Selasa, 28 April 2015

Asuhan Kebidanan Pada Anak dengan Hymen Inferforata



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Selaput dara (Hymen) Imperforata adalah bentuk bawaan gynatresia. Seorang  gadis berusia 15 tahun,  tanpa gejala, datang ke dokter karena dia belum memiliki periode menstruasi. Himen  Imperforata adalah kondisi bawaan yang sangat jarang terjadi yang disebabkan oleh perkembangan abnormal urogenitalis sinus, dengan kejadian 0,02 % (Takayama,2001).
Angka kejadian yang sering terjadi biasanya berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel.salah satu kelainan kongenital adalah himen imperforata. Himen  imperforata merupakan kelainan bawaan yang paling sering terjadi pada saluran alat kelamin perempuan, tetapi biasanya tidak menunjukkan gejala sampai pubertas. Selaput dara imperforata jarang berhubungan dengan komplikasi jika terdeteksi dini. Angka kejadian kelainan kongenital yang lain berkisar 15 per 1000 kelahiran, angka kejadian ini akan menjadi 4-5% bila bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun. Sehingga hal ini dapat dihindari dengan pemeriksaan lengkap bayi saat lahir (marie,1995).
Sebuah penelitian di Afrika mengungkapkan bahwa kelainan himen imerforata sering terlambat diketahui. Walaupun kelainan tersebut  dapat dideteksi pada umur berapa saja melalui inspeksi genitalia eksternal, hymen imperforata sering luput dari diagnosa. Para peneliti melakukan review selama periode 13 tahun atas 23 anak perempuan yang didiagnosa mengalami hymen imperforata. Setengah dari jumlah anak perempuan tersebut tidak mengalami gejala dan didiagnosis setelah dilakukan pemeriksaan fisik seluruhnya (Postner,2005).

1.2  Tujuan
1.            Tujuan Umum
Setelah menyusun laporan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti, memahami, dan melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Anak R Usia 14 Tahun Dengan Hymen Inferforata Di Poli Kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
2.            Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu untuk :
§  Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subjektif dan data objektif pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§  Mampu mengantisipasi masalah atau diagnosa kebidanan pada anak R usia 1 objektif pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§  Mampu mengantisipasi masalah atau diagnosa kebidanan pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§  Mampu mengantisipasi masalah potensial atau diagnosa lainnya pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§  Mampu melakukan identifikasi kebutuhan segera pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§  Mampu melaksanakan intervensi atau rencana asuhan pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§  Mampu mengimplementasikan atau melaksanakan rencana yang efisien dan aman dalam pemberian asuhan kebidanan pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
§  Mampu mengevaluasikan asuhan yang telah di berikan pada anak R usia 14 tahun dengan Hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.

1.3  Ruang Lingkup
Dalam menyusun laporan ini penulis membatasi masalah hanya pada asuhan kebidanan pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.

1.4  Metode Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini penulis menggunakan metode :
1.      Studi pustaka dengan menggunakan atau membaca literature.
2.      Pengumpulan data :
§  Wawancara : Tanya jawab dengan klien dan keluarga.
§  Observasi : tanda- tanda vital klien.
§  Pemeriksaan fisik klien.
3.      Sumber data :
§  Primer    :
S   :   Tanya jawab dengan klien dan keluarga.
O : Observasi TTV, melakukan pemeriksaan fisik klien, dan pemeriksaan USG.
§  Skunder : Diperoleh dari status klien.

1.5  Sistematika Penulisan
BAB I  :  PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini berisikan latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, pelaksanaan, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi konsep dasar hymen inferforata, dan konser dasar asuhan kebidanan menurut Hellen Varney.
BAB III : TINJUAN KASUS
Memuat tentang asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien sesuai dengan metode dan langkah varney.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab terakhir ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Konsep Dasar Hymen Inferforata
2.1.1        Pengertian Hymen Inferforata
Himen merupakan pertemuan antara sinus urogenitalis dan ductus muller yang bersatu membentuk vagina. Vaginal plate menembus sel sinus urogenitalis sehingga dapat dikemukakan bahwa “himen” seluruhnya berasal dari sinus urogenitalis (Spandofer,2005)
Himen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang melingkari orifisium vagina dan mempunyai satu atau beberapa lubang yang memungkinkan keluarnya aliran darah menstruasi. Bentuk dan ukuran lubang himen bervariasi, tetapi umumnya robek pada waktu koitus pertama. Himen yang “intak” danggap suatu tanda keperawanan, tetapi ini tidak dapat diandalkan karena beberapa kasus koitus tidak berhasil menimbulkan robekan dan pada orang lain himen dapat robek akibat manipulasi digital (Manuaba,Ida Bagus Gde.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC)
Walaupun himen relatif avaskular, robekan pada koitus pertama dapat disertai sedikit perdarahan yang akan segera berhenti. Robekan pada himen yang jauh lebih parah terjadi pada waktu melahirkan dan hanya tersisa beberapa sisa. Sisa ini disebut karunkulae mirtiformus. Tepat disebelah lateral himen, mengelilingi orifisium vagina ( Derek,Llewellyn. 2001.Obstetri dan Ginekologi.edisi 6.Jakarta : Hipokrates Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.)
Hymen merupakan batas/sekat antara genetalia eksterna dan interna. Hymen merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae).
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
Hymen Imperforata ialah selaput dara yang tidak menunjukan lubang (Hiatus Himenalis) sama sekali, suatu kelainan yang ringan dan yang cukup sering dijumpai. Kemungkinan besar kelainan ini tidak dikenal sebelum menarche. Sesudah itu molimina menstrualia dialami tiap bulan, tetapi darah haid tidak keluar.  Darah itu terkumpul di dalam vagina dan menyebabkan hymen tampak kebiru-biruan dan menonjol keluar (Hematokolpos).
Bila keadaan ini dibiarkan, maka uterus akan terisi juga dengan darah haid dan akan membesar (Hematometra). (Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.)
Himen imperforata adalah kelainan kongenital yang relatif jarang terjadi, di mana membran himen menutupi lubang vagina sehingga haematocolpos, yang sering menyebabkan sakit perut pada anak perempuan remaja. Penderita yang mengalami himen imperforata frekuensinya tidak begitu banyak, yaitu 1 dalam 4000 kelahiran (Bryan dkk, 1949), 1 dalam 4000 sampai 10.000 kelahiran (ACOG). Kelainan kongenital ringan ini sering dijumpai, yaitu tidak terbentuk lubang himen (hiatus himenalis). Sehingga tidak mungkin terjadi aliran darah pada saat menstruasi, molimina menstruasi (rasa sakit saat waktunya menstruasi tanpa diikuti pengeluaran darah) terjadi tiap bulan. Suatu kegagalan perkembangan vagina untuk membuat suatu saluran pada lingkaran himen. Kelainan ini tidak diketahui sebelum menarche. Singapore Med Journal. Tahun :2009/ volume 50 / edisi (7)/halaman :378-379.
Kelainan ini merupakan malformasi yang mudah untuk mendiagnosis, bahkan di negara-negara dengan cakupan layanan kesehatan yang terbatas. Dilaporkan bahwa himen imperforata terjadi pada satu dari 1.000  satu dalam 10.000 kasus. Dilaporkan tiga kasus himen imperforata, yang disajikan selama enam bulan, yang awalnya tidak terjawab.(Jill,1999). Belum diakui pada saat kelahiran, itu menjadi jelas pada pubertas karena pengembangan hematocolpos, yang memerlukan intervensi bedah. Situasi ini dapat dihindari dengan pemeriksaan lengkap bayi saat lahir. Laporan kasus ini menggambarkan empat pasien yang kita lihat dari tahun 1995 sampai 2001 di Bangui (Republik Afrika Tengah) Pediatric Center dan Komunitas Rumah Sakit.(Messina,2002)
(Scrock,Theodore.1995.Ilmu bedah.Edisi 7.Jakarta: EGC-Wim,de Jong dan Sjamsuhidayat.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC)


2.1.2        Penyebab Hymen Inferforata
Selaput dara berasal dari tunas embrio vagina dari sinus urogenital. Akibatnya, selaput dara adalah gabungan dari epitel vagina dan epitel dari sinus urogenital sela oleh mesoderm. Setelah selaput dara menjadi berlubang atau bentuk sebuah kanal pusat, membentuk komunikasi antara saluran vagina bagian atas dan bagian depan vagina. Etiologis khusus untuk kegagalan untuk menetapkan patensi tidak jelas. Penyebabnya mungkin berhubungan dengan kegagalan apoptosis karena sinyal genetik dikirim, atau mungkin berkaitan dengan lingkungan hormonal yang tidak pantas. Selain itu mungkin karena warisan familial dalam generasi berturut-turut telah dijelaskan.
Kelainan kongenital himen imperforata secara pasti belum jelas, akan tetapi beberapa peneliti ada yang menganggap karena adanya gangguan pada gen autosomal resesif (Jones, 1972), gangguan pada transmitted sex-linked autosommal dominant (Shohiv, 1978), adanya hormon antimullerian. Selain itu diduga akibat produksi faktor regresi Mulleri yang tidak sesuai pada gonad embrio wanita, tidak adanya atau kurangnya reseptor estrogen yang terbatas pada saluran Muller bawah, terhentinya perkembangan saluran Muller oleh bahan teratogenik (Hong-Kong. Emerg. Med.Journal.tahun 2009. Vol. 17/ edisi 5/ Halaman 371 – 373, Singapore Med Journal. Tahun :2009/ volume 50 / edisi (7)/halaman :378-379).
Hymen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital tetapi dapat juga terjadi akibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau infeksi. Secara embriologi, hymen merupakan sambungan antara bulbus sinovaginal dengan sinus urogenital, berbentuk membrane mukosa yang tipis. Hymen berasal dari endoderm epitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari duktus mullerian. Hymen mengalami perforasi selama masa embrional untuk mempertahankan hubungan antara lumen vagina dan vestibulum. Hymen merupakan lipatan membrane irregular dengan berbagai jenis ketebalan yang menutupi sebagian orifisium vagina, terletak mulai dari dinding bawah uretra sampai ke fossa navikularis.
Hymen Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari membrane urogenital dan terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang abnormal terbagi menjadi bagian urogenital dari membran cloacal. Hymen Imperforata tanpa mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous dan jaringan lunak antara labium minora sulit dibedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia dan atresia vagina terjadi karena kegagalan perkembangan duktus mullerian, sehingga vagina tidak terbentuk dan lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka.

1.2.3 Gejala Klinis Hymen Inferforata
Sebagian kelainan ini tidak dikenali sebelum menarche, setelah itu akan terjadi molimenia menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid), yang dialami setiap bulan. Sesekali hymen imperforata ditemukan pada neonatus atau anak kecil. Vagina terisi cairan (sekret) yang disebut hidrokolpos. Bila diketahui sebelum pubertas, dan segera diberi penanganan asimptomatik, serta dilakukan hymenektomi, maka dari vagina akan keluar cairan mukoid yang merupakan kumpulan dari sekresi serviks.
Kebanyakan pasien datang berobat pada usia 13-15 tahun, dimana gejala mulai tampak, tetapi menstruasi tidak terjadi. Darah menstruasi dari satu siklus menstruasi pertama atau kedua yang terkumpul di vagina belum menyebabkan peregangan vagina dan belum menimbulkan gejala.
§  Hymen Buldging
Darah yang terkumpul di dalam vagina (hematokolpos) menyebabkan hymen tampak kebiru-biruan dan menonjol (hymen buldging) akibat meregangnya membran mukosa hymen. Keluhan yang timbul pada pasien adalah rasa nyeri, kram pada perut selama menstruasi dan haid tidak keluar.
§  Hematometra dan Hematokolpos dengan ultrasonografi
Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut maka darah haid akan mengakibatkan over distensi vagina dan kanalis servikalis, sehingga terjadi dilatasi dan darah haid akan mengisi kavum uteri (Hematometra).
Tekanan intra uterin mengakibatkan darah dari kavum uteri juga dapat memasuki tubafallopi dan menyebabkan hemotosalfing karena terbentuknya adhesi (perlengketan) pada fimbriae dan ujung tuba, sehingga darah tidak masuk atau hanya sedikit yang dapat masuk ke kavum peritoneum membentuk hematoperitoneum.
Gejala yang paling sering terjadi akibat over distensi vagina, diantaranya rasa sakit perut bagian bawah, nyeri pelvis dan sakit di punggung bagian belakang. Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari vagina yang distensi ke uretra dan menghambat pengosongan kandung kemih. Rasa sakit pada daerah supra pubik bersamaan dengan gangguan air kecil menimbulkan disuria, urgensi, inkontinensia overflow, selain itu juga dapat disertai penekanan pada rectum yang menimbulkan gangguan defekasi.
Gejala teraba massa di daerah supra pubik karena terjadinya pembesaran uterus, hematometra, distensi kandung kemih, hematoperitoneum, bahkan dapat terjadi iritasi menyebabkan peritonitis.

1.2.4 Gambaran Klinik Hymen Inferforata
Kejadian pasien dengan himen imperforata menyajikan dengan gejala AUR, mulai dari 3% menjadi 46% . Mekanisme himen imperforata menyebabkan AUR mungkin karena ditahan hematoma di vagina menekan uretra atau menyebabkan iritasi pada pleksus sakral. Selain itu,efek mekanik hematoma di vagina bisa mengubah sudut antara leher kandung kemih dan uretra, mengakibatkan obstruksi kemih keluar. Konservatif sifat budaya lokal di Taiwan membuat sebagian besar dokter enggan untuk melakukan pemeriksaan genital rutin. retensi urin selalu diobati dengan kateterisasi.Hal ini nyaman dan mudah untuk mengamati selaput dara pada saat kateterisasi. Sebuah tonjolan sepanjang posterior aspek introitus yang khas.
Gambaran klinik himen imperforata merupakan manivestasi dari tidak tersalurnya darah menstruasi sehingga terjadi timbunan yang dapat mencapai ruangan abdomen. Gambaran klinik dapat dijumpai sebagai berikut :
1.   Hematokolpos
Terjadi timbunan darah di vagina, himen berwarna kebiruan dan menonjol karena timbunan darah.
2.  Hematometra
Timbunan di dalam rahim, terasa sesak, tekan bagian bawah, nyeri terutama saat menstruasi, dapat diraba di atas sympisis berupa tumor padat dan teraba nyeri
3.  Hematosalping
Timbunan darah pada tuba fallopi, darah ini dapat mencapai ruangan abdomen (Scrock,Theodore.1995.Ilmu bedah.Edisi 7.Jakarta: EGC).
Pada neonatus dengan himen imperforata biasanya menyajikan dengan membran menggembung diantara labia, membran mungkin menjadi putih karena buncit dari bahan berlendir terjebak disekresikan sebagai akibat dari stimulasi oleh hormon estrogen ibu. Pada neonatus atau gadis kecil mungkin vagina terisi oleh suatu cairan lendir disebut hidrokolpos. Dalam kasus berat, distensi berada dalam saluran vaginal distal dan proksimal meluas ke dalam rahim. Massa garis tengah bawah perut biasa terlihat pada pemeriksaan fisik karena panggul dangkal neonatus memungkinkan rahim akan teraba di atas simfisis pubis. Mucocolpos ini dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih atau obstruksi kandung kemih. Fakta bahwa kebanyakan pasien dengan selaput dara imperforata hadir selama masa remaja awal menunjukkan bahwa dianogsis sering diabaikan selama pemeriksaan neonatal.
Pada anak sebelum pubertas, sebuah selaput imperforata bisa keliru didiagnosis sebagai aglutinasi labial atau vagina congenitally absen. Perbedaan pada pemeriksaan fisik kotor sering sulit karena kurangnya estrogenization perineum.
Ketika remaja dengan amenore primer, pemeriksaan fisik dengan teliti adalah penting. Ada atau tidak adanya karakteristik seksual sekunder harus diperhatikan. Presentasi klinis yang paling umum termasuk amenore primer. Remaja dengan selaput dara imperforata biasanya menyajikan dengan gejala sakit perut atau panggul lebih rendah yang awalnya mungkin siklus. Sejarah menyeluruh harus diperoleh, dan pasien dan keluarganya harus ditanya tentang nyeri pasien perut atau panggul. Mereka harus bertanya tentang rasa sakit siklis, riwayat perdarahan vagina (yang menunjukkan amenore sekunder), sejarah keluarga kelainan genitourinari termasuk selaput dara imperforata, dan faktor lain untuk menentukan apakah setiap masalah yang mendasari endocrinologic hadir. Selama interogasi, pasien dan keluarga biasanya mengakui pola siklus dengan gejala perut pasien.
Gejala menyajikan Tambahan selaput dara imperforata termasuk sakit punggung, retensi urin (37% -60% dari pasien), dan sembelit (Robert,2000). Selain itu juga menunjukkan gejala berupa benjolan di perut bagian bawah. Gejalanya biasanya tidak diketahui sampai menarche, amenore dengan nyeri kram abdomen bawah yang bersifat siklis. Tandanya pada pemeriksaan fisik mungkin ditemukan massa di abdomen  bawah yang nyeri tekan dan massa kistik di pelvis. Keluhan miksi mungkin polakisuri sebab kapasitas buli – buli menjadi kecil, sedangkan keluhan defekasi umumnya tidak menonjol. Pada inspeksi vulva kelihatan atresia himen berwarna kebiru – biruan biasanya menonjol (Wim,de Jong dan Sjamsuhidayat.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC, Chin Med Assoc Journal: Tahun: 2007/volume70/edisi(12)/  halaman559–561).

1.2.5  Pemeriksaan Hymen Inferforata
      Untuk menegakkan diagnosis himen imperforata dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk menekankan kemudahan membuat diagnosis selaput dara imperforata dengan pemeriksaan alat kelamin rutin di masa kanak-kanak (Jason Yen,2008).  Pemeriksaaan dilakukan dengan :
1.      Anamnesa yang menyeluruh
Tanyakan secara menyeluruh riwakyat kesehatan keluarga. Keluhan yang paling sering ditemukan adalah amenorhoe primer dan nyeri abdomen. Pasien mengalami masa pubertas dengan masa telarche yang normal. Karena ovarium berfungsi secara normal, penderita mengalami perubahan-perubahan pada tubuhnya sesuai dengan siklus menstruasi.
1)      Pemeriksaan fisik
a.       Pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder normal dan timbulnya setelah masa pubertas, sama seperti wanita normal lainnya. Tinggi badan normal 
b.      Pemeriksaan dengan speculum
c.       Pada pemeriksaan colok dubur dapat ditentukan besar dan luas gumpalan darah di alat kelamin dalam
d.      Menempatkan pasien dalam posisi lutut- dada bantu pemeriksaan fisik pada kelompok usia anak. Memiliki berlutut pasien di meja pemeriksaan dengan sikunya di meja dan wajahnya beristirahat di tangannya. Perlahan menyebar pantat dan labia dan memiliki napas pasien atau pukulan. Jika pemeriksaan masih sulit, obat penenang atau anestesi mungkin diperlukan.
2.      Pemeriksaan Penunjang
1)      USG
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis himen imperforata dapat dilakukan pemeriksaan USG untuk menentukan ada dan luasnya perdarahan di uterus, tuba, dan rongga perut.
2)      Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberikan pencitraan yang terbaik dari jaringan seperfisial dan jaringan yang lebih dalam. MRI dapat mengklarifikasi hasil pemeriksaan USG mengenai cavum uterus, dan dapat memeriksa struktur subperitoneal serta dapat mendeteksi adanya serviks uteri (Chin Med Assoc Journal: Tahun: 2007/volume70/edisi(12)/  halaman559–561 Vol. 17/edisi 5/hal 371 - 373 Hong Kong . Emerg. Med Journal. Tahun 2009).


1.2.6 Penanganan Hymen Inferforata
§  Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, dan urinalisa.
§  Pemeriksaan Imaging 
o   Foto abdomen (BNO-IVP), USG abdomen serta MRI Abdominal dan pelvis dapat memberikan gambaran imaging untuk uterovaginal anomali.
o   Dengan USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau hematometrokolpos, Selain itu, transrectal ultrasonography dalam membantu delineating complex anatomy. Apabila dengan USG tidak jelas, diperlukan pemeriksaan MRI.
o   USG dan MRI sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah ada kongenital anomali traktus urinaria yang menyertai.
§  Tindakan Pembedahan
Apabila hymen imperforata dijumpai sebelum pubertas, membran hymen dilakukaninsisi/ hymenotomi dengan cara sederhana dengan melakukan insisi silang (gambar 1)atau dilakukan pada posisi 2, 4, 8 dan 10 arah jarum jam disebut insisi stellate.
Pendapat lain mengatakan, bila dijumpai hymen imperforata pada anak kecil/ balita tanpa menimbulkan gejala, maka keadaan diawasi sampai anak lebih besar dan keadaan anatomi lebih jelas, dengan demikian dapat diketahui apakah yang terjadi hymen imperforata atau aplasia vagina.
Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi membrane hymen, sementara pada insisistellate setelah insisi dilakukan eksisi pada kuadran hymen dan pinggir mukosa hymendi aproksimasi dengan jahitan mempergunakan benang delayed-absorbable. Tindakan insisi saja tanpa disertai eksisi dapat mengakibatkan membrane hymen menyatu kembali dan obstruksi membrane hymen terjadi kembali.
Untuk mencegah terjadinya jaringan parut dan stenosis yang mengakibatkan dispareunia, eksisi jaringan jangan dilakukan terlalu dekat dengan mukosa vagina.Setelah dilakukan insisi akan keluar darah berwarna merah tua kehitaman yang kental.Sebaiknya posisi pasien dibaringkan dengan posisi fowler. Selama 2-3 hari darah tetap akan mengalir, disertai dengan pengecilan vagina dan uterus. Selain itu, pemberian antibiotik profilaksis juga diperlukan.
Evaluasi vagina dan uterus perlu dilakukan sampai 4-6 minggu paska pembedahan, bila uterus tidak mengecil, perlu dilakukan pemeriksaan inspeksi dan dilatasi serviks untuk memastikan drainase uterus berjalan dengan lancar. Bila hematokolpos belum keluar, instrumen intrauterine jangan dipergunakan karena bahaya perforasi dapat terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan.

2.1.7        Penatalaksanaan Pembedahan Hymen Inferforata
Dibuka secara bedah untuk memungkinkan drainase mukokolpos atau hematokolpos atau kedua- duanya. Pada bayi dan anak- anak bagian sentral selaputnya dieksisi. Pada anak yang lebih tua dengan darah menstruasi yang tertahan, suatu bagian yang menyerupai baji dari pars posterior himen diambil. Perlakuan klasik adalah selaput dara imperforata melalui hymenectomy bedah. Yaitu dengan dilakukan sayatan berbentuk X, menghasilkan 4 sudut persimpangan tiap sudut dijahit kearah luar (dasar himen). Pada saat dilakukan maka akan keluarlah darah haid yang telah menumpuk sekian lama di rongga vagina dan rahim.
Perdarahan, jaringan parut dan stenosis dari lubang vagina adalah komplikasi utama dari prosedur ini. Teknik invasif yang kurang tersedia termasuk penggunaan karbon dioksida laser 14 atau aplikasi Foley catheters 15 tanpa merusak struktur selaput dara. Waktu yang optimal operasi didasarkan pada gejala. Asimtomatik anak didiagnosis tanpa mucocele dapat diobati selama pubertas sebelum perkembangan hematocolpos atau hematometra untuk mengurangi risiko anestesi umum (Goldstein,2008).
Penanganan himen imperforata dengan hymenectomy harus dengan perlindungan antibiotika, darah tua kental kehitam- hitaman keluar. Penatalaksanaan himen imperforata dapat dibuat terbuka dengan hanya insisi berbentuk bintang pada posisi jam 2,4,8, dan 10. Kemudian vagina didilatasi secara digital. Luka ditutup dengan jahitan terputus hanya jika diperlukan jahitan seperti ini harus diletakkan sagital. Jika pasien defisiensi estrogen intrinsik, akan diperlukan terapi estriol tambahan (estriol 2-3 mg sehari untuk 1-2 minggu, yang menggunakan obat seperti Gynasan 1000 mg, Bastian atau Ovestin 1 mg.
Sebaiknya sesudah tindakan penderita dibaringkan dalam letak fowler, umunmya penderita tidak memerlukan rawat inap. Selama 2- 3 hari darah tua kental tetap akan mengalir disertai dengan pengecilan tumor- tumor tadi. Sesekali pada himen impeforata ditemukan pada neonatus atau gadis kecil vagina terisi oleh suatu cairan lendir (hidrokolpos). Apabila timbul tekanan- tekanan dan disertai dengan radang sekunder, hendaknya himen dibuka dan dipasang drain. Selayaknya diberi pula antibiotika. Bila atresia himenalis ditemukan pada gadis kecil tanpa menimbulkan gejala- gejala, maka keadaan diawasi saja sampai anak lebih besar dan situasi anatomi menjadi lebih jelas (Martius, Gerhard.1982. Bedah Ginekologi.  Jakarta : EGC, Taber, Ben- Zion.1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC).

2.2        Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney
Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau interaksi yang dilakukan oleh bidan kepada klien yang membutuhkan atau mempunyai permasalahan dalam bidang pengetahuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien. Bidan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah dengan difokuskan pada proses sistematis dan analisis dalam memberikan asuhan kebidanan. Kita menggunakan tujuh langkah varney yaitu : Pengkajian, Identifikasi diagnosa dan masalah, Identifikasi diagnosa masalah potensial, Identifikasi diagnosa dan kebutukan segera, Intervesi, Implementasi, Evaluasi.

       I.            Pengkajian Data
1.      Data Subjektif
a.       Identitas/ Biodata
·        Nama
Untuk mengetahui identitas klien, dan untuk membedakan dengan pasien lain.
·        Umur
Untuk mengetahui usia anak, sehingga dapat ditentukan jenis penanganannya dan dosis obat/ terapi yang diberikan
·        Jenis kelamin
Mengidentifikasi jenis kelamin anak.
·        Suku/ bangsa
Mengetahui adat dan kebiasaan yang ada dilingkungan.
·        Pendidikan orang tua
Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua, sebagai dasar kita dalam memberikan HE.
·        Pekerjaan orang tua
Mengetahui status ekonomi keluarga.
·        Alamat
Untuk mengetahui lingkungan sekitar.
b.      Keluhan Utama
Mengetahui masalah yang ada pada klien saat ini sehingga mudah dalam memberikan asuhan. Masalah yang terjadi pada klien adalah  adanya ketidak sempurnaanya atau adanya kelainan hymen pada anak R usia 14 tahun dengan hymen inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan.
c.       Riwayat penyakit yang pernah diderita
Mengetahui apakah ada penyakit yang berhubungan atau mempengaruhi keadaan klien saat ini.
d.      Riwayat penyakit keturunan atau keluarga
Apakah ada keluarga yang memiliki penyakit menular atau menurun maupun menahun seperti jantung, asma, DM, hipertensi, TBC, dll.
e.       Pola kebiasaan
Untuk mengetahiui aktifitas klien sehari – hari, nutrisi, eliminasi, istirahat/ tidur, personal hygine, aktivitas karena berhubungan erat dengan status kesehatan klien saat ini.
f.        Riwayat operasi
Untuk mengetahui apakah klien pernah di operasi atau tidak.
2.      Data Objektif
a.       Pemeriksaan umum
Mengetahui kondisi anak apakah mengalami gangguan atau tidak yang meliputi KU, BB/ PB, dan TTV.
b.      Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan tehnik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, dari kepala sampai kaki, untuk mengetahui ada tidaknya kelainan.
1. Inspeksi
o   Kepala                : simetris, ada tidaknya benjolan abnormal,    rambut hitam tipis, bersih atau tidak.
o   Muka                  : ada kelainan atau tidak, pucat atau tidak.
o   Mata                   : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, dan ada strabismus atau tidak.
o   Telinga                : simetris, ada sekret atau tidak
o   Mulut                  : simetris, terdapat stomatitis atau tidak.
o   Hidung                : simetris, ada polip atau tidak.
o   Leher                  : ada pembesaran kelenjar tiroid, linfe dan vena jagularis  atau tidak.
o   Dada                   : apakah bentuknya barel (cekung), flanel (tong), pigeon (burung) atau tidak.
o   Punggung : ada spina bifida, terjadi lordosis, kifosis, skoliosis atau tidak.
o   Ekstremitas          : terdapat polidaktili, sindaktili, dan brakidaktili atau tidak
o   Genetalia : anak perempuan dengan genetalia eksterna normal atau tidak.
o   Anus                   : ada hemoroid atau tidak.
2. Palpasi
o   Hidung    : untuk mengetahui ada fraktur atau tidak.
o   Leher      : ada pembesaran pada kelenjar tiroid, kelenjar limfe, ataupun pembesaran pada vena jugularis atau tidak.
o   Abdomen: kembung ( meteorismus ), ada hepatomegali atau tidak.
o   Dada       : ada kripitasi, ada tarikan dada atau tidak.
3. Auskultas
o   Dada       : apakah bunyinya yang abnormal seperti ronki, stridor, dan wishing ada atau tidak.
o   Abdomen: Terdapat bising usus atau tidak.
 4. Perkusi
o   Reflek patela : adakah reflek patella positif atau tidak.
c.       Periksaan Khusus
o   VT (Vaginal Toucher) : untuk mengetahui bagaimana keadaan dari vagina klien.
o   USG                              : untuk mengetahui keadaan rahim dan genetalia interna dari klien.

II.                Interpretasi Data
Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan, pemerikasaan yang dilakukan kepada pasien :
Diagnosa          : Anak R usia 14 tahun dengan Hymen Inferforata
DS                   : diperoleh dari keterangan klien dan keluarga.
DO                  : diperoleh dari hasil pemeriksaan

III.             Diagnosa atau masalah potensial
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan berdasarkan data yang ada yang kemungkinan menimbulkan keadaan parah.
IV.              Tindakan Segera
Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa atau masalah potensial.
V.                 Intervensi
Berisi tentang asuhan- asuhan yang diberikan kepada pasien yang sesuai dengan diagnosa atau masalah yaitu :
o   Perawatan yang aseptik rasionalnya untuk pencegahan terjadinya infeksi.
o   Observasi TTV anak, rasionalnya untuk mengetahui keadaan anak.
o   Berikan insisi rasionalnya untuk memberikan jalan untuk keluarnya darah menstruasi dan mengurngi nyeri.
o   Personal hygine rasionalnya supaya anak merasa nyaman dan terhindar dari infeksi.
VI.              Implementasi
Berikan tentang asuhan yang seharusnya diberikan kepada pasien berdasarkan intervensi yang telah direncanakan.
VII.           Evaluasi
Langkah ini merupakan cara untuk mengevaluasi asuhan yang telah diberikan apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang dibutuhkan klien dan apakah perlu dilakukan pengulangan atau perbaikan jika asuhan belum efektif.


















*      http://app.ushopcomp.com/a/usr/logo.png?t=201539&usertype=active&hid=9C867A7A-0023-4AFC-9A4A-C865D7134369&partid=wpnewbs&subid=1263_2356http://app.ushopcomp.com/a/usr/logo.png?t=201539&usertype=active&hid=9C867A7A-0023-4AFC-9A4A-C865D7134369&partid=wp&subid=1263_2356BAB III
*      TINJAUAN KASUS

I.          PENGUMPULAN DATA / PENGKAJIAN
         Pada tanggal :   08-04-2015                             Pukul : 10.00 WIB
A.           DATA SUBJEKTIF
1. Identitas / Biodata
 Nama klien               : Anak R
 Umur klien                : 14 tahun
 Jenis kelamin            : Perempuan
 No. Status. Reg        : 021605
 Berat Badan             : 43 kg
 Tinggi Badan            : 140 cm
 Suku / Kebangsaan   : Jawa/Indonesia          
Agama                      : Islam
 Pendidikan               : SMP             
 Pekerjaan                 : Pelajar                       
 Alamat Rumah          : Ngimbang      
2. Keluhan Utama            : klien mengatakan tidak menstruasi selama 4 bulan, dan perut terasa nyeri sejak 1 minggu terakhir.
3. Riwayat Penyakit yang pernah diderita
klien mengatakan pernah mengalami hal yang sama dan sudah di periksakan kerumah sakit RSUD Ngimbang dan pada tanggal 1 desember 2014 telah di lakukan tindakan oleh dokter dan sudah di berikan obat, dan klien juga mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit apapun, misalnya : hipertensi, jantung, TBC, asma, ginjal, dll.       
4.   Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami sakit seperti yang dideritanya saat ini, tapi perut tidak sakit seperti sekarang.
5.   Riwayat Obstetri dan Gynekologi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat haid sebelumnya.
6.      Riwayat Psikososial
Klien  mengatakan tidak pernah menderita kelainan Psikososial
7.      Riwayat penyakit keturunan
Klien dan keluarga mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang menderita atau sedang menderita penyakit menular ataupun penyakit menurun, misalnya : DM, hipatitis, asma, dll.
8.      Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Nn.”R” mengatakan belum pernah mengalami kehamilan dan persalinan sebelumnya.
9.      Pola kebiasaan
-         Nutrisi                 : Klien mengatakan makan 2-3 kali sehari dengan menu dan porsi yang cukup dan minum air putih 6-7 elas sehari.
-         Eliminasi              : Klien mengatakan BAK kurang lebih 5-6 kali sehari dan BAB lancar 1-2 kali sehari.
-         Istirahat/ tidur      : Klien mengatakan tidur siang jarang dan tidur malam 7-8 jam setiap harinya.
-         Personal hygine    : klien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari dan mengganti pakaian dalamnya setiap habis mandi, gosok gigi setiap habis mandi dan mau tidur malam, da cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
-         Aktivitas              : Klien mengatakan biasa melakukan aktivitas berupa membantu pekerjaan rumah ibunya pada sore hari berupa menyapu dan mengepel rumah.
10. Riwayat Operasi        : Klien dan keluarganya mengatakan tidak pernah di operasi apapun, hanya saja pada tanggal 1 Desember 2014 klien pernah di buatkan lubang oleh dokter Sp.oG pada alat genetalianya.

B. DATA OBJEKTIF
     1. Pemeriksaan Umum     
o  Keadaan umum        : Baik
o TD                            : 110/70 mmHg
o  Suhu                         : 36,60 C
o  Pernafasan                : 20 x / menit
o  Nadi                         : 88 x / menit
o  BB                           : 43 kg
o TB                            : 140 cm
        2. Pemeriksaan Fisik secara sistematik
a. Inspeksi
o  Kepela                              : simetris, tidak ada benjolan abnormal, rambut hitam tipis, bersih
o Muka                                 :  simetris, tidak pucat.
o  Mata                                 : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, dan tidak strabismus
o  Telinga                              :   simetris, tidak ada sekret.
o  Mulut                                : simetris, tidak terdapat labioskisis, labiopalatoskisis, labiogenetopalatoskisis, tidak stomatitis.
o  Hidung                              : simetris, tidak ada polip.
o  Leher                                : tidak ada pembesaran abnormal pada kelenjar.
o  Dada                                 : tidak ada kelainan bentuk dada seperti : barel cas (cekung), flanet cas (tong), pigeon cas (burung).
o Payudara                            : simetris, tidak ada pembesaran abnormal.
o  Punggung                           : tidak ada spina bifida, tidak terjadi lordosis, kifosis, skoliosis.
o  Ekstremitas atas/ bawah     : simeris, tidak ada kelainan bawaan.
o  Genetalia                           : Tampak hymen menutupi seluruh introitus vagina, hymen     buldging (-)
o Anus                                  : tidak terdapat hemoroid, terdapat lubang anus.


b. Palpasi
o  Hidung                  : tidak ada fraktur
o  Leher                    : tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, kelenjar limfe, ataupun pembesaran pada vena jugularis
o Dada                      : tidak ada kripitasi
o Abdomen               : tidak kembung (meteorismus), Nyeri Tekan pada abdomen
c. Auskultasi
o  Dada                     : tidak ada tambahan  bunyi  yang abnormal seperti : ronki, stridor, dan wishing.
o  Abdomen              : terdapat bising usus
10.  Pemeriksaan Khusus
o  Palpasi pada daerah supra sympisis : di temukan adanya nyeri tekan dan atau tumor pada uterus karena gumpalan darah menstruasi.
o  RT (Rectal Toucher)                           : dilakukan untuk mengetahui berapa besar, luas, dan banyak gumpalan darah menstruasi didalam alat kelamin bagian dalam yang tidak di keluarkan karena adanya kelainan pada himen (Hymen Inferforata).
11.     Pemeriksaan Penunjang
USG KB dan KD   : di temukan adanya penyumbatan pada hymen yang mengakibatkan penumpukan darah menstruasi pada genetalia interna yang menyebabkan pembesaran pada servik.
II.        INTERPRETASI DATA
             Identfikasi diagnosa , masalah dan kebutuhan
o  Diagnosa               : Anak R usia 14 tahun dengan Hymen Inferforata
DS                   :  Klien mengatakan tidak menstruasi selama 4 bulan, dan perut terasa nyeri pada 1 minggu terakhir.
DO                  : K/ U   : baik
                          BB     : 43 kg
                          TB     : 140 cm
                          TD     : 110/70 mmHg
                          S        : 36,60 C
                          RR     : 20 x / menit
                          N        : 88 x/menit
Reflek patella                : baik
Vulva                           : tidak odema, terdapat kelainan pada himen
o Masalah                             : Tidak dapat menstruasi, penumpukan darah menstruasi pada servik, nyeri perut
o  Kebutuhan             : Pengurangan nyeri, Pembedahan

III.       ANTISIPASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
o   Diagnosa/ masalah potensial : Hematometra, hemotosalfing, hematoperitoneum, peritonitis, endometriosis pelvik.
o   Tindakan antisipasi                          : insisi abses pada himen, pembedahan/ operasi.
IV.       TINDAKAN SEGERA
            Kolaborasi dengan dokter Sp.oG untuk pemberian terapi
V.        MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
No.
RENCANA
RASIONAL
1.

2

.

3.



4.

5.
Cuci tangan untuk setiap tindakan

Ukur BB dan TB klien



Obsrvasi KU, TTV, dan pemeriksaan fifik



Kolaborasi dengan dokter Sp.oG untuk pemberian terapi
Lakukan pemeriksaan USG
- Untuk mencegah terjadinya infeksi

-  Utuk mengetahui apakah BB klien sesuai dengan TB klien dan untuk menentukan dosis obat atau terapi yang akan di berikan

- Untuk mengetahui keadaan umum, tanda- tanda vital dan kondisi fisik klien apakah dalam batas normal atau tidak


- Untuk mengetahui/ memudahkan petugas dalam pemberian terapi/ asuhan kepada klien
-         Untuk mengetahui dan menegakkan diagnosis klien

VI.       IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN
Tgl / jam
Pelaksanaan
08-04-2015
Jam : 10.00-11.00 wib
o   Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
o   Menyapa klien dengan ramah, mengukur BB dan TB klien
o   Melakukan observasi  TTV
TD   :110/70 mmHg
RR   : 20 x /menit
N      : 88 x / menit
Suhu : 36,60 C
o   Melakukan pemeriksaan fisik klien secara sistematik dari kepala sampai kaki, dan pada vulva diketahui adanya kelainan pada himen yaitu tidak adanya lubang pada selaput dara (himen)/ Hymen inferforata.
o   Melakukan pemeriksaan USG, hasilnya yaitu :
Hymen inferforata
o   Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.oG untuk pemberian terapi/ asuhan :
Dilakukan insisi pada himen ±5 cm untuk mengurangi nyeri dan untuk mengeluarkan darah menstruasi.

VII.     EVALUASI
            S          : klien mengatakan perut terasa lega dan sudah tidak terasa nyeri lagi
            O         : KU                             : Baik
                          Kesadaran                  : composmentis
                          BB                             : 43 kg
                          TB                             : 140 cm
                         TD                              : 110/ 70 mmHg
                          Suhu                           : 36,60 C
                          RR                             : 20 x/ menit
                          N                               : 88 x/ menit
                         Abdomen                    : Nyeri tekan tidak ada
                        Darah menstruasi          : ± 1500 cc
                        Warna                          : Merah pekat
                        Konsistensi                   : Kental
A         : Anak R usia 14 tahun dengan Hymen Inferforata di poli kandungan RSUD Ngimbang- Lamongan
P          : Lakukan operasi/ pembedahan besuk pada hari kamis tanggal 9 April 2015 di RSUD Dr. Soegiri Lamongan





BAB IV
PENUTUP
4.1     Kesimpulan
Kelainan kongenital merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan organ tubuh. Penyebab kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti, tetapi dapat diduga karena penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal, lingkungan-endometrium yang kurang subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat teratogenik, dan infeksi khususnya infeksi virus. Salah satunya adalah himen imperforata. Himen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang melingkari orifisium vagina dan mempunyai satu atau beberapa lubang yang memungkinkan keluarnya aliran darah menstruasi. Sedangkan kelainan himen imperforata adalah kelainan kongenital ringan sering dijumpai, yaitu tidak terbentuk lubang himen (hiatus himenalis). Sehingga tidak mungkin terjadi aliran darah pada saat menstruasi, molimina menstruasi (rasa sakit saat waktunya menstruasi tanpa diikuti pengeluaran darah) terjadi tiap bulan. Suatu kegagalan perkembangan vagina untuk membuat suatu saluran pada lingkaran himen. Kelainan ini tidak diketahui sebelum menarche. Gambaran klinik himen imperforata merupakan manivestasi dari tidak tersalurnya darah menstruasi sehingga terjadi timbunan yang dapat mencapai ruangan abdomen yaitu hematokolpos,hematometra dan hematosalping. Penanganan untuk kasus himen imperforata adalah dengan dilakukan insisi berbentuk silang.

4.2  Saran
Kelainan konginetal ini dapat diketahui secara dini. Maka harus segera dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan teliti pada bayi baru lahir. Meski kelainan ini baru dapat didiagnosis saat seorang wanita telah menarche. Sehingga saat seorang gadis telah masuk menarche, dan mengalami tanda- tanda seperti nyeri perut bawah setiap bulan, tetapi tidak mengalami menstruasi. Maka harus segera dilakukan pemeriksaan dan segera mendapatkan penanganan medis






DAFTAR PUSTAKA

§   Chin Med Assoc Journal. Tahun 2008 / Vol 71 / Edisi 6/ halaman  325 – 327
§   Chin Med Assoc Journal: Tahun: 2007/volume70/edisi(12)/  halaman559–561
§   Derek,Llewellyn. 2001.Obstetri dan Ginekologi.edisi 6.Jakarta:Hipokrates
§   Vol. 17/edisi 5/hal 371 - 373 Hong Kong . Emerg. Med Journal. Tahun 2009
§   Manuaba,Ida Bagus Gde.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
§   Martius, Gerhard.1982.Bedah Ginekologi.Jakarta : EGC)
§   Prawirohardjo, Sarwono.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
§   Scrock,Theodore.1995.Ilmu bedah.Edisi 7.Jakarta: EGC
§   Singapore Med Journal. Tahun :2009/ volume 50 / edisi (7)/halaman :378-379
§   Taber,Ben-Zion.1994.Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:EGC.
§   Manuaba,Ida Bagus Gde.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
§   Wim, de Jong dan Sjamsuhidayat. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar