Selasa, 28 April 2015

Asuhan kebidanan ibu post partum 4 jam dengan Eklampsia



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Masa Nifas adalah masa yang dimulai sejak keluarnya plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan semula saat sebelum hamil, masa ini berlangsung kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
Masa nifas sendiri merupakan masa yang paling rawan, karena dapat menimbulkan resiko seperti perdarahan (42%), eklampsia (13%), infeksi (10%) dan komplikasi masa nifas lain (11%).  Dari beberapa resiko tersebut yang paling banyak meningkatkan Angka Kematian Ibu  (AKI) adalah perdarahan, eklampsia dan Infeksi.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia (Sarwono, 2009).
Saat ini eklampsia pada masa nifas masih merupakan masalah nifas yang menyumbang AKI dan AKB di Indonesia. Deteksi dini dan pencegahan dapat dilakukan guna mencegah terjadinya eklampsia pada ibu nifas yaitu dengan memberikan observasi yang ketat dan intervensi yang sesuai pada ibu nifas yang sebelumnya sudah menunjukkan tanda dan gejala Pre Eklampsia.
Sehingga Eklampsia dapat dicegah dan jika terjadi Eklampsia maka dapat dilakukan intervensi dan penatalaksanaan yang tepat, sehingga adanya kesakitn dan kematian pada ibu pada masa kehamilan, persalinan dan terutama nifas dapat dicegah.
Sehingga bidan sebagai pelaksana pada Asuhan Kebidanan pada masa nifas dapat memberikan Asuhan secara komprehensif sehingga Angka Kematian Ibu (AKI) akibat masa nifas dapat berkurang dengan Asuhan Kebidanan Nifas secara tepat dan menyeluruh terutama pada ibu nifas dengan kasus patologis yaitu Eklampsia.
Berdasarkan masalah diatas penulis  melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia di Ruang Nifas RSUD Ngimbang Lamongan Tanggal 06 - 18 April 2015.

1.2  Tujuan
1.2.1   Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melaksanakan dan memahami serta dapat melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny.“Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia di Ruang Nifas RSUD Ngimbang Lamongan.
1.2.2   Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan, mahasiswa diharapkan mampu :
1.    Melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia.
2.    Mengidentifikasi masalah atau diagnosa kebidanan pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia.
3.    Mengantisipasi masalah potensial atau diagnosa lainnya pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia.
4.    Melakukan identifikasi kebutuhan segera pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia.
5.    Mengembangkan rencana asuhan secara menyeluruh pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia.
6.    Melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia.
7.    Mengevaluasi rencana asuhan yang telah diberikan pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia.

1.3    Ruang Lingkup
Berdasarkan waktu, pengetahuan dan referensi, maka penulis hanya membatasi pada Asuhan Kebidanan pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia.


1.4    Metode Penulisan
1.    Rencana Penelitian
Metode yang dipakai dalam menyusun asuhan kebidanan ini adalah metode deskriptif berupa studi kasus yaitu membandingkan teori dan kasus nyata di lapangan.
2.      Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik sebagai berikut :
a.       Wawancara, yaitu anamnesa langsung dengan pasien
b.      Pemeriksaan fisik, yaitu melakukan pemeriksaan langsung terhadap pasien
c.       Studi kepustakaan, yaitu data yang diperoleh data yang diperoleh dari buku yang berhubungan dengan nifas.

1.5    Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan pada Ny.“Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia dilaksanakan di Ruang Nifas RSUD Ngimbang Lamongan pada Tanggal 06 April - 18 April 2015.

1.6    Sistematika Penulisan
Bab I        : Berisikan latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan,
pelaksanaan dan sistematika penulisan.
Bab II   : Berisikan konsep dasar sesuai dengan kasus yang diambil yaitu Konsep Dasar Nifas, Eklampsia pada Masa Nifas dan Konsep Dasar Asuhan Kebidanan menurut Hellen Varney.
Bab III     : Berisikan tentang pengkajian data, interpretasi data, antisipasi
  diagnosa, tindakan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Bab IV     : Kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Konsep Dasar Masa Nifas
2.1.1 Definisi Nifas
Nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009)
Periode pasca partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Helen Varney, 2007)
2.1.2 Tahapan Masa Nifas
1.        Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan
2.        Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3.        Remote Puerperium yaitu waktu yang diberikan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
2.1.3 Tujuan Asuhan Pada Masa Nifas
1.      Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi.
2.      Pencegahan, diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada masa nifas
3.      Merujuk ibu ke tenaga kesehatan ahli bila perlu.
4.      Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi khusus , budaya dan keluarga.
5.      Imunisasi ibu terhadap tetanus.
6.      Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan perkembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.

2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
    Kunjungan I: 6-8 jam setelah persalinan dengan tujuan:
1)      Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2)      Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
3)      Memberikan konseling pada Ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4)      Pemberian ASI awal
5)      Melakukan hubungan atau bonding  antara ibu dengan BBL
6)      Menjaga bayi tetap sehat dan mencegah hipotermia
1.      Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan dengan tujuan :
1)      Memastikan involusi uteri berjalan normal. Uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
2)      Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3)      Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
4)      Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda bahaya nifas.
5)      Memberikan ibu konseling mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
2.      Kunjungan III : 2 minggu sesudah persalinan dengan tujuan sama seperti kunjungan ke dua, 6 hari setelah persalinan.
3.      Kunjungan ke IV : 6 minggu setelah persalinan dengan tujuan :
1)      Menanyakan kepada ibu tentang keluhan atau tanda bahaya yang dialami baik ibu maupun bayinya.
2)      Memberikan konseling KB post partum.
2.1.5 Perubahan Fisiologis dalam Masa Nifas
1.      Pengerutan rahim (involusi uterus)
Adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan kelahiran setlah bayi dilahirkan hingga mencapainya keadaan seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus dan berat uterus meurut masa involusi
Involusi
Tinggi Fundus Uterus
Berat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu

2 minggu

6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
1 jari bawah pusat
Pertengahan sympisis pusat
Tidak teraba di atas sympisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gram
750 gram
500 gram

350 gram

50 gram
30 gram

2.      Involusi bekas plasenta
Bekas inplentasi mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri degan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
3.      Luka-luka
Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
4.      Rasa sakit
Yang disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan/kontraksi rahim biasanya berlangsung 2-4 hari paska persalinan.
5.       Serviks
Setelah persalinan bentuk servik agak mengganggu seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan kecil.
6.      Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri melalui vagina dalam masa nifas. Lochea dibagi dalam beberapa jenis diantaranya :
1)        Lochea Rubra, yaitu berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban sel-sel desi dua, verniks kaseasa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari paska persalinan.
2)        Lochea sanguinolenta, yaitu berwarna merah kuning berisi darah dan lendir selama hari ke 3-7 paska persalinan.
3)        Lochea serosa, yaitu berwarna kuning. Cairan tidak berdarah lagi selama hari 7-14 paska persalinan.
4)        Lochea alba, yaitu cairan putih setelah 2 minggu
5)        Lochea purulenta, yaitu terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk
6)        Locheostatis, yaitu lochea tidak lancar pengeluarannya.
7.      Payudara
Payudara menjadi besar dan menghitam disekitar putting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui, pada hari kedua dan ketiga akan diproduksi collostrum yang memiliki banyak manfaat bagi bayi.
8.      Sistem perkemihan
Dinding kandung kemih mengalami hipereamia soeduna, ada daerah kecil haemororagio hari pertama ibu biasanya mengalami kesulitan buang air kecil.
9.      Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormone dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan berkurangnya fungsi usus sehingga ibu tida merasa ingin atau sulit BAB.
10.  Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keeping darah) akan berkurang. Ini akan normal kembali setelah 1 minggu.
11.  Perubahan suhu tubuh
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih 37,5º sesudah partus dapat naik ±0,5ºC sesudah 12 jam pertama setelah melahirkan umumnya suhu tubuh akan kembali normal, bila suhu lebih dari 38ºC mungkin ada infeksi.
12.  Perubahan denyut nadi
Nadi berkisar umumnya antara 60-80 x/menit, bila terjadi takikardi sedangnkan badan tidak panas, mungkin ada pendarahan yang berlebihan atau ada vitium kordir.
13.  Penurunan berat badan
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badan yang berasal dari bayi, plasenta, air ketuban dan pendarahan persalinan.
2.1.6 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1.      Personal hygiene atau kebersihan diri
a.    Mengajarkan kepada Ibu untuk selalu menjaga kebersihan tubuh, membersihkan daerah vagina, mulai dari depan ke belakang
b.    Mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari / setiap terasa basah.
c.    Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
d.   Jika ibu mempunyai luka jahitan/laserasi, sarankan Ibu untuk membersihkan daerah luka dengan sabun dan air hingga bersih kemudian dikeringkan dengan handuk lembut kemudian memakai pembalut.
2.      Istirahat
a.    Anjuran agar cukup istirahat
b.    Sarankan ibu untuk kembali beraktifitas secara perlahan-lahan/tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
3.      Nutrisi
a.    Ibu menyusui harus makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
b.    Pil zat besi harus diminum menambahkan zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan
c.    Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) 2 kapsul agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
4.      Perawatan payudara
a.    Menjaga kebersihan payudara terutama putting susu
b.    Menggunakan BH yang menyokong payudara
c.    Bila putting lecet oleskan colostrums atau ASI pada sekitar putting setiap sebelum dan setelah menyusui
d.   Apabila lecet berat dapat diistirahatkan 24jam ASI dikeluarkan dan diminum dengan sendok
e.    Apabila bengkak ibu bias mengkompresnya dengan air hangat 2 menit, air dingin 1 menit dan air hangat lagi 2 menit.
2.1.7  Proses Adaptasi Psikologis Ibu Nifas
Menurut Rubin (1997) menjelaskan periode ini terjadi dalam 3 tahapan.
a)      Periode taking in (fase menerima)
Terjadi 2-3 hari melahirkan, biasanya ibu bersifat pasif dan bergantung energy difokuskan pada perhatiannya ke tubuh.
b)      Periode Takin-Hold (Mandiri)
Periode ini berlangsung kira-kira 10 hari setelah melahirkan, ibu biasanya menaruh perhatian kemampuan untuk menjadi orang tua yang berhasil dengan bertanggung jawab.
c)      Periode Letting-Go (Fase Interdefenden)
Periode ini terjadi setelah ibu kembali ke rumah, hal ini melibatkan waktu reorganisasi keluarga.
2.1.8  Tanda Bahaya Masa Nifas
a.       Perdarahan atau darah yang keluar terasa banyak.
b.      Demam.
c.       Infeksi masa nifas misalnya adanya lokhea atau darah nifas yang keluar berbau busuk dan bernanah, luka jahitan memerah, bengkak dan mengeluarkan pus.
d.      Sakit kepala, nyeri epigastrik dan pandangan mata kabur
e.       Payudara bengkak, merah dan nyeri
f.       Kehilangan nafsu makan
g.      Kaki memerah dan bengkak.
2.2        Konsep Dasar Pre Eklampsia
2.2.1 Definisi Pre Eklampsia
         Pre eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah kehamilan 20 minggu disertai dengan adanya proteinuria (Prawirohardjo,2009). Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urine selama 24 jam atau sama dengan ≥ +1 dipstick.
2.2.2 Etiologi
   Pre eklampsia memiliki etiologi kompleks, yang merupakan akibat dari keterkaitan antara kelainan genetik, faktor imunologi dan plasenta. Kecenderungan familial dari saudara kandung ibu merupakan penyebab 3 hingga 4 kali insidens pre eklampsia ibu. Kekurangan nutrisi ikut juga berperan terhadap terjadinya pre eklampsia (atallah et al., 2006).
2.2.3 Patofisiologi
         Hingga kini penyebab adanya hipertensi dalam kehamilan belum diketahui dengan jelas. Banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi  dalam kehamilan, tetapi  tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori sekarang yang banyak dianut adalah :
1)      Teori kelainan vaskularisasi plasenta
2)      Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
3)      Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin.
4)      Teori adaptasi kardiovaskuler genetik
5)      Teori defisiensi gizi
6)      Teori inflamasi (Prawirohardjo, 2009)
2.2.4 Faktor Resiko
Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam beberapa faktor resiko berikut yaitu :
1.      Primigravida atau primipaternitas
2.      Hiperplasentosis, misalnya pada mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar.
3.      Umur yang ekstrim
4.      Riwayat keluarga pernah pre eklampsia atau eklampsia
5.      Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6.      Obesitas (Prawirohardjo,2009)
2.2.5 Tanda dan Gejala Pre Eklampsia
Berdasarkan temuan klinis Gejala ,tanda dan Temuan Laboratorium Pre eklampsia dibagi menjadi 6 yaitu :
1)      Hipertensi
      Gejala yang timbul pertama kali adalah hipertensi yang terjadi tiba-tiba.  dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik ≥ 140 mmHg. atau kenaikan 30 mmHg diatas tekanan biasanya. Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg di atas tekanan biasanya.
2)      Nyeri kepala
Nyeri kepala jarang ditemui pada kasus yang ringan namun biasanya ditemui pada kasus yang berat.
3)      Nyeri abdomen
Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas sering merupakan gejala dari pre eklampsia berat dan dapat mengindikasikan akan adanya kejang
4)      Gangguan Penglihatan
   Berbagai gangguan penglihatan mulai dari kekaburan penglihatan ringan sampai skotome hingga kebutaan parsial atau total.
5)      Temuan Laboratorium
      Pada Pre eklampsia dini, proteinuria mungkin minimal atau tidak ada, tetapi pada bentuk yang paling parah, proteinuria biasanya mudah diketahui dan mencapai 10 g per 24 jam ( Cuningham & Gant,2010)
2.2.6 Komplikasi Pre Eklampsia
1)      Iskemi uteroplasenta
               Iskemia uteroplasenter dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat (IUGR) ,kematian janin ,persalinan premature dan solusio plasenta.
2)      Spasme arteriolar
Adanya spasme arteriolar dapat menyebabkan perdarahan serebral, gagal jantung, ginjal, hati, ablasio retina dan tromboembolisme serta adanya gangguan pembekuan darah.
3)      Kejang dan koma
      Trauma karena kejang dan aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernapasan
2.2.7  Klasifikasi Pre Eklampsia
1.      Pre Eklampsia Ringan
a)      Tekanan darah 140/90 mmhg atau kenaikan diastolik 15 mmhg atau kenaikan sistolik 30 mmhg atau lebih.
b)      Proteinuria 0,3 gr/lt atau +1 ,+2
c)      Edema pada kaki, jari, muka dan penambahan BB > 1 kg/mg
Penatalaksanaan
a)      Banyak istirahat (berbaring atau tidur)
b)      Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
c)      Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x   2 mg per oral selama 7 hari.
d)     Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, troombosit, urine lengkap, asam urat darah, fungsi hati dan ginjal.
2.      Pre Eklampsia Berat
a)      Tekanan darah 160/110 mmhg atau lebih
b)      Proteinuria, 5 gr/lt atau lebih
c)      Oliguria (jumlah urine < 500 cc per 2 jam)
d)     Terdapat edema paru dan sianosis
e)      Adanya gangguan serebral, visus dan nyeri epigastrium
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Pre Eklampsia Berat yaitu :
1)      Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella tiap jam
2)      Infuse dekstrose 5 % dimana setiap 1 liter diselingi infuse RL (60-125cc/jam) 500 cc
3)      Antasida
4)      Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
5)      Pemberian obat anti kejang: magnesium sulfat
6)      Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/im
7)      Antihipertensi diberikan jika :
      Desakan darah sistol lebih 180 mmhg, diastol lebih dari 110 mmhg, atau MAP lebih dari 125 mmhg, sasaran pengobatan adalah tekanan diastol kurang dari 105 mmhg ( bukan kurang dari 90 mmhg) karena dapat menurunkan perfusi plasenta.
8)      Kardiotonika
     Indikasinya bila ada tanda tanda menjurus payah jantug, diberikan digitalisasi dengan cepat menggunakan cedilanid D.
9)       Lain-Lain
       Konsultasikan dengan dokter penyakit dalam atau jantung
      Obat obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih dari 38,5◦ dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol xylomidon 2cc IM.


2.3        Konsep Dasar Eklampsia
2.3.1 Definisi Eklampsia
 Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurogenik) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
 Eklampsia adalah kelaianan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia (hipertensi, edema, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000).
2.3.2 Etiologi
         Etologi dan patogenesis Pre eklampsia dan Eklampsia saat ini masih  belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan terjadinya Pre eklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua.
2.3.3 Patofisiologis
         Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara. Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas  natrikus, sehingga menyebabkan cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus.
         Dengan demikian, cadangan alakali dapat pulih kembali. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklmpsia.
2.3.4 Klasifikasi Eklampsia
          Eklampsia di bagi menjadi 3 golongan :
1.      Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering terjadi)
2.      Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan.
               Kejadian sekitar 30 % sampai 35 % terjadi saat sedang inpart
3.       Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan
               Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.
2.3.5 Manifestasi Klinis
1.      Kehamilan lebih dari 20 minggu, persalinan atau masa nifas
2.      Disertai dengan tanda Pre Eklampsia (hipertensi, proteinuria dan edema)
3.      Kejang dan atau koma
4.      Kadang kadang disertai gangguan fungsi organ
2.3.6 Pemeriksaan Diagnosis
1.      Berdasarkan gejala klinis diatas
2.      Pemeriksaan Laboratorium (adanya protein dalam urine, fungsi organ hepar, dan jantung, fungsi hematologi atau hemostasis.
2.3.7  Tingkatan Kejang pada Eklampsia
   1.Tingkat awal atau aura (invasi)
   Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat    (pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
2.Stadium kejang Tonik
   Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3.Stadium kejang Klonik 
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonikberhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tet
ap dalam keadaan koma.

2.3.8 Komplikasi Eklampsia
1.   Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
2.   Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.
4.   Edema paru – paru
5.   Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
6.    Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik.
7.   Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
8  Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang -  kejang, pneumonia aspirasi, dan DIC.
2.3.9  Penatalaksanaan
         Penanganan eklampsia
         Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :
  1. Beri obat anti konvulsan
  2. Perlengkapan untuk penanganan kejang
  3. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
  4.  Aspirasi mulut dan tenggorokan
  5.  Baringkan pasien pada sisi kiri
  6. Posisikan secara trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
  7. Berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.
·         Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di    rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat. Konsep pengobatannya adalah :
1.      Menghindari terjadinya : Kejang berulangMengurangi koma
2.      Meningkatkan jumlah diueresis
3.       Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
4.      Obat penenang dengan injeksikan 20 mg valium
5.      Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10               sampai 20 mgr
6.      Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
7.      Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
8.       Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan oksigen
9.      Hindari terjadinya trauma tambahan
10.  Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :
11.  Kamar isolasi
    1. Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan
    2. Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
    3. Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
    4. Pengobatan medis
-          Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia.
-  Diazepam atau valium
·         Pemberian Magesium Sulfat untuk Eklampsia
      a. Manjemen Magnesium Sulfat Aktif
1.   Infus Ringer Lactat 16-20 tetes/menit.
2.    Pasang Oksigen 2-4 liter/menit.
3.    Pasang DC dan evaluasi produksi urie.
4.    Injeksi MgSO4 20% 4 gram ( IV ) pelan.
5.    Injeksi MgSO4 40% 10 gram  ( IM ) Bokong Kanan – Bokong Kiri.
6.    Observasi Vital Sign
7.    Evaluasi menurut advis dokter. 
b. Dosis Pemeliharaan Magnesium Sulfat
1.   Diberikan pada pasien selama 24 jam pasca persalinan atau pasca kejang terakhir.
2.   Pemberian MgSO4 40%  6 gram Bokong Kanan – Bokong Kiri setiap 6 jam selama 24 jam.
3.   Observasi Vital Sign, Tinggi Fundus Uteri, dan Produksi Urine.
4.   Bila dalam 24 jam Tensi pasien masih tinggi, sebaiknya konsulkan bagian Cardiovascular.
c. Syarat Pemberian Magnesium Sulfat
1.    Respiration Rate ≥ 16 kali/menit.
2.    Refleks Patella ( + ).
3.    Produksi Urine minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.
4    Tersedia antidotum yaitu : Oksigen + Ventilator dan Calsium Glukonas 2 gram (IV) pelan sampai pernafasan kembali normal

2.3.10                                        Sindrome HEELP
1)      Definisi
   Sindrome HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enyme, Low patelets count) adalah pre eklampsia-eklampsia yang disertai dengan timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar dan trombositopenia.
2)      Diagnosis
a)      Didahului tanda dan gejala yang tidak khas malaise, lemah, nyeri kepala, mual muntah (semua tanda ini mirip dengan gejala virus)
b)      Adanya tanda dan gejala pre eklampsia
c)      Tanda tanda hemolisis intravaskuler, khususnya kenaikan LDH, AST, dan bilirubin indirek
d)     Tanda kerusakan atau disfungsi sel hepatosiy hepar : kenaikan ALT, AST, LDH
e)      Trobositopenia dengan kadar trombosit ≤ 150.000/ ml, semua perempuan hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran kanan atas
3)      Klasifikasi sindroma HELLP menurut klasifikasi Missisippi berdasar kadar Trombosit dalam darah :
a)      Kelas 1 : Kadar Trombosit ≤ 50.000/ml, LDH ≥ 600 IU/l, AST dan atau ALT ≥ 40 IU/l
b)      Kelas 2 : Kadar Trombosit > 50.000 ≤ 100.000/ml, LDH ≥ 600IU/l, AST dan atau ALT ≥ 40 IU/l
c)      Kelas 3 : Kadar Trombosit > 100.000 ≤ 150.000/ml, LDH ≥ 600 IU/l, AST dan atau ALT ≥ 40 IU/.
4)      Diagnosa Banding
a)ITP
b)      Hepatitis akut
c)Acute fatty liver
d)     Penyakit kandung empedu
e)Penyakit ginjal
f)    Gastroenteritis, ulkus pepticum
5)      Penatalaksaan
a)Antisipasi dan buat diagnosis
b)      Periksa kondisi ibu : stabilisasi KU, lihat sistem koagulasi, bedrest untuk meningkatkan volume plasma
c)      Periksa kondisi janin, lahirkan segera atau tanda resiko penatalaksanaan konservatif sindrome HELLP, solusio plasenta, DIC, GGA, edema paru, rupture hati, PJT, asfiksia.
d)     Kontrol TD ibu
e)Cegah kejang dengan magnesium sulfat
f)    Pemberian cairan dan elektrolit
g)      Hemoterapi (transfusi dan heparin)
h)      Penatalaksanaan persalinan : SC, atau pervaginam
i)    Optimalisasi penatalaksanaan perinatal
j)     Pengamatan intensif pasca persalinan
k)      Tetap waspada  terjadinya multiple organ failure
l)    Konseling untuk kehamilan berikutnya.
m)    Dexamethasone rescue untuk HELLP syndrome.
2.4       Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney
     Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
             Di dalam melaksanakan proses manajemen ini menggunakan 7 langkah, yaitu :
2.4.1    Pengumpulan Data
        Merupakan pengumpulan data lengkap untuk mengevaluasi pasien dengan memperoleh seluruh data yang dibutuhkan untuk penilaian secara sempurna dari klien.
1.      Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari hasil wawancara atau anamnesa secara langsung kepada klien dan keluarga. Data subyektif ini mencakup semua keluhan-keluhan dari klien terhadap masalah kesehatan yang lain pada impending eklampsia sering menunjukkan adanya keluhan pusing, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan pandangan mata kabur.
a.  Identitas
1)    Nama
  Untuk membedakan pasien dengan pasien lain.
2)    Umur
Untuk mengetahui berapa umur pasien apakah umur pasien merupakan risiko tinggi atau tidak.
3)    Bangsa/suku
Untuk mengetahui adat/kebiasaan yang dianut oleh keluarga berdasarkan suku dan bangsa tertentu.
4)    Agama
       Untuk mengetahui kepercayaan klien yang berhubungan dengan pemberian motivasi spiritual pada pasien.
5)    Pendidikan
Berhubungan dengan penerimaan motivasi yang diberikan petugas dapat diterima sesuai dengan tingkat pengetahuan.
6)    Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf ekonomi keluarga agar sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
7)    Alamat
Untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal klien.
b.  Status Perkawinan
     Untuk mengetahui umur pertama kali kawin dan lama perkawinan.
c.  Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan atau keadaan klien saat ini.
d.  Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui umur berapa klien menarche, berapa lama dan berapa siklus haidnya selama 1 bulan, bagaimana warna dan bau darah menstruasi yang keluar, apakah mengalami dysmenorrhea dan fluor albus atau tidak dan untuk mengetahui kapan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).
a.       Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Yang harus ditanyakan adalah bagaimana riwayat kehamilan yang lalu, riwayat persalinannya apakah ada penyulit, bagaimana jenis persalinannya, berapa usia kehamilannya, siapa yang menolong persalinannya, berapa berat badan dan panjang badan bayinya, apa jenis kelaminnya, apakah hidup atau mati dan apakah pada kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu mengalami pre eklampsia maupun eklampsia.
f.  Riwayat Kesehatan/Penyakit Klien
Untuk mengetahui apakah klien pernah atau sedang menderita penyakit seperti jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal, hepatitis, TBC dan Pre eklampsia maupun Eklampsia.
g.  Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam anggota keluarga klien ada yang menderita penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, DM, ginjal, hepatitis, TBC dan apakah keluarga terutama ibu pernah menderita Pre eklampsia dan Eklampasia.
h. Pola Kehidupan Sehari-hari
    Berisi tentang bagaimana pola kebiasaan sehari-hari yang  dilakukan oleh klien yang meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola personal hygiene, pola aktifitas dan perilaku kesehatan.
i.                    Data Psikososial
Untuk mengetahui bagaimana hubungan klien dan suami serta keluarga.
2.      Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
a.  Pemeriksaan Umum
Bagaimana kesadaran klien, keadaan umumnya, berapa berat badannya, berapa tekanan darah, nadi, suhu dan respirasinya. Pada paien dengan Pre Eklampsia memonitoring tekanan darah adalah penting biasanya didapatkan berupa tekanan darah tinggi yaitu >140/90 mmHg. Untuk nadi adanya nadi yang >100 dan < 80 menunjukkan adanya syok, Untuk respirasi harus >16 x/menit pada pasien eklampsia karena berhubungan dengan syarat pemeberian anti konvulsi yaitu MgSO4. Untuk suhu adanya  suhu melebihi 37,5o c menunjukkan adanya infeksi.
b.  Pemeriksaan Fisik ( head to toe)
·           Kepala dan wajah          : Bagaimana keadaan   rambutnya, apakah     bersih/kotor, apakah ada benjolan, apakah wajahnya oedem/tidak, pucat/tidak
·           Mulut dan gigi               : Apakah simetris /tidak, adakah halitosis atau tidak stomatitis/tidak, adakah gigi palsu dan caries/tidak
·           Leher                              : Apakah ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan vena jugularis 
·           Payudara                        : Bagaimana konsistensi payudara, bentuk payudaranya, simetris/tidak, apakah ada hiperpigmentasi pada areola/tidak, puting susu menonjol/tidak, bagaimana keluarannya (ASI/kolostrum)
·           Abdomen                       : Apakah ada luka bekas jahitan SC/tidak, berapa TFUnya, bagaimana konsistensi uterus, kontraksi uterus dan posisi uterus
·           Lokhea                           : Bagaimana warnan lokhea yang keluar, baunya, konsistensinya, berapa jumlah pengeluarannya.
·           Perineum                        : Apakah ada bekas luka  jahitan perineum, oedem/tidak, bagaimana warna dan kebersihannya.
·           Anus                              : Apakah ada hemoroid/tidak
·           Ekstremitas                    : Apakah ada oedeme atau tidak, pada lutut bagaimana reflek patela nya positif kuat atau tidak untuk syarat pemberian MgSO4
c.Pemeriksaan laboratorium  : Bagaimana hasil pemeriksaan laboratorium (tes HbsAg, albumin, reduksi, urine, HIV/AIDS, dll). Pada pasien dengan Pre eklampsia dan eklampsia albumin urine, urine lengkap, hematologi harus dipantau dapat juga dilakukan pemeriksaan faal ginjal maupun jantung dengan elektrokardiografi/ECG.
2.4.2 Interpretasi Data
Merupakan langkah untuk menentukan diagnosa/masalah yang timbul berdasarkan pengkajian data yang dilakukan.
Diagnosa    :  P….. post partum....Jam dengan Eklampsia.
Ds               :  Data subyektif yang menunjang diagnosa.
Do              :  Data obyektif yang menunjang diagnosa (TD/N/S, lochea,   TFU, kontraksi uterus, adanya kejang)
2.4.3 Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan dapat menimbulkan keadaan yang lebih parah Diagnosa potensial dari Eklampsia adalah Trauma, Aspirasi higga Kematian pada Ibu Nifas.

2.4.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera/Kolaborasi
Langkah ini mencakup tentang kebutuhan akan tindakan yang harus segera dilakukan untuk mengatasi diagnosa atau masalah potensial yang terjadi agar tidak terjadi komplikasi. Tindakan segera dalam eklampsia adalah penanganan eklampsia dan Kolaborasi dengan dr. Untuk terapi.
2.4.5 Rencana Asuhan/Intervensi
Langkah ini berisi serangkaian asuhan yang akan diberikan kepada klien sesuai diagnosa atau masalah awal yang ada sesuai dengan standar pelayanan.
Intervensi
Rasional
1.Jelaskan pada keluarga jika saat ini ibu  masih membutuhkan penanganan dan pemantauan yang ketat
2.Observasi TTV ibu

3.Memasang DC
4.Memasang oksigen

5.Memasang spatel lidah
6. Mengikat kaki dan tangan atau lakukan pendampingan pada ibu
7.Lakukan kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemberian terapi
8. Lakukan evaluasi hasil penanganan dan terapi kejang
9.Observasi masa nifas ibu
10. Berikan HE tanda bahaya nifas
Agar keluarga dapat mengetahui jika kedaan ibu saat itu.

Untuk mengetahui dan memantau terus TTV ibu
Untuk memantau diuresis atau urin ibu
Untuk melancarkan sirkulasi dan pernafasan ibu
Mencegah tergigitnya lidah
Mencegah terjadinya trauma saat kejang terjadi
Mencegah terjadinya komplikasi

Mencegah kejang berlanjut

Memantau masa nifas ibu
Agar ibu juga dapat kooperatif.




2.4.6 Implementasi
Langkah ini berisi tentang asuhan yang telah diberikan kepada klien berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk menangani diagnosa/masalah yang telah terindentifikasi.
2.4.7 Evaluasi
Langkah ini merupakan cara untuk mengevaluasi asuhan yang telah diberikan apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang dibutuhkan klien. Jika memang asuhan yang telah diberikan belum efektif maka perlu dilakukan pengulangan atau perbaikan pada pemberian asuhan selanjutnya.

S       :Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data    klien melalui wawancara langsung kepada px/keluarga.
O       :Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan  penunjang.
A      : Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dalam suatu
  identitas.
P      :Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan  evaluasi  berdasarkan assesment.













BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
Tanggal : 06 April 2015     Pukul : 15.00 WIB             Oleh : Desi Bertika Ratma
A.Data Subjektif
1.1  Identitas
Nama Klien
Umur
Bangsa/suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
No Register
: Ny “Y”
: 31 th
: Indonesia/Jawa
: Islam
: SMU
: IRT
: 102523
Nama Suami
Umur
Bangsa/suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
: Tn “S”
: 31 th
: Indonesia/Jawa
: Islam
: SMU
: Swasta
:Purwokerto,  Ngimbang  

1.2  Status Perkawinan
Umur pertama kali kawin : 26 tahun         lama perkawinan : 5 tahun
1.3  Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan anak keduanya pada tanggal 06 April 2015 pukul 14.30 WIB dengan normal dan ibu mengatakan seluruh tubuhnya rasanya gemetar, kepala pusing dan ibu muntah 2 kali.
1.4  Riwayat Menstruasi
Siklus mestruasi
Lama
Warna
Bau
Fluor Albus
: 28 hari
: 6 hari
: merah
: anyir
: tidak
Menarche
HPHT
Disminorhea 
: 12 Tahun
: 28  Juni 2014
: Ya.




1.5  Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
No
Suami ke
UK
Jenis Persalinan
Penolong
Penyulit
BB/PB
H/M
Jns
Kel
Meneteki
KB
1

2
1

1
9 bulan
9
bulan

Spontan B

Spontan B
Dukun

Bidan


Tidak ada

PER
BB: 2000 gr
 BB 2800 gr/49 cm

Hidup

Hidup
Perempuan

Laki-Laki
Ya

Ya
Pil

-
1.6  Riwayat Kesehatan/Penyakit Klien
Ibu mengatakan bahwa ibu tidak mempunyai penyakit menurun seperti Hipertensi, DM, penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis serta penyakit menahun seperti jantung, dan  asma dan selama kehamilan yang lalu tidak mengalami Pre eklampsia dan eklampsia.
1.7  Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan bahwa ibu tidak mempunyai penyakit menurun seperti Hipertensi, DM, penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis serta penyakit menahun seperti jantung, dan  asma serta keluarga terutama ibu tidak pernah menderita Pre eklampsia dan eklampsia.
1.8  Pola kehidupan sehari-hari
·         Pola nutrisi
Setelah melahirkan ibu belum makan, Ibu minum sedikit air putih kira-kira 1 gelas dan sedikit teh hangat.
·        Pola Eliminasi
Ibu belum dapat BAK dan BAB
·         Pola istirahat
Setelah bersalin ibu belum dapat berisitirahat dengan cukup.
·         Pola Aktivitas
Setelah melahirkan ibu belum dapat miring kiri maupun kanan.
·         Pola Personal Hygiene
Ibu belum mandi hanya di sibin dan diganti pakaian baru serta pembalut.
·         Pola hubungan seksual
Ibu belum melakukan hubungan seksual.
·         Perilaku Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah minum minuman beralkohol minum minuman keras, maupun merokok dan tidak minum jamu tradisional selama kehamilan.
·         Riwayat Psikososial
-          Respon ibu terhadap bayi
Ibu mengatakan bahwa ia dan keluarganya sangat bahagia dengan kelahiran bayi pertamanya
-          Rencana menyusukan bayi
Ibu mengatakan bahwa ia akan menyusui anaknya dan memberikan makanan pedamping ASI mulai dari umur 6 bulan.
-          Tingkat pengetahuan ibu
Ibu belum mengetahui tentang tanda dan bahaya masa nifas.
-          Rencana mengasuh bayi oleh
            Ibu mengatakan akan mengasuh bayinya sendiri bersama keluarga.
-          Kebiasaan Masyarakat yang merugikan :
·         Ibu setelah melahirkan harus tarak
·         Ibu tidak boleh minum banyak agar tidak gemuk
-          Rencana KB
Ibu belum merencankan untuk menggunakan kontrasepsi apa setelah persalinan.
B.Data Objektif
a)      Pemeriksaan Umum
Kesadaran                         : Compos mentis
KU                                    : Lemah
BB                                     :  65 kg
Tensi/Nadi/Suhu/RR         : 140/90 mmHg/80x/mnt/36◦ C/20x/mnt



b)     Pemeriksaan Fisik
Ø  Kepala dan muka                : Rambut hitam,bersih, muka tidak oedeme dan muka pucat.
Ø  Mulut dan Gigi                   : Tidak ada bibir pucat dan stomatitis dan gigi palsu atau karies.
Ø  Leher                                   : Tidak ada pembesaran vena jugularis, thryoid dan limfe.
Ø  Payudara
-Kebersihan                         :   bersih
-Bentuk                               :   simetris
-Areola                                :   hyperpigmentasi
-Putting susu                       :   menonjol
-Keluaran                            :   kolostrum
Ø  Abdomen
       -Luka bekas jahitan SC      :   tidak ada luka bekas SC
             -TFU                                  :   2 jari bawah pusat
            -Kontraksi uterus                :   baik
Ø  Pengeluaran pervaginam/lochea
-Warna lochea                     :   merah (rubra)
-Jumlah                                :   + 150 cc
-Bau                                    :   anyir
-Konsistensi                        :   encer
Ø  Perineum
-Bekas jahitan                     :   ada luka bekas jahitan derajat 2 dilakukan hecting dengan anestesi dan tidak ada pus.
-Kebersihan                         :   bersih
-Oedema                             :   tidak ada
-Varices                               :   tidak ada
-Warna                                :   merah kehitaman
Ø  Anus                                    :   tidak ada hemoroid


Ø  Exstremitas atas dan bawah
-Varices                               :   - / -
-Oedema                             :   - / -
Ø Reflek patella                      : + / +
c)      Data Penunjang
1.      Pemeriksaan laboratorium 
d)     Hematologi
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
12,5
L : 13,5-18 g/dl
P : 11,5-16,5 g/dl
Leukosit
14.600
4000-11000/cmm
Trombosit
392.000
150.000-450.000/cmm
PCV
36%
L : 40-45 %
P : 35-47 %
HbsAg
(-) negatif
Albumin urine
+ (+1)

1.      Hasil konsultasi dengan dr.spOG       :
a)      Pemasangan kateter
b)      Infus RL : D5 20 tpm
c)      Injeksi MgSO4 full dose
d)     Injeksi ceftriaxone 2 x 1
e)      Pemasangan infus 2 jalur kanan RL drip MgSO4 40%, kiri Infus RL drip ketorolac dan Ranitidin 1 ampul.
f)       Gastrul per rectal 2 tab.
2.      Data kehamilan dan persalinan sekarang
-Umur kehamilan                :   40 minggu
-Penyulit                              :   Tidak ada.
-Periksa kehamilan              :   ±8 kali di bidan
-Proses persalinan                :   Spontan B
Kala I tanggal               : 06 April 2015                jam : 11.00 WIB
Kala II tanggal              : 06 April 2015                jam : 14.15 WIB
Kala III tanggal            : 06 April 2015                jam : 15.00 WIB
Kala IV tanggal            : 06 April 2015                jam : 2 jam PP.
·         Keadaan bayi 
A – S                             :   4-6
Jenis kelamin                 :   Laki laki
BB/TB                           :   2800 gram/ 49 cm
Kelainan kongenital      :   Tidak ada.
3.2 INTERPRESTASI DATA
   Diagnosa  :  P2002 Post Partum 4 Jam Fisiologis dengan Eklampsia
DS             : Ibu mengatakan telah melahirkan anak keduanya pada tanggal 06 April 2015 pukul 14.30 WIB dengan normal dan ibu mengatakan seluruh tubuhnya rasanya gemetar, kepala pusing dan ibu muntah 2 kali.
DO            :
-Kesadaran                          : Composmentis
-Tekanan Darah                   : 140/90 mmhg
-Nadi                                   : 80 x/menit
-Suhu                                   : 36◦C
-RR                                     : 20x/menit
-Kontraksi                           : Baik
-TFU                                   : 2 jari bawah pusat
-Lokhea                               : Rubra
-Proteinuria                         : + (+1)
- Seluruh tubuh pasien gemetaran dan kepala pusing.
- Pasien muntah 2 kali
- Pasien kejang dengan mata terbuka dan melotot serta seluruh tubuh ibu
  Pucat dan bergetar.
Masalah                              :  Adanya trauma, aspirasi hingga kematian ibu
Kebutuhan                         :
-Lakukan penanganan kejang
-Berikan terapi kejang sesuai advise dokter
3.3  ANTISIPASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
-Diagnosa / masalah potensial : Potensial terjadi trauma, aspirasi hingga kematian pada ibu.

3.4 KEBUTUHAN SEGERA / TINDAKAN SEGERA
- Kolaborasi dengan dr.spOG
   a. Infus Terpasang 2 jalur lancar & Lakukan penanganan kejang
         b. Injeksi mgSO4 20 % / 10 cc
         c. Injeksi ketorolac 1 ampul
3.5 INTERVENSI                                                    
Tanggal : 06 April 2015                    Pukul : 15.00 WIB
-  Diagnosa         :    P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia
- Tujuan         :   Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan selama ±24 jam kejang   dapat ditangani
- Kriteria             :  - Kejang dapat tertangani.
                              - Tidak terjadi kejang lanjutan.
                              - TTV dalam batas normal
                              - Masa nifas berjalan normal
Intervensi
Rasional
1.Jelaskan pada keluarga jika saat ini ibu  masih membutuhkan penanganan dan pemantauan yang ketat
2.Observasi TTV ibu

3.Memasang DC
4.Memasang oksigen

5.Memasang spatel lidah
6. Mengikat kaki dan tangan atau lakukan pendampingan pada ibu
7.Lakukan kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemberian terapi
8. Lakukan evaluasi hasil penanganan dan terapi kejang
9.Observasi masa nifas ibu
10. Berikan HE tanda bahaya nifas
Agar keluarga dapat mengetahui jika kedaan ibu saat itu.

Untuk mengetahui dan memantau terus TTV ibu
Untuk memantau diuresis atau urin ibu
Untuk melancarkan sirkulasi dan pernafasan ibu
Mencegah tergigitnya lidah
Mencegah terjadinya trauma saat kejang terjadi
Mencegah terjadinya komplikasi

Mencegah kejang berlanjut

Memantau masa nifas ibu
Agar ibu juga dapat kooperatif.
3.6  IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam
Implementasi
Paraf
06 April 2015
Pkl. 15.30









Pkl 16.30





Pkl 19.00















Pkl 19.30








Pkl 22.00
1.      Menjelaskan pada keluarga jika ibu sudah melahirkan, kondisi bayi cukup baik tetapi ibu masih dalam pengawasan karena tekanan darahnya masih tinggi.
2.      Mengobservasi keadaan umum ibu dan TTV
Ibu mengatakan gemetaran, muntah 2 kali dan nampak pucat.
TD  : 170/120 mmHg                         S   : 360C
N    : 88 kali/menit                             RR: 22 x/menit
3.      Memasang kateter pada ibu untuk memantau diuresis atau urine ibu.
4.      Menganjurkan ibu makan dan minum setelah persalinan
5.      Kolaborasi dengan dr. SpOG
-          Memasng infus 2 jalur, kanan infus RL drip MgSO4 40% 20 tpm, Infus kiri RL drip ketorolac dan ranitidin  1 ampul 20 tpm.
-          Gastrul per rectal 2 tab
-          Observasi Kala IV dan keadaan ibu
6.      Pasien mengalami kejang, mata terbuka dan melotot, seluruh tubuh tampak pucat.
7.      Menjelaskan pada keluarga jika ibu mengalami kejang dan butuh penaganan dan pemantauan yang ketat.
8.      Memasang oksigen 6 liter dan memposisikan ibu trendelenburg dengan kaki lebih tinggi dari kepala dan memposisikan kepala miring ke kiri untuk mencegah terjadinya aspirasi akibat kejang
9.      Memasang spatel pada lidah untuk mencegah tergigitnya lidah saat kejang.
10.  Mengikat kaki dan tangan ibu atau memegangi kaki dan tangan ibu untuk mencegah terjadinya trauma akibat kejang pada ibu.
11.  Melakukan kolaborasi dr. SpOG dalam penaganan kejang:
-          Injeksi MgSO4 20 % / 10 cc
-          Injeksi Ketorolac 1 ampul / IV
12.  Melakukan evaluasi keberhasilan dari tindakan dan penanganan kejang yang telah dilakukan. Pasien sudah tidak mengalami kejang.
13.  Melakukan obervasi pada masa nifas ibu.
Keadaan umum :  Lemah
TD   :  140/90 mmHg             S   : 36,40C
N     :  80x/menit                    RR : 22 x/menit
Pasien sudah tidak gemetar, seluruh tubuh masih pucat dan teraba dingin.
14.  Memberikan HE pada keluarga dan ibu tentang tanda dan bahaya nifas terutama adanya kejang berualang dengan menganjurkan ibu dan keluarga memanggil petugas kesehatan jika :
-          Ibu merasa darah yang keluar banyak
-          Ibu merasa pusing, pandangan mata menjadi kabur dan nyeri ulu hati
-          Pasien gemetar hingga muntah
-          Tubuh pasien kaku, mata melotot dan pasien tampak kejang.
15.  Melanjutkan observasi dan terapi sesuai advice dr.spOG
16.  Melakukan pendokumentasian tindakan.



.





3.7 EVALUASI
Tanggal: 06 April 2015                                               Pukul  :  22.30 WIB


S       : Ibu mengatakan sudah lega dengan kelahiran bayinya dan ibu merasa lemas dan masih sedikit pusing.
O            :  -k/u : lemah
                  - TD : 140/90 mmHg                                 S    : 36,40 C
                  - N    : 80x/menit                                       RR : 20x/menit
                  - TFU : 2 jari bawah pusat
                  - Uc    : keras
                  - Fluxus: ±50 cc
                  - Lokhea : Rubra
                  - DC : 200 cc
A            :  P2002 post partum 6 jam dengan Post Eklampsia
P             :  -Lakukan Observasi keadaan umum, TTV, perdarahan dan TFU.
      -Lakukan Kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemeberian terapi :
                        a. Infus 2 jalur terpasang lancar
b. Injeksi Ceftriaxone 1,0 g
                 - Berikan HE tentang :
                    a. Tanda bahaya  nifas
                    b. Nutrisi
                    c. Istirahat dan mobilisasi
                








CATATAN PERKEMBANGAN
          
Tanggal: 07 April 2015                                               Pukul  :  21.00 WIB


S             : Ibu mengatakan keadaanya sudah agak baik namun masih sedikit lemas
O            :  - k/u : cukup
                  - TD : 140/90 mmHg                                 S    : 36,80 C
                  - N    : 80x/menit                                       RR : 20x/menit
                  - TFU : 2 jari bawah pusat
                  - Uc    : keras
                  - Fluxus: DBN
                  - Lokhea : Rubra
                  -DC : 300 cc
A            :  P2002 post partum Hari ke 1 dengan Post Eklampsia
P             :  -Lakukan Observasi keadaan umum, TTV, perdarahan dan TFU.
      -Lakukan Kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemeberian terapi :
                        a. Infus kanan diganti D5 10% drip Oksitosin 1 ampul 20 tpm.
b. Injeksi Ceftriaxone 1,0 gr
c. Injeksi Ketorolac
d. Injeksi Asam Traneksamat
e Gastrul per rectal 3 tab
f. Pemberian oral
                              -Nifedipin 3 x 10 mg
                              - Asmef     3 x 500 mg








CATATAN PERKEMBANGAN
          
Tanggal: 08 April 2015                                               Pukul  :  21.00 WIB


S             : Ibu mengatakan keadaanya sudah agak baik dan masih sedikit lemas
O            :  -k/u : cukup
                  - TD : 130/90 mmHg                                 S    : 36,80 C
                  - N    : 80x/menit                                       RR : 20x/menit
                  - TFU : 2 jari bawah pusat
                  - Uc    : keras
                  - Fluxus: DBN
                  - Lokhea : Rubra
                  -DC : 400 cc
A            :  P2002 post partum Hari ke 2 dengan Post Eklampsia
P             :  -Lakukan Observasi keadaan umum, TTV, perdarahan dan TFU.
      -Lakukan Kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemeberian terapi :
                        a. Aff infus kiri, Infus kanan diganti RL drip oksitosin 20 tpm.
b. Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 1,0 gr
c. Injeksi Ketorolac    3 x 1
f. Pemberian oral
                              -Nifedipin    3 x 10 mg
                              - Asmef        3 x 500 mg
                              - Metherinal 3 x 1
                              - Dekstral     3 x 1
                              - SF              2 x 1





CATATAN PERKEMBANGAN
          
Tanggal: 09 April 2015                                               Pukul  :  14.00 WIB


S             : Ibu mengatakan keadaanya sudah agak baik dan sudah tidak lemas
O            :  -k/u : cukup
                  - TD : 120/90 mmHg                                 S    : 36,50 C
                  - N    : 80x/menit                                       RR : 20x/menit
                  - TFU : 2 jari bawah pusat
                  - Uc    : keras
                  - Fluxus: DBN
                  - Lokhea : Rubra
                  - DC : 400 cc
A            :  P2002 post partum Hari ke 3 dengan Post Eklampsia
P             :  -Lakukan Observasi keadaan umum, TTV, perdarahan dan TFU.
      -Lakukan Kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemeberian terapi :
                        a. Infus kanan terpasang D5 10% 20 tpm
b. Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 1,0 gr
c. Injeksi Ketorolac    3 x 1
f. Pemberian oral
                              -Nifedipin    3 x 10 mg
                              - Asmef        3 x 500 mg
                              - Metherinal 3 x 1
                              - Dekstral     3 x 1
                              - SF              2 x 1

                 

                



CATATAN PERKEMBANGAN
          
Tanggal: 10 April 2015                                               Pukul  :  14.00 WIB


S       : Ibu mengatakan keadaanya sudah baik dan tidak ada keluhan
O            :  -k/u : cukup
                  - TD : 130/90 mmHg                                 S    : 36,80 C
                  - N    : 80x/menit                                       RR : 20x/menit
                  - TFU : 2 jari bawah pusat
                  - Uc    : keras
                  - Fluxus: DBN
                  - Lokhea : Rubra
A            :  P2002 post partum Hari ke 4 dengan Post Eklampsia
P             :  -Lakukan Observasi keadaan umum, TTV, perdarahan dan TFU.
      -Lakukan Kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemeberian terapi :
                        a. Infus kanan terpasang RL 20 tpm
b. aff DC
c.Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 1,0 gr
d. Injeksi Ketorolac    3 x 1
e. Pemberian oral
                              -Nifedipin    3 x 10 mg
                              - Asmef        3 x 500 mg
                              - Metherinal 3 x 1
                              - Dekstral     3 x 1
                              - SF              2 x 1





CATATAN PERKEMBANGAN
          
Tanggal: 11 April 2015                                               Pukul  :  07.00 WIB


S            :   Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
O            :  -k/u : cukup
                  - TD : 130/90 mmHg                                 S    : 36,60 C
                  - N    : 80x/menit                                       RR : 20x/menit
                  - TFU : 2 jari bawah pusat
                  - Uc    : keras
                  - Lokhea : Rubra
A            :  P2002 post partum Hari ke 5 dengan Post Eklampsia
P             :  -Pasien dapat KRS
      -Lakukan Kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemeberian terapi :
                        a. aff infus
b. Pemberian oral
                              -Nifedipin    3 x 10 mg
                              - Asmef        3 x 500 mg
                              - Metherinal 3 x 1
                              - Dekstral     3 x 1
                              - SF              2 x 1
                        c. Berikan HE tenatang :
                              -Nutrisi  : Ibu tidak obleh tarak, harus cukup makan dan minum
                              -Istirahat : Ibu harus banyak istirahat dan berbaring, usahakan
                               Tidur di siang hari dan malam dengan cukup.
                              -Tanda bahaya nifas : demam, darah yang keluar berbau busuk,
                                Payudara bengak memerah, pusing, nyeri kepala dan ulu hati
                  -Perawatan luka jahitan perineum : Harus sering ganti pembalut
                  Bilas dengan bersih dari depan kebelakang.
            d.Kontrol ulang tanggal 18 April 2015

BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa pulih kembali seorang ibu setelah melahirkan sehingga dibutuhkan asuhan kebidanan secara menyeluruh dan sesuai dengan kebutuhan ibu nifas agar tidak terjadi komplikasi. Berdasarkan pengumpulan data, penentuan masalah, diagnosa, hingga rencana asuhan yang komprehensif untuk mencegah keadaan patologis pada ibu nifas.
Eklampsia adalah adanya kejang pada ibu nifas akibat adanya tanda dan gejala Pre eklampsia terlebih dahulu saat kehamilan. Itu sebabnya pada ibu nifas harus dilakukan observasi untuk mencegah terjadinya eklampsia berulang yang dapat menyebabkan angka kematian ibu.
Dari beberpa anamnesa hasil pemeriksaan pada Ny. “Y” P 2002 postpartum 4 Jam dengan Eklampsia didapatkan antara teori dan kasus dengan hasil yang cukup sesuai sehingga diharapkan dapat menerapakan setiap asuhan kebidanan pada kasus yang sama.
4.2  Saran
·   Bagi Mahasiswa
   Mahasiswa diharapkan mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada klien dengan menerapkan teori yang sudah didapat dan diterapkan dilapangan dengan baik dan benar.
·   Bagi Institusi
  Institusi diharapkan memperbanyak literature yang berikaitan dengan Asuhan Kebidanan yang dapat digunakan sebagai pedoman dan acuan.
·   Bagi Lahan Praktik
   Diharapkan sarana dan prasarana lahan praktik lebih di tingkatkan serta dapat memberikan konsep dasar tentang Asuhan Kebidanan sesuai dengan teori yang sudah ada.        




DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Achadiat, Sp.OG. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.
Hanafi, Hartanto.2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta:Muliasari
Prawiroharjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
            Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawiroharjo, Sarwono. 2009.Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Rustam Mochtar. 1998. Sinsis Obstetri. Jakarta. EGC
Saefuddin, A.B., 2000, Buku Acuan Nasional (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal), JKPKK POGI, Jakarta.
Sulistyawati,Ari.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Jogjakarta : Andi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar