi, eliminasi, istirahat/
tidur, personal hygine, aktivitas karena berhubungan erat dengan status
kesehatan klien saat ini.
f.
Riwayat
operasi
Untuk
mengetahui apakah klien pernah di operasi atau tidak.
2.
Data
Objektif
a.
Pemeriksaan
umum
Mengetahui
kondisi anak apakah mengalami gangguan atau tidak yang meliputi KU, BB/ PB, dan
TTV.
b.
Pemeriksaan
fisik
Dilakukan
dengan tehnik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, dari kepala sampai
kaki, untuk mengetahui ada tidaknya kelainan.
1. Inspeksi
o Kepala :
simetris, ada tidaknya benjolan abnormal,
rambut hitam tipis, bersih atau tidak.
o Muka :
ada kelainan atau tidak, pucat atau tidak.
o Mata :
simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, dan ada strabismus atau tidak.
o Telinga :
simetris, ada sekret atau tidak
o Mulut :
simetris, terdapat stomatitis atau tidak.
o Hidung :
simetris, ada polip atau tidak.
o Leher :
ada pembesaran kelenjar tiroid, linfe dan vena jagularis atau tidak.
o Dada :
apakah bentuknya barel (cekung), flanel (tong), pigeon (burung) atau tidak.
o Punggung : ada spina
bifida, terjadi lordosis, kifosis, skoliosis atau tidak.
o Ekstremitas :
terdapat polidaktili, sindaktili, dan brakidaktili atau tidak
o Genetalia : anak
perempuan dengan genetalia eksterna normal atau tidak.
o Anus :
ada hemoroid atau tidak.
2. Palpasi
o Hidung : untuk
mengetahui ada fraktur atau tidak.
o Leher : ada
pembesaran pada kelenjar tiroid, kelenjar limfe, ataupun pembesaran pada vena
jugularis atau tidak.
o Abdomen: kembung ( meteorismus ), ada hepatomegali atau
tidak.
o Dada : ada
kripitasi, ada tarikan dada atau tidak.
3. Auskultas
o Dada : apakah
bunyinya yang abnormal seperti ronki, stridor, dan wishing ada atau tidak.
o Abdomen: Terdapat bising usus atau tidak.
4. Perkusi
o
Reflek
patela : adakah reflek patella positif atau tidak.
c.
Periksaan
Khusus
o
VT
(Vaginal Toucher) : untuk mengetahui bagaimana keadaan dari vagina klien.
o
USG
: untuk
mengetahui keadaan rahim dan genetalia interna dari klien.
II.
Interpretasi Data
Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan,
pemerikasaan yang dilakukan kepada pasien :
Diagnosa :
Anak R usia 14 tahun dengan Hymen Inferforata
DS :
diperoleh dari keterangan klien dan keluarga.
DO : diperoleh dari hasil
pemeriksaan
III.
Diagnosa atau masalah potensial
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah
yang telah ditemukan berdasarkan data yang ada yang kemungkinan menimbulkan
keadaan parah.
IV.
Tindakan Segera
Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa
atau masalah potensial.
V.
Intervensi
Berisi tentang asuhan- asuhan yang diberikan kepada
pasien yang sesuai dengan diagnosa atau masalah yaitu :
o Perawatan yang aseptik rasionalnya untuk pencegahan
terjadinya infeksi.
o Observasi TTV anak, rasionalnya untuk mengetahui keadaan
anak.
o Berikan insisi rasionalnya untuk memberikan jalan untuk
keluarnya darah menstruasi dan mengurngi nyeri.
o Personal hygine rasionalnya supaya anak merasa nyaman dan
terhindar dari infeksi.
VI.
Implementasi
Berikan tentang asuhan yang seharusnya diberikan kepada
pasien berdasarkan intervensi yang telah direncanakan.
VII.
Evaluasi
Langkah ini merupakan cara untuk mengevaluasi asuhan yang
telah diberikan apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang dibutuhkan klien
dan apakah perlu dilakukan pengulangan atau perbaikan jika asuhan belum
efektif.




I. PENGUMPULAN DATA / PENGKAJIAN
Pada tanggal : 08-04-2015 Pukul
: 10.00 WIB
A.
DATA
SUBJEKTIF
1. Identitas / Biodata
Nama klien :
Anak R
Umur klien :
14 tahun
Jenis kelamin :
Perempuan
No. Status. Reg :
021605
Berat Badan : 43 kg
Tinggi Badan : 140 cm
Suku / Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Agama :
Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :
Pelajar
Alamat Rumah :
Ngimbang
2. Keluhan
Utama : klien mengatakan tidak
menstruasi selama 4 bulan, dan perut terasa nyeri sejak 1 minggu terakhir.
3. Riwayat Penyakit yang pernah diderita
klien mengatakan pernah mengalami hal yang sama dan sudah
di periksakan kerumah sakit RSUD Ngimbang dan pada tanggal 1 desember 2014
telah di lakukan tindakan oleh dokter dan sudah di berikan obat, dan klien juga
mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit apapun, misalnya :
hipertensi, jantung, TBC, asma, ginjal, dll.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami sakit seperti yang
dideritanya saat ini, tapi perut tidak sakit seperti sekarang.
5. Riwayat Obstetri dan Gynekologi
Klien
mengatakan tidak memiliki riwayat haid sebelumnya.
6. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan tidak pernah menderita kelainan
Psikososial
7. Riwayat penyakit keturunan
Klien
dan keluarga mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang menderita atau sedang
menderita penyakit menular ataupun penyakit menurun, misalnya : DM, hipatitis,
asma, dll.
8.
Riwayat
Kehamilan dan Persalinan
Nn.”R” mengatakan belum pernah mengalami kehamilan dan
persalinan sebelumnya.
9. Pola kebiasaan
-
Nutrisi : Klien mengatakan makan 2-3
kali sehari dengan menu dan porsi yang cukup dan minum air putih 6-7 elas
sehari.
-
Eliminasi : Klien mengatakan BAK kurang
lebih 5-6 kali sehari dan BAB lancar 1-2 kali sehari.
-
Istirahat/
tidur : Klien mengatakan tidur siang
jarang dan tidur malam 7-8 jam setiap harinya.
-
Personal
hygine : klien mengatakan biasa mandi 2
kali sehari dan mengganti pakaian dalamnya setiap habis mandi, gosok gigi
setiap habis mandi dan mau tidur malam, da cuci tangan sebelum dan sesudah
makan.
-
Aktivitas : Klien mengatakan biasa melakukan
aktivitas berupa membantu pekerjaan rumah ibunya pada sore hari berupa menyapu
dan mengepel rumah.
10. Riwayat Operasi
: Klien dan keluarganya mengatakan
tidak pernah di operasi apapun, hanya saja pada tanggal 1 Desember 2014 klien
pernah di buatkan lubang oleh dokter Sp.oG pada alat genetalianya.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
o Keadaan umum : Baik
o TD :
110/70 mmHg
o Suhu : 36,60 C
o Pernafasan : 20 x / menit
o Nadi : 88 x / menit
o BB : 43 kg
o TB :
140 cm
2.
Pemeriksaan Fisik secara sistematik
a. Inspeksi
o Kepela : simetris, tidak ada benjolan abnormal, rambut hitam
tipis, bersih
o Muka : simetris, tidak pucat.
o Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, dan
tidak strabismus
o Telinga : simetris, tidak
ada sekret.
o Mulut : simetris, tidak terdapat labioskisis,
labiopalatoskisis, labiogenetopalatoskisis, tidak stomatitis.
o Hidung : simetris, tidak ada polip.
o Leher : tidak ada pembesaran abnormal pada kelenjar.
o Dada : tidak ada kelainan bentuk dada seperti : barel cas
(cekung), flanet cas (tong), pigeon cas (burung).
o Payudara : simetris, tidak ada pembesaran
abnormal.
o Punggung :
tidak ada spina bifida, tidak terjadi lordosis, kifosis, skoliosis.
o Ekstremitas atas/
bawah : simeris, tidak ada kelainan
bawaan.
o Genetalia : Tampak hymen menutupi seluruh introitus vagina, hymen buldging (-)
o Anus : tidak terdapat hemoroid, terdapat
lubang anus.
b. Palpasi
o Hidung : tidak ada fraktur
o Leher : tidak ada pembesaran pada
kelenjar tiroid, kelenjar limfe, ataupun pembesaran pada vena jugularis
o Dada :
tidak ada kripitasi
o Abdomen :
tidak kembung (meteorismus), Nyeri
Tekan pada abdomen
c. Auskultasi
o Dada : tidak ada tambahan bunyi
yang abnormal seperti : ronki, stridor, dan wishing.
o Abdomen : terdapat bising usus
10. Pemeriksaan Khusus
o Palpasi pada daerah supra sympisis : di temukan adanya
nyeri tekan dan atau tumor pada uterus karena gumpalan darah menstruasi.
o
RT
(Rectal Toucher) :
dilakukan untuk mengetahui berapa besar, luas, dan banyak gumpalan darah
menstruasi didalam alat kelamin bagian dalam yang tidak di keluarkan karena
adanya kelainan pada himen (Hymen Inferforata).
11.
Pemeriksaan
Penunjang
USG
KB dan KD : di temukan adanya
penyumbatan pada hymen yang mengakibatkan penumpukan darah menstruasi pada
genetalia interna yang menyebabkan pembesaran pada servik.
II. INTERPRETASI DATA
Identfikasi diagnosa , masalah dan kebutuhan
o Diagnosa : Anak R usia 14 tahun dengan
Hymen Inferforata
DS : Klien mengatakan tidak menstruasi selama 4
bulan, dan perut terasa nyeri pada 1 minggu terakhir.
DO :
K/ U : baik
BB :
43 kg
TB :
140 cm
TD :
110/70 mmHg
S :
36,60 C
RR :
20 x / menit
N : 88 x/menit
Reflek patella :
baik
Vulva : tidak odema, terdapat
kelainan pada himen
o Masalah :
Tidak dapat menstruasi, penumpukan darah menstruasi pada servik, nyeri perut
o Kebutuhan : Pengurangan nyeri, Pembedahan
III. ANTISIPASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
o
Diagnosa/
masalah potensial : Hematometra, hemotosalfing, hematoperitoneum, peritonitis,
endometriosis pelvik.
o
Tindakan
antisipasi : insisi
abses pada himen, pembedahan/ operasi.
IV. TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter Sp.oG untuk pemberian terapi
V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
No.
|
RENCANA
|
RASIONAL
|
1.
2
.
3.
4.
5.
|
Cuci tangan untuk setiap tindakan
Ukur BB dan TB klien
Obsrvasi KU, TTV, dan pemeriksaan fifik
Kolaborasi dengan dokter Sp.oG untuk pemberian terapi
Lakukan pemeriksaan USG
|
- Untuk mencegah terjadinya infeksi
- Utuk
mengetahui apakah BB klien sesuai dengan TB klien dan untuk menentukan dosis
obat atau terapi yang akan di berikan
- Untuk mengetahui keadaan umum, tanda- tanda vital dan
kondisi fisik klien apakah dalam batas normal atau tidak
- Untuk mengetahui/ memudahkan petugas dalam pemberian
terapi/ asuhan kepada klien
-
Untuk mengetahui dan menegakkan diagnosis klien
|
VI. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN
Tgl / jam
|
Pelaksanaan
|
08-04-2015
Jam : 10.00-11.00 wib
|
o
Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
o
Menyapa klien dengan ramah, mengukur BB dan TB klien
o
Melakukan observasi TTV
TD :110/70 mmHg
RR : 20
x /menit
N : 88 x / menit
Suhu : 36,60 C
o
Melakukan pemeriksaan fisik klien secara sistematik dari kepala sampai
kaki, dan pada vulva diketahui adanya kelainan pada himen yaitu tidak adanya
lubang pada selaput dara (himen)/ Hymen inferforata.
o
Melakukan pemeriksaan USG, hasilnya yaitu :
Hymen inferforata
o
Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.oG untuk pemberian terapi/ asuhan :
Dilakukan insisi pada himen ±5 cm untuk mengurangi
nyeri dan untuk mengeluarkan darah menstruasi.
|
VII. EVALUASI
S : klien mengatakan perut terasa lega
dan sudah tidak terasa nyeri lagi
O : KU :
Baik
Kesadaran : composmentis
BB : 43 kg
TB : 140 cm
TD :
110/ 70 mmHg
Suhu : 36,60 C
RR : 20 x/ menit
N :
88 x/ menit
Abdomen :
Nyeri tekan tidak ada
Darah
menstruasi : ± 1500 cc
Warna
: Merah pekat
Konsistensi
: Kental
A : Anak R usia 14 tahun dengan Hymen
Inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan
P : Lakukan operasi/ pembedahan besuk
pada hari kamis tanggal 9 April 2015 di RSUD Dr. Soegiri Lamongan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kelainan
kongenital merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan organ
tubuh. Penyebab kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti, tetapi dapat
diduga karena penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal, lingkungan-endometrium
yang kurang subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat teratogenik, dan infeksi
khususnya infeksi virus. Salah satunya adalah himen imperforata. Himen adalah
suatu membran tipis tidak utuh yang melingkari orifisium vagina dan mempunyai
satu atau beberapa lubang yang memungkinkan keluarnya aliran darah menstruasi.
Sedangkan kelainan himen imperforata adalah kelainan kongenital ringan sering
dijumpai, yaitu tidak terbentuk lubang himen (hiatus himenalis). Sehingga tidak
mungkin terjadi aliran darah pada saat menstruasi, molimina menstruasi (rasa
sakit saat waktunya menstruasi tanpa diikuti pengeluaran darah) terjadi tiap
bulan. Suatu kegagalan perkembangan vagina untuk membuat suatu saluran pada
lingkaran himen. Kelainan ini tidak diketahui sebelum menarche. Gambaran klinik
himen imperforata merupakan manivestasi dari tidak tersalurnya darah menstruasi
sehingga terjadi timbunan yang dapat mencapai ruangan abdomen yaitu
hematokolpos,hematometra dan hematosalping. Penanganan untuk kasus himen
imperforata adalah dengan dilakukan insisi berbentuk silang.
4.2 Saran
Kelainan konginetal ini dapat diketahui secara dini. Maka
harus segera dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan teliti pada bayi baru
lahir. Meski kelainan ini baru dapat didiagnosis saat seorang wanita telah
menarche. Sehingga saat seorang gadis telah masuk menarche, dan mengalami
tanda- tanda seperti nyeri perut bawah setiap bulan, tetapi tidak mengalami
menstruasi. Maka harus segera dilakukan pemeriksaan dan segera mendapatkan
penanganan medis
DAFTAR
PUSTAKA
§ Chin Med Assoc
Journal. Tahun 2008 / Vol 71 / Edisi 6/ halaman 325 – 327
§ Chin Med Assoc
Journal: Tahun: 2007/volume70/edisi(12)/ halaman559–561
§ Derek,Llewellyn. 2001.Obstetri
dan Ginekologi.edisi 6.Jakarta:Hipokrates
§ Vol. 17/edisi 5/hal 371 - 373 Hong Kong . Emerg. Med Journal.
Tahun 2009
§ Manuaba,Ida Bagus Gde.1998.Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC
§ Martius, Gerhard.1982.Bedah
Ginekologi.Jakarta : EGC)
§ Prawirohardjo, Sarwono.2005. Ilmu
Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
§ Scrock,Theodore.1995.Ilmu bedah.Edisi
7.Jakarta: EGC
§ Singapore Med Journal. Tahun :2009/
volume 50 / edisi (7)/halaman :378-379
§ Taber,Ben-Zion.1994.Kedaruratan
Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:EGC.
§ Manuaba,Ida Bagus Gde.1998.Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC.
§ Wim, de Jong dan Sjamsuhidayat.
1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar