BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Masa
Nifas adalah masa yang dimulai sejak keluarnya plasenta dan berakhir ketika
alat kandungan kembali seperti keadaan semula saat sebelum hamil, masa ini
berlangsung kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
Masa
nifas sendiri merupakan masa yang paling rawan, karena dapat menimbulkan resiko
seperti perdarahan (42%), eklampsia (13%), infeksi (10%) dan komplikasi masa
nifas lain (11%). Dari beberapa resiko
tersebut yang paling banyak meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah perdarahan, eklampsia dan
Infeksi.
Eklampsia
adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa nifas yang di
tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma
dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia (Sarwono, 2009).
Saat
ini eklampsia pada masa nifas masih merupakan masalah nifas yang menyumbang AKI
dan AKB di Indonesia. Deteksi dini dan pencegahan dapat dilakukan guna mencegah
terjadinya eklampsia pada ibu nifas yaitu dengan memberikan observasi yang
ketat dan intervensi yang sesuai pada ibu nifas yang sebelumnya sudah
menunjukkan tanda dan gejala Pre Eklampsia.
Sehingga
Eklampsia dapat dicegah dan jika terjadi Eklampsia maka dapat dilakukan
intervensi dan penatalaksanaan yang tepat, sehingga adanya kesakitn dan
kematian pada ibu pada masa kehamilan, persalinan dan terutama nifas dapat
dicegah.
Sehingga
bidan sebagai pelaksana pada Asuhan Kebidanan pada masa nifas dapat memberikan
Asuhan secara komprehensif sehingga Angka Kematian Ibu (AKI) akibat masa nifas
dapat berkurang dengan Asuhan Kebidanan Nifas secara tepat dan menyeluruh
terutama pada ibu nifas dengan kasus patologis yaitu Eklampsia.
Berdasarkan
masalah diatas penulis melakukan Asuhan
Kebidanan pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia di Ruang
Nifas RSUD Ngimbang Lamongan Tanggal 06 - 18 April 2015.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Agar
mahasiswa mampu melaksanakan dan memahami serta dapat melakukan Asuhan
Kebidanan pada Ny.“Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia di
Ruang Nifas RSUD Ngimbang Lamongan.
1.2.2
Tujuan
Khusus
Setelah melakukan
asuhan kebidanan, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan
pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada Ny. “Y” P2002
Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia.
2. Mengidentifikasi
masalah atau diagnosa kebidanan pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam
dengan Eklampsia.
3. Mengantisipasi
masalah potensial atau diagnosa lainnya pada Ny. “Y” P2002 Post
Partum 4 Jam dengan Eklampsia.
4. Melakukan
identifikasi kebutuhan segera pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam
dengan Eklampsia.
5. Mengembangkan
rencana asuhan secara menyeluruh pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4
Jam dengan Eklampsia.
6. Melaksanakan
rencana asuhan secara efisien dan aman pada Ny. “Y” P2002 Post
Partum 4 Jam dengan Eklampsia.
7. Mengevaluasi
rencana asuhan yang telah diberikan pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4
Jam dengan Eklampsia.
1.3
Ruang
Lingkup
Berdasarkan
waktu, pengetahuan dan referensi, maka penulis hanya membatasi pada Asuhan
Kebidanan pada Ny. “Y” P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia.
1.4
Metode
Penulisan
1. Rencana
Penelitian
Metode
yang dipakai dalam menyusun asuhan kebidanan ini adalah metode deskriptif
berupa studi kasus yaitu membandingkan teori dan kasus nyata di lapangan.
2. Teknik
Pengumpulan Data
Untuk
mengumpulkan data yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik sebagai
berikut :
a. Wawancara,
yaitu anamnesa langsung dengan pasien
b. Pemeriksaan
fisik, yaitu melakukan pemeriksaan langsung terhadap pasien
c. Studi
kepustakaan, yaitu data yang diperoleh data yang diperoleh dari buku yang berhubungan
dengan nifas.
1.5
Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan pada Ny.“Y”
P2002 Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia dilaksanakan di Ruang Nifas
RSUD Ngimbang Lamongan pada Tanggal 06 April - 18 April 2015.
1.6
Sistematika
Penulisan
Bab
I : Berisikan latar belakang, tujuan,
ruang lingkup, metode penulisan,
pelaksanaan dan
sistematika penulisan.
Bab
II : Berisikan konsep dasar sesuai
dengan kasus yang diambil yaitu Konsep Dasar Nifas, Eklampsia pada Masa Nifas
dan Konsep Dasar Asuhan Kebidanan menurut Hellen Varney.
Bab
III : Berisikan tentang pengkajian
data, interpretasi data, antisipasi
diagnosa, tindakan segera, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
Bab IV : Kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1
Konsep Dasar Masa Nifas
2.1.1 Definisi
Nifas
Nifas
(Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009)
Periode pasca
partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir
periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi
tidak hamil (Helen Varney, 2007)
2.1.2 Tahapan
Masa Nifas
1.
Puerperium dini yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan
2.
Puerperium Intermedial
yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3.
Remote Puerperium yaitu
waktu yang diberikan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
2.1.3
Tujuan Asuhan Pada Masa Nifas
1. Meningkatkan
kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi.
2. Pencegahan,
diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada masa nifas
3. Merujuk
ibu ke tenaga kesehatan ahli bila perlu.
4. Mendukung
dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan
perannya dalam situasi khusus , budaya dan keluarga.
5. Imunisasi
ibu terhadap tetanus.
6. Mendorong
pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan
perkembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.
2.1.4 Kebijakan
Program Nasional Masa Nifas
Kunjungan
I: 6-8 jam setelah persalinan dengan tujuan:
1) Mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi
dan merawat penyebab lain perdarahan
3) Memberikan
konseling pada Ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4) Pemberian
ASI awal
5) Melakukan
hubungan atau bonding antara ibu dengan
BBL
6) Menjaga
bayi tetap sehat dan mencegah hipotermia
1.
Kunjungan
II : 6 hari setelah persalinan dengan tujuan :
1) Memastikan
involusi uteri berjalan normal. Uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal.
2) Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3) Memastikan
ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
4) Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda bahaya nifas.
5) Memberikan
ibu konseling mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat
dan merawat bayi sehari-hari.
2.
Kunjungan
III : 2 minggu sesudah persalinan dengan tujuan sama seperti kunjungan ke dua,
6 hari setelah persalinan.
3.
Kunjungan
ke IV : 6 minggu setelah persalinan dengan tujuan :
1) Menanyakan
kepada ibu tentang keluhan atau tanda bahaya yang dialami baik ibu maupun
bayinya.
2) Memberikan
konseling KB post partum.
2.1.5 Perubahan
Fisiologis dalam Masa Nifas
1.
Pengerutan
rahim (involusi uterus)
Adalah
perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan
kelahiran setlah bayi dilahirkan hingga mencapainya keadaan seperti sebelum
hamil.
Tinggi fundus dan berat
uterus meurut masa involusi
|
Involusi
|
Tinggi Fundus Uterus
|
Berat Uterus
|
|
Bayi lahir
Uri
lahir
1
minggu
2
minggu
6
minggu
8
minggu
|
Setinggi
pusat
1
jari bawah pusat
Pertengahan
sympisis pusat
Tidak
teraba di atas sympisis
Bertambah
kecil
Sebesar
normal
|
1000
gram
750
gram
500
gram
350
gram
50
gram
30 gram
|
2.
Involusi
bekas plasenta
Bekas
inplentasi mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri degan diameter
7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. pada minggu ke enam 2,4 cm dan
akhirnya pulih.
3.
Luka-luka
Pada
jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
4.
Rasa
sakit
Yang
disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan/kontraksi rahim
biasanya berlangsung 2-4 hari paska persalinan.
5.
Serviks
Setelah
persalinan bentuk servik agak mengganggu seperti corong berwarna merah
kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan kecil.
6.
Lochea
Lochea
adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri melalui vagina dalam masa
nifas. Lochea dibagi dalam beberapa jenis diantaranya :
1)
Lochea Rubra, yaitu
berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban sel-sel desi dua, verniks
kaseasa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari paska persalinan.
2)
Lochea sanguinolenta,
yaitu berwarna merah kuning berisi darah dan lendir selama hari ke 3-7 paska
persalinan.
3)
Lochea serosa, yaitu
berwarna kuning. Cairan tidak berdarah lagi selama hari 7-14 paska persalinan.
4)
Lochea alba, yaitu
cairan putih setelah 2 minggu
5)
Lochea purulenta, yaitu
terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk
6)
Locheostatis, yaitu
lochea tidak lancar pengeluarannya.
7.
Payudara
Payudara
menjadi besar dan menghitam disekitar putting susu, ini menandakan dimulainya
proses menyusui, pada hari kedua dan ketiga akan diproduksi collostrum yang
memiliki banyak manfaat bagi bayi.
8.
Sistem
perkemihan
Dinding
kandung kemih mengalami hipereamia soeduna, ada daerah kecil haemororagio hari
pertama ibu biasanya mengalami kesulitan buang air kecil.
9.
Sistem
pencernaan
Perubahan
kadar hormone dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan berkurangnya fungsi usus
sehingga ibu tida merasa ingin atau sulit BAB.
10. Peredaran darah
Sel
darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keeping darah)
akan berkurang. Ini akan normal kembali setelah 1 minggu.
11.
Perubahan
suhu tubuh
Suhu
badan wanita inpartu tidak lebih 37,5º sesudah partus dapat naik ±0,5ºC sesudah
12 jam pertama setelah melahirkan umumnya suhu tubuh akan kembali normal, bila
suhu lebih dari 38ºC mungkin ada infeksi.
12.
Perubahan
denyut nadi
Nadi
berkisar umumnya antara 60-80 x/menit, bila terjadi takikardi sedangnkan badan
tidak panas, mungkin ada pendarahan yang berlebihan atau ada vitium kordir.
13. Penurunan berat badan
Setelah
melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badan yang berasal dari bayi,
plasenta, air ketuban dan pendarahan persalinan.
2.1.6 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1.
Personal
hygiene atau kebersihan diri
a. Mengajarkan
kepada Ibu untuk selalu menjaga kebersihan tubuh, membersihkan daerah vagina,
mulai dari depan ke belakang
b. Mengganti
pembalut setidaknya 2 kali sehari / setiap terasa basah.
c. Mencuci
tangan dengan sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
d. Jika
ibu mempunyai luka jahitan/laserasi, sarankan Ibu untuk membersihkan daerah
luka dengan sabun dan air hingga bersih kemudian dikeringkan dengan handuk
lembut kemudian memakai pembalut.
2.
Istirahat
a. Anjuran
agar cukup istirahat
b. Sarankan
ibu untuk kembali beraktifitas secara perlahan-lahan/tidur siang atau istirahat
selagi bayi tidur.
3.
Nutrisi
a. Ibu
menyusui harus makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup.
b. Pil
zat besi harus diminum menambahkan zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan
c. Minum
kapsul vitamin A (200.000 unit) 2 kapsul agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.
4.
Perawatan
payudara
a. Menjaga
kebersihan payudara terutama putting susu
b. Menggunakan
BH yang menyokong payudara
c. Bila
putting lecet oleskan colostrums atau ASI pada sekitar putting setiap sebelum
dan setelah menyusui
d. Apabila
lecet berat dapat diistirahatkan 24jam ASI dikeluarkan dan diminum dengan
sendok
e. Apabila
bengkak ibu bias mengkompresnya dengan air hangat 2 menit, air dingin 1 menit
dan air hangat lagi 2 menit.
2.1.7
Proses
Adaptasi Psikologis Ibu Nifas
Menurut Rubin (1997)
menjelaskan periode ini terjadi dalam 3 tahapan.
a) Periode
taking in (fase menerima)
Terjadi 2-3 hari
melahirkan, biasanya ibu bersifat pasif dan bergantung energy difokuskan pada perhatiannya
ke tubuh.
b) Periode
Takin-Hold (Mandiri)
Periode ini berlangsung
kira-kira 10 hari setelah melahirkan, ibu biasanya menaruh perhatian kemampuan
untuk menjadi orang tua yang berhasil dengan bertanggung jawab.
c) Periode
Letting-Go (Fase Interdefenden)
Periode ini terjadi
setelah ibu kembali ke rumah, hal ini melibatkan waktu reorganisasi keluarga.
2.1.8
Tanda
Bahaya Masa Nifas
a. Perdarahan
atau darah yang keluar terasa banyak.
b. Demam.
c. Infeksi
masa nifas misalnya adanya lokhea atau darah nifas yang keluar berbau busuk dan
bernanah, luka jahitan memerah, bengkak dan mengeluarkan pus.
d. Sakit
kepala, nyeri epigastrik dan pandangan mata kabur
e. Payudara
bengkak, merah dan nyeri
f. Kehilangan
nafsu makan
g. Kaki
memerah dan bengkak.
2.2
Konsep
Dasar Pre Eklampsia
2.2.1 Definisi Pre Eklampsia
Pre eklampsia adalah hipertensi yang
timbul setelah kehamilan 20 minggu disertai dengan adanya proteinuria
(Prawirohardjo,2009). Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urine
selama 24 jam atau sama dengan ≥ +1 dipstick.
2.2.2
Etiologi
Pre eklampsia memiliki etiologi kompleks,
yang merupakan akibat dari keterkaitan antara kelainan genetik, faktor
imunologi dan plasenta. Kecenderungan familial dari saudara kandung ibu
merupakan penyebab 3 hingga 4 kali insidens pre eklampsia ibu. Kekurangan
nutrisi ikut juga berperan terhadap terjadinya pre eklampsia (atallah et al., 2006).
2.2.3 Patofisiologi
Hingga
kini penyebab adanya hipertensi dalam kehamilan belum diketahui dengan jelas.
Banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang
dianggap mutlak benar. Teori sekarang yang banyak dianut adalah :
1)
Teori kelainan vaskularisasi
plasenta
2)
Teori iskemia plasenta, radikal
bebas dan disfungsi endotel
3)
Teori intoleransi imunologik antara
ibu dan janin.
4)
Teori adaptasi kardiovaskuler
genetik
5)
Teori defisiensi gizi
6)
Teori inflamasi (Prawirohardjo, 2009)
2.2.4 Faktor
Resiko
Terdapat banyak faktor
resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan
dalam beberapa faktor resiko berikut yaitu :
1. Primigravida
atau primipaternitas
2. Hiperplasentosis,
misalnya pada mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops
fetalis, bayi besar.
3. Umur
yang ekstrim
4. Riwayat
keluarga pernah pre eklampsia atau eklampsia
5. Penyakit-penyakit
ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6. Obesitas
(Prawirohardjo,2009)
2.2.5
Tanda dan Gejala Pre Eklampsia
Berdasarkan temuan
klinis Gejala ,tanda dan Temuan Laboratorium Pre eklampsia dibagi menjadi 6
yaitu :
1) Hipertensi
Gejala yang timbul pertama kali adalah hipertensi yang terjadi
tiba-tiba. dikatakan hipertensi apabila
tekanan sistolik ≥ 140 mmHg. atau kenaikan 30 mmHg diatas tekanan biasanya.
Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg di atas tekanan biasanya.
2) Nyeri kepala
Nyeri
kepala jarang ditemui pada kasus yang ringan namun biasanya ditemui pada kasus
yang berat.
3) Nyeri abdomen
Nyeri
epigastrium atau kuadran kanan atas sering merupakan gejala dari pre eklampsia
berat dan dapat mengindikasikan akan adanya kejang
4) Gangguan Penglihatan
Berbagai gangguan penglihatan mulai dari
kekaburan penglihatan ringan sampai skotome hingga kebutaan parsial atau total.
5) Temuan Laboratorium
Pada Pre eklampsia dini, proteinuria mungkin minimal atau tidak ada,
tetapi pada bentuk yang paling parah, proteinuria biasanya mudah diketahui dan
mencapai 10 g per 24 jam ( Cuningham & Gant,2010)
2.2.6
Komplikasi Pre Eklampsia
1)
Iskemi
uteroplasenta
Iskemia uteroplasenter dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat (IUGR) ,kematian janin ,persalinan
premature dan solusio plasenta.
2)
Spasme
arteriolar
Adanya
spasme arteriolar dapat menyebabkan perdarahan serebral, gagal jantung, ginjal,
hati, ablasio retina dan tromboembolisme serta adanya gangguan pembekuan darah.
3)
Kejang
dan koma
Trauma karena kejang dan aspirasi cairan,
darah, muntahan dengan akibat gangguan pernapasan
2.2.7
Klasifikasi
Pre Eklampsia
1. Pre Eklampsia Ringan
a)
Tekanan darah 140/90 mmhg atau
kenaikan diastolik 15 mmhg atau kenaikan sistolik 30 mmhg atau lebih.
b)
Proteinuria 0,3 gr/lt atau +1 ,+2
c)
Edema pada kaki, jari, muka dan
penambahan BB > 1 kg/mg
Penatalaksanaan
a) Banyak
istirahat (berbaring atau tidur)
b) Diet
: cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
c) Sedativa
ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral selama 7 hari.
d) Pemeriksaan
laboratorium : hemoglobin, hematokrit, troombosit, urine lengkap, asam urat
darah, fungsi hati dan ginjal.
2.
Pre
Eklampsia Berat
a)
Tekanan darah 160/110 mmhg atau
lebih
b)
Proteinuria, 5 gr/lt atau lebih
c)
Oliguria (jumlah urine < 500 cc
per 2 jam)
d)
Terdapat edema paru dan sianosis
e)
Adanya gangguan serebral, visus dan
nyeri epigastrium
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Pre Eklampsia Berat
yaitu :
1) Tanda
vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella tiap jam
2) Infuse
dekstrose 5 % dimana setiap 1 liter diselingi infuse RL (60-125cc/jam) 500 cc
3) Antasida
4) Diet
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
5) Pemberian
obat anti kejang: magnesium sulfat
6) Diuretikum
tidak diberikan kecuali bila ada tanda tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/im
7) Antihipertensi
diberikan jika :
Desakan darah sistol lebih 180 mmhg,
diastol lebih dari 110 mmhg, atau MAP lebih dari 125 mmhg, sasaran pengobatan
adalah tekanan diastol kurang dari 105 mmhg ( bukan kurang dari 90 mmhg) karena
dapat menurunkan perfusi plasenta.
8) Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda tanda menjurus
payah jantug, diberikan digitalisasi dengan cepat menggunakan cedilanid D.
9) Lain-Lain
Konsultasikan dengan dokter penyakit
dalam atau jantung
Obat obat antipiretik diberikan bila suhu
rektal lebih dari 38,5◦ dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkohol xylomidon 2cc IM.
2.3
Konsep
Dasar Eklampsia
2.3.1
Definisi Eklampsia
Eklampsia adalah
kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai
dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurogenik) dan atau koma
dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
Eklampsia
adalah kelaianan akut pada ibu hamil, saat hamil
tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan
gejala-gejala pre eklampsia (hipertensi, edema, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000).
2.3.2 Etiologi
Etologi
dan patogenesis Pre eklampsia dan Eklampsia saat ini masih belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan
kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the disease of theories”. Pada
saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan terjadinya
Pre
eklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit
pembuluh darah, dan keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan
dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis
pada awal trimester satu dan dua.
2.3.3 Patofisiologis
Pada
eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara.
Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus, sehingga menyebabkan cadangan
alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga natrium
dilepaskan untuk dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas
natrikus.
Dengan
demikian, cadangan alakali dapat pulih kembali. Waktu pembekuan lebih pendek
dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklmpsia.
2.3.4 Klasifikasi Eklampsia
Eklampsia di
bagi menjadi 3 golongan :
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini
paling sering terjadi)
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan.
Kejadian sekitar 30 % sampai 35
% terjadi saat sedang inpart
3.
Eklampsia postpartum
ialah eklampsia setelah persalinan
Terjadinya serangan kejang atau
koma setelah persalinan berakhir.
2.3.5 Manifestasi Klinis
1. Kehamilan
lebih dari 20 minggu, persalinan atau masa nifas
2. Disertai
dengan tanda Pre Eklampsia (hipertensi, proteinuria dan edema)
3. Kejang
dan atau koma
4. Kadang
kadang disertai gangguan fungsi organ
2.3.6
Pemeriksaan Diagnosis
1. Berdasarkan
gejala klinis diatas
2. Pemeriksaan
Laboratorium (adanya protein dalam urine, fungsi organ hepar, dan jantung,
fungsi hematologi atau hemostasis.
2.3.7
Tingkatan
Kejang pada Eklampsia
1.Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung
30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan
kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
2.Stadium kejang Tonik
Seluruh otot
badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat
tergigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3.Stadium kejang Klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonikberhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonikberhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
2.3.8 Komplikasi Eklampsia
1. Perdarahan
otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita
eklampsia.
2. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk
sementara, yang berlangsung sampai seminggu.
4. Edema paru – paru
5. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada
eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
6. Sindroma
HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan
tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang
diakibatkan disfungsi endotel sistemik.
7. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis
glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa
kelainan struktur lainnya.
8
Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh
akibat kejang - kejang, pneumonia
aspirasi, dan DIC.
2.3.9 Penatalaksanaan
Penanganan eklampsia
Tujuan
utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan
mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu
mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :
- Beri obat anti konvulsan
- Perlengkapan untuk penanganan kejang
- Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
- Aspirasi mulut dan tenggorokan
- Baringkan pasien pada sisi kiri
- Posisikan secara trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
- Berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.
·
Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat
darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di rumah sakit
untuk memberikan pertolongan yang adekuat. Konsep
pengobatannya adalah :
1.
Menghindari terjadinya :
Kejang berulangMengurangi koma
2.
Meningkatkan jumlah diueresis
3.
Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
4.
Obat penenang dengan
injeksikan 20 mg valium
5.
Pasang infuse glukosa 5 % dan
dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20 mgr
6.
Sertai petugas untuk
memberikan pertolongan:
7.
Hindari gigitan lidah dengan
memasang spatel pada lidah
8.
Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan
berikan oksigen
9.
Hindari terjadinya trauma
tambahan
10. Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :
11. Kamar isolasi
- Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan
- Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
- Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
- Pengobatan medis
-
Magnesium sulfat dengan efek
menurunkan tekanan darah , mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis,
meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta sehingga
menurunkan gejala klinis eklampsia.
- Diazepam atau valium
·
Pemberian
Magesium Sulfat untuk Eklampsia
a.
Manjemen Magnesium Sulfat Aktif
1. Infus Ringer
Lactat 16-20 tetes/menit.
2. Pasang
Oksigen 2-4 liter/menit.
3. Pasang DC
dan evaluasi produksi urie.
4. Injeksi
MgSO4 20% 4 gram ( IV ) pelan.
5. Injeksi
MgSO4 40% 10 gram ( IM ) Bokong Kanan – Bokong Kiri.
6. Observasi
Vital Sign
7. Evaluasi
menurut advis dokter.
b. Dosis Pemeliharaan Magnesium Sulfat
1. Diberikan
pada pasien selama 24 jam pasca persalinan atau pasca kejang terakhir.
2. Pemberian
MgSO4 40% 6 gram Bokong Kanan – Bokong Kiri setiap 6 jam selama 24 jam.
3. Observasi
Vital Sign, Tinggi Fundus Uteri, dan Produksi Urine.
4. Bila dalam
24 jam Tensi pasien masih tinggi, sebaiknya konsulkan bagian Cardiovascular.
c. Syarat
Pemberian Magnesium Sulfat
1. Respiration
Rate ≥ 16 kali/menit.
2. Refleks
Patella ( + ).
3. Produksi
Urine minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.
4 Tersedia
antidotum yaitu : Oksigen + Ventilator dan Calsium Glukonas 2 gram (IV) pelan
sampai pernafasan kembali normal
2.3.10
Sindrome
HEELP
1)
Definisi
Sindrome HELLP (Hemolysis,
Elevated Liver Enyme, Low patelets count) adalah pre eklampsia-eklampsia
yang disertai dengan timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi
hepar dan trombositopenia.
2)
Diagnosis
a) Didahului
tanda dan gejala yang tidak khas malaise, lemah, nyeri kepala, mual muntah
(semua tanda ini mirip dengan gejala virus)
b) Adanya
tanda dan gejala pre eklampsia
c) Tanda
tanda hemolisis intravaskuler, khususnya kenaikan LDH, AST, dan bilirubin
indirek
d) Tanda
kerusakan atau disfungsi sel hepatosiy hepar : kenaikan ALT, AST, LDH
e) Trobositopenia
dengan kadar trombosit ≤ 150.000/ ml, semua perempuan hamil dengan keluhan
nyeri pada kuadran kanan atas
3)
Klasifikasi
sindroma HELLP menurut klasifikasi Missisippi berdasar kadar Trombosit dalam
darah :
a) Kelas
1 : Kadar Trombosit ≤ 50.000/ml, LDH ≥ 600 IU/l, AST dan atau ALT ≥ 40 IU/l
b) Kelas
2 : Kadar Trombosit > 50.000 ≤ 100.000/ml, LDH ≥ 600IU/l, AST dan atau ALT ≥
40 IU/l
c) Kelas
3 : Kadar Trombosit > 100.000 ≤ 150.000/ml, LDH ≥ 600 IU/l, AST dan atau ALT
≥ 40 IU/.
4) Diagnosa Banding
a)ITP
b) Hepatitis
akut
c)Acute fatty liver
d) Penyakit
kandung empedu
e)Penyakit
ginjal
f) Gastroenteritis, ulkus pepticum
5)
Penatalaksaan
a)Antisipasi
dan buat diagnosis
b) Periksa
kondisi ibu : stabilisasi KU, lihat sistem koagulasi, bedrest untuk meningkatkan volume plasma
c)
Periksa kondisi janin,
lahirkan segera atau tanda resiko penatalaksanaan konservatif sindrome HELLP,
solusio plasenta, DIC, GGA, edema paru, rupture hati, PJT, asfiksia.
d) Kontrol
TD ibu
e)Cegah
kejang dengan magnesium sulfat
f) Pemberian cairan dan elektrolit
g) Hemoterapi
(transfusi dan heparin)
h) Penatalaksanaan
persalinan : SC, atau pervaginam
i) Optimalisasi penatalaksanaan perinatal
j) Pengamatan intensif pasca persalinan
k) Tetap
waspada terjadinya multiple organ failure
l) Konseling untuk kehamilan berikutnya.
m) Dexamethasone
rescue untuk HELLP syndrome.
2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut
Hellen Varney
Manajemen kebidanan adalah metode
pendekatan pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh
bidan di dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan
masyarakat.
Di dalam melaksanakan proses
manajemen ini menggunakan 7 langkah, yaitu :
2.4.1 Pengumpulan Data
Merupakan pengumpulan data lengkap untuk mengevaluasi pasien dengan
memperoleh seluruh data yang dibutuhkan untuk penilaian secara sempurna dari
klien.
1.
Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang
didapat dari hasil wawancara atau anamnesa secara langsung kepada klien dan
keluarga. Data subyektif ini mencakup semua keluhan-keluhan dari klien terhadap
masalah kesehatan yang lain pada impending eklampsia sering menunjukkan adanya
keluhan pusing, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan pandangan mata kabur.
a.
Identitas
1) Nama
Untuk membedakan pasien dengan pasien lain.
2) Umur
Untuk
mengetahui berapa umur pasien apakah umur pasien merupakan risiko tinggi atau
tidak.
3) Bangsa/suku
Untuk mengetahui adat/kebiasaan yang dianut oleh keluarga
berdasarkan suku dan bangsa tertentu.
4) Agama
Untuk mengetahui kepercayaan klien yang
berhubungan dengan pemberian motivasi spiritual pada pasien.
5) Pendidikan
Berhubungan
dengan penerimaan motivasi yang diberikan petugas dapat diterima sesuai dengan
tingkat pengetahuan.
6) Pekerjaan
Untuk
mengetahui taraf ekonomi keluarga agar sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
7) Alamat
Untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal klien.
b. Status Perkawinan
Untuk mengetahui umur pertama kali kawin dan lama perkawinan.
c.
Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan atau
keadaan klien saat ini.
d.
Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui umur
berapa klien menarche, berapa lama dan berapa siklus haidnya selama 1 bulan,
bagaimana warna dan bau darah menstruasi yang keluar, apakah mengalami
dysmenorrhea dan fluor albus atau tidak dan untuk mengetahui kapan Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT).
a.
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Yang harus ditanyakan adalah
bagaimana riwayat kehamilan yang lalu, riwayat persalinannya apakah ada
penyulit, bagaimana jenis persalinannya, berapa usia kehamilannya, siapa yang
menolong persalinannya, berapa berat badan dan panjang badan bayinya, apa jenis
kelaminnya, apakah hidup atau mati dan apakah pada kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu mengalami pre eklampsia maupun eklampsia.
f. Riwayat Kesehatan/Penyakit Klien
Untuk
mengetahui apakah klien pernah atau sedang menderita penyakit seperti jantung,
hipertensi, asma, DM, ginjal, hepatitis, TBC dan Pre eklampsia maupun
Eklampsia.
g. Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk
mengetahui apakah dalam anggota keluarga klien ada yang menderita penyakit
kronis seperti jantung, hipertensi, DM, ginjal, hepatitis, TBC dan apakah
keluarga terutama ibu pernah menderita Pre eklampsia dan Eklampasia.
h. Pola Kehidupan Sehari-hari
Berisi tentang bagaimana pola kebiasaan
sehari-hari yang dilakukan oleh klien
yang meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola personal
hygiene, pola aktifitas dan perilaku kesehatan.
i.
Data Psikososial
Untuk mengetahui bagaimana hubungan
klien dan suami serta keluarga.
2.
Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang
diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
a.
Pemeriksaan Umum
Bagaimana
kesadaran klien, keadaan umumnya, berapa berat badannya, berapa tekanan darah,
nadi, suhu dan respirasinya. Pada paien dengan Pre Eklampsia memonitoring
tekanan darah adalah penting biasanya didapatkan berupa tekanan darah tinggi
yaitu >140/90 mmHg. Untuk nadi adanya nadi yang >100 dan < 80
menunjukkan adanya syok, Untuk respirasi harus >16 x/menit pada pasien
eklampsia karena berhubungan dengan syarat pemeberian anti konvulsi yaitu MgSO4.
Untuk suhu adanya suhu
melebihi 37,5o c menunjukkan adanya infeksi.
b.
Pemeriksaan Fisik ( head to toe)
·
Kepala dan wajah :
Bagaimana keadaan rambutnya,
apakah bersih/kotor, apakah ada
benjolan, apakah wajahnya oedem/tidak, pucat/tidak
·
Mulut dan gigi :
Apakah simetris /tidak, adakah halitosis atau tidak stomatitis/tidak, adakah
gigi palsu dan caries/tidak
·
Leher :
Apakah ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan vena jugularis
·
Payudara :
Bagaimana konsistensi payudara, bentuk payudaranya, simetris/tidak, apakah ada
hiperpigmentasi pada areola/tidak, puting susu menonjol/tidak, bagaimana
keluarannya (ASI/kolostrum)
·
Abdomen :
Apakah ada luka bekas jahitan SC/tidak, berapa TFUnya, bagaimana konsistensi
uterus, kontraksi uterus dan posisi uterus
·
Lokhea :
Bagaimana warnan lokhea yang keluar, baunya, konsistensinya, berapa jumlah
pengeluarannya.
·
Perineum :
Apakah ada bekas luka jahitan perineum,
oedem/tidak, bagaimana warna dan kebersihannya.
·
Anus :
Apakah ada hemoroid/tidak
·
Ekstremitas :
Apakah ada oedeme atau tidak, pada lutut bagaimana reflek patela nya positif
kuat atau tidak untuk syarat pemberian MgSO4
c.Pemeriksaan
laboratorium : Bagaimana hasil
pemeriksaan laboratorium (tes HbsAg, albumin, reduksi, urine, HIV/AIDS, dll).
Pada pasien dengan Pre eklampsia dan eklampsia albumin urine, urine lengkap,
hematologi harus dipantau dapat juga dilakukan pemeriksaan faal ginjal maupun
jantung dengan elektrokardiografi/ECG.
2.4.2 Interpretasi Data
Merupakan
langkah untuk menentukan diagnosa/masalah yang timbul berdasarkan pengkajian
data yang dilakukan.
Diagnosa : P….. post partum....Jam dengan
Eklampsia.
Ds : Data subyektif yang menunjang diagnosa.
Do : Data obyektif yang menunjang diagnosa
(TD/N/S, lochea, TFU, kontraksi uterus,
adanya kejang)
2.4.3 Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Langkah
ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan berdasarkan
data yang ada kemungkinan dapat menimbulkan keadaan yang lebih parah Diagnosa
potensial dari Eklampsia adalah Trauma, Aspirasi higga Kematian pada Ibu Nifas.
2.4.4 Identifikasi Kebutuhan
Tindakan Segera/Kolaborasi
Langkah
ini mencakup tentang kebutuhan akan tindakan yang harus segera dilakukan untuk
mengatasi diagnosa atau masalah potensial yang terjadi agar tidak terjadi
komplikasi. Tindakan segera dalam eklampsia adalah penanganan eklampsia dan
Kolaborasi dengan dr. Untuk terapi.
2.4.5 Rencana Asuhan/Intervensi
Langkah
ini berisi serangkaian asuhan yang akan diberikan kepada klien sesuai diagnosa
atau masalah awal yang ada sesuai dengan standar pelayanan.
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.Jelaskan pada keluarga jika
saat ini ibu masih membutuhkan
penanganan dan pemantauan yang ketat
2.Observasi TTV ibu
3.Memasang DC
4.Memasang oksigen
5.Memasang spatel lidah
6. Mengikat kaki dan tangan atau
lakukan pendampingan pada ibu
7.Lakukan kolaborasi dengan dr.
SpOG dalam pemberian terapi
8. Lakukan evaluasi hasil penanganan
dan terapi kejang
9.Observasi masa nifas ibu
10. Berikan HE tanda bahaya nifas
|
Agar keluarga dapat mengetahui
jika kedaan ibu saat itu.
Untuk mengetahui dan memantau
terus TTV ibu
Untuk memantau diuresis atau urin
ibu
Untuk melancarkan sirkulasi dan
pernafasan ibu
Mencegah tergigitnya lidah
Mencegah terjadinya trauma saat
kejang terjadi
Mencegah terjadinya komplikasi
Mencegah kejang berlanjut
Memantau masa nifas ibu
Agar ibu juga dapat kooperatif.
|
2.4.6 Implementasi
Langkah
ini berisi tentang asuhan yang telah diberikan kepada klien berdasarkan rencana
yang telah disusun sebelumnya untuk menangani diagnosa/masalah yang telah
terindentifikasi.
2.4.7 Evaluasi
Langkah
ini merupakan cara untuk mengevaluasi asuhan yang telah diberikan apakah telah
memenuhi kebutuhan asuhan yang dibutuhkan klien. Jika memang asuhan yang telah
diberikan belum efektif maka perlu dilakukan pengulangan atau perbaikan pada
pemberian asuhan selanjutnya.
S :Menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui wawancara langsung kepada px/keluarga.
O :Pendokumentasian
hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang.
A :
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dalam suatu
identitas.
P :Menggambarkan pendokumentasian dari
perencanaan dan evaluasi berdasarkan assesment.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1
PENGKAJIAN
Tanggal : 06 April 2015 Pukul : 15.00 WIB Oleh : Desi Bertika
Ratma
A.Data
Subjektif
1.1
Identitas
|
Nama Klien
Umur
Bangsa/suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
No Register
|
: Ny “Y”
: 31 th
: Indonesia/Jawa
: Islam
: SMU
: IRT
: 102523
|
Nama Suami
Umur
Bangsa/suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
|
: Tn “S”
: 31 th
: Indonesia/Jawa
: Islam
: SMU
: Swasta
:Purwokerto, Ngimbang
|
1.2
Status
Perkawinan
Umur pertama
kali kawin : 26 tahun lama perkawinan : 5 tahun
1.3
Keluhan
Utama
Ibu mengatakan telah
melahirkan anak keduanya pada tanggal 06 April 2015 pukul 14.30 WIB dengan
normal dan ibu mengatakan seluruh tubuhnya rasanya gemetar, kepala pusing dan
ibu muntah 2 kali.
1.4
Riwayat
Menstruasi
|
Siklus mestruasi
Lama
Warna
Bau
Fluor Albus
|
: 28 hari
: 6 hari
: merah
: anyir
: tidak
|
Menarche
HPHT
Disminorhea
|
: 12 Tahun
: 28 Juni 2014
: Ya.
|
1.5
Riwayat
Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
|
No
|
Suami ke
|
UK
|
Jenis Persalinan
|
Penolong
|
Penyulit
|
BB/PB
|
H/M
|
Jns
Kel
|
Meneteki
|
KB
|
|
1
2
|
1
1
|
9 bulan
9
bulan
|
Spontan B
Spontan B
|
Dukun
Bidan
|
Tidak ada
PER
|
BB: 2000 gr
BB 2800 gr/49 cm
|
Hidup
Hidup
|
Perempuan
Laki-Laki
|
Ya
Ya
|
Pil
-
|
1.6
Riwayat
Kesehatan/Penyakit Klien
Ibu
mengatakan bahwa ibu tidak mempunyai penyakit menurun seperti Hipertensi, DM,
penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis serta penyakit menahun seperti
jantung, dan asma dan selama kehamilan
yang lalu tidak mengalami Pre eklampsia dan eklampsia.
1.7
Riwayat
Penyakit Keluarga
Ibu
mengatakan bahwa ibu tidak mempunyai penyakit menurun seperti Hipertensi, DM,
penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis serta penyakit menahun seperti
jantung, dan asma serta keluarga
terutama ibu tidak pernah menderita Pre eklampsia dan eklampsia.
1.8
Pola
kehidupan sehari-hari
·
Pola nutrisi
Setelah melahirkan ibu belum makan, Ibu
minum sedikit air putih kira-kira 1 gelas dan sedikit teh hangat.
·
Pola Eliminasi
Ibu belum dapat BAK dan
BAB
·
Pola istirahat
Setelah
bersalin ibu belum dapat berisitirahat dengan cukup.
·
Pola Aktivitas
Setelah
melahirkan ibu belum dapat miring kiri maupun kanan.
·
Pola Personal Hygiene
Ibu belum mandi hanya
di sibin dan diganti pakaian baru serta pembalut.
·
Pola hubungan seksual
Ibu belum melakukan
hubungan seksual.
·
Perilaku Kesehatan
Ibu
mengatakan tidak pernah minum minuman beralkohol minum minuman keras, maupun
merokok dan tidak minum jamu tradisional selama kehamilan.
·
Riwayat Psikososial
-
Respon ibu terhadap
bayi
Ibu
mengatakan bahwa ia dan keluarganya sangat bahagia dengan kelahiran bayi
pertamanya
-
Rencana menyusukan bayi
Ibu
mengatakan bahwa ia akan menyusui anaknya dan memberikan makanan pedamping ASI
mulai dari umur 6 bulan.
-
Tingkat pengetahuan ibu
Ibu
belum mengetahui tentang tanda dan bahaya masa nifas.
-
Rencana mengasuh bayi
oleh
Ibu mengatakan akan mengasuh
bayinya sendiri bersama keluarga.
-
Kebiasaan Masyarakat
yang merugikan :
·
Ibu setelah melahirkan
harus tarak
·
Ibu tidak boleh minum
banyak agar tidak gemuk
-
Rencana KB
Ibu
belum merencankan untuk menggunakan kontrasepsi apa setelah persalinan.
B.Data
Objektif
a)
Pemeriksaan
Umum
Kesadaran : Compos mentis
KU :
Lemah
BB : 65 kg
Tensi/Nadi/Suhu/RR : 140/90 mmHg/80x/mnt/36◦ C/20x/mnt
b)
Pemeriksaan
Fisik
Ø Kepala
dan muka : Rambut hitam,bersih, muka tidak oedeme
dan muka pucat.
Ø Mulut
dan Gigi : Tidak ada bibir pucat dan stomatitis
dan gigi palsu atau karies.
Ø Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis,
thryoid dan limfe.
Ø Payudara
-Kebersihan : bersih
-Bentuk : simetris
-Areola : hyperpigmentasi
-Putting
susu : menonjol
-Keluaran : kolostrum
Ø Abdomen
-Luka bekas jahitan SC : tidak
ada luka bekas SC
-TFU : 2
jari bawah pusat
-Kontraksi uterus : baik
Ø Pengeluaran
pervaginam/lochea
-Warna
lochea : merah (rubra)
-Jumlah : + 150 cc
-Bau : anyir
-Konsistensi : encer
Ø Perineum
-Bekas
jahitan : ada luka bekas jahitan derajat 2 dilakukan
hecting dengan anestesi dan tidak ada pus.
-Kebersihan : bersih
-Oedema : tidak ada
-Varices : tidak ada
-Warna : merah kehitaman
Ø Anus : tidak ada hemoroid
Ø Exstremitas
atas dan bawah
-Varices : - / -
-Oedema : - / -
Ø Reflek
patella : + / +
c)
Data
Penunjang
1. Pemeriksaan
laboratorium
|
d)
Hematologi
|
Hasil
|
Nilai Normal
|
|
Hemoglobin
|
12,5
|
L : 13,5-18 g/dl
P : 11,5-16,5 g/dl
|
|
Leukosit
|
14.600
|
4000-11000/cmm
|
|
Trombosit
|
392.000
|
150.000-450.000/cmm
|
|
PCV
|
36%
|
L : 40-45 %
P : 35-47 %
|
|
HbsAg
|
(-) negatif
|
|
|
Albumin urine
|
+ (+1)
|
|
1. Hasil
konsultasi dengan dr.spOG :
a)
Pemasangan kateter
b)
Infus RL : D5 20 tpm
c)
Injeksi MgSO4 full
dose
d)
Injeksi ceftriaxone 2 x
1
e)
Pemasangan infus 2
jalur kanan RL drip MgSO4 40%, kiri Infus RL drip ketorolac dan
Ranitidin 1 ampul.
f) Gastrul
per rectal 2 tab.
2. Data
kehamilan dan persalinan sekarang
-Umur
kehamilan : 40 minggu
-Penyulit : Tidak ada.
-Periksa
kehamilan : ±8 kali di bidan
-Proses
persalinan : Spontan B
Kala I tanggal : 06 April 2015 jam
: 11.00 WIB
Kala II tanggal : 06 April 2015 jam
: 14.15 WIB
Kala III tanggal : 06 April 2015 jam
: 15.00 WIB
Kala IV tanggal : 06 April 2015 jam
: 2 jam PP.
·
Keadaan bayi
A – S : 4-6
Jenis kelamin : Laki laki
BB/TB : 2800 gram/ 49 cm
Kelainan kongenital : Tidak
ada.
3.2 INTERPRESTASI DATA
Diagnosa
: P2002
Post Partum 4 Jam Fisiologis dengan Eklampsia
DS
: Ibu mengatakan telah melahirkan anak
keduanya pada tanggal 06 April 2015 pukul 14.30 WIB dengan normal dan ibu
mengatakan seluruh tubuhnya rasanya gemetar, kepala pusing dan ibu muntah 2
kali.
DO
:
-Kesadaran : Composmentis
-Tekanan
Darah : 140/90 mmhg
-Nadi : 80 x/menit
-Suhu : 36◦C
-RR : 20x/menit
-Kontraksi : Baik
-TFU : 2 jari
bawah pusat
-Lokhea : Rubra
-Proteinuria : + (+1)
-
Seluruh tubuh pasien gemetaran dan kepala pusing.
-
Pasien muntah 2 kali
-
Pasien kejang dengan mata terbuka dan melotot serta seluruh tubuh ibu
Pucat dan bergetar.
Masalah : Adanya trauma, aspirasi hingga kematian ibu
Kebutuhan :
-Lakukan
penanganan kejang
-Berikan
terapi kejang sesuai advise dokter
3.3
ANTISIPASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
-Diagnosa
/ masalah potensial : Potensial terjadi trauma, aspirasi hingga kematian pada
ibu.
3.4 KEBUTUHAN SEGERA / TINDAKAN SEGERA
- Kolaborasi dengan
dr.spOG
a. Infus Terpasang 2 jalur lancar & Lakukan
penanganan kejang
b. Injeksi mgSO4 20 % / 10 cc
c. Injeksi ketorolac 1 ampul
3.5 INTERVENSI
Tanggal : 06 April 2015 Pukul : 15.00 WIB
- Diagnosa : P2002
Post Partum 4 Jam dengan Eklampsia
- Tujuan :
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan selama ±24 jam kejang dapat ditangani
- Kriteria :
- Kejang dapat tertangani.
- Tidak terjadi kejang
lanjutan.
- TTV dalam batas
normal
- Masa nifas
berjalan normal
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.Jelaskan pada keluarga jika
saat ini ibu masih membutuhkan penanganan
dan pemantauan yang ketat
2.Observasi TTV ibu
3.Memasang DC
4.Memasang oksigen
5.Memasang spatel lidah
6. Mengikat kaki dan tangan atau
lakukan pendampingan pada ibu
7.Lakukan kolaborasi dengan dr.
SpOG dalam pemberian terapi
8. Lakukan evaluasi hasil
penanganan dan terapi kejang
9.Observasi masa nifas ibu
10. Berikan HE tanda bahaya nifas
|
Agar keluarga dapat mengetahui
jika kedaan ibu saat itu.
Untuk mengetahui dan memantau
terus TTV ibu
Untuk memantau diuresis atau urin
ibu
Untuk melancarkan sirkulasi dan
pernafasan ibu
Mencegah tergigitnya lidah
Mencegah terjadinya trauma saat
kejang terjadi
Mencegah terjadinya komplikasi
Mencegah kejang berlanjut
Memantau masa nifas ibu
Agar ibu juga dapat kooperatif.
|
3.6
IMPLEMENTASI
|
Tanggal/Jam
|
Implementasi
|
Paraf
|
|
06 April 2015
Pkl. 15.30
Pkl 16.30
Pkl 19.00
Pkl 19.30
Pkl 22.00
|
1. Menjelaskan
pada keluarga jika ibu sudah melahirkan, kondisi bayi cukup baik tetapi ibu
masih dalam pengawasan karena
tekanan darahnya masih tinggi.
2. Mengobservasi
keadaan umum ibu dan TTV
Ibu
mengatakan gemetaran, muntah 2 kali dan nampak pucat.
TD : 170/120 mmHg S : 360C
N : 88 kali/menit RR: 22 x/menit
3. Memasang
kateter pada ibu untuk memantau diuresis atau urine ibu.
4. Menganjurkan
ibu makan dan minum setelah persalinan
5. Kolaborasi
dengan dr. SpOG
-
Memasng infus 2
jalur, kanan infus RL drip MgSO4 40% 20 tpm, Infus kiri RL drip
ketorolac dan ranitidin 1 ampul 20
tpm.
-
Gastrul per rectal 2 tab
-
Observasi Kala IV dan
keadaan ibu
6. Pasien
mengalami kejang, mata terbuka dan melotot, seluruh tubuh tampak pucat.
7. Menjelaskan
pada keluarga jika ibu mengalami kejang dan butuh penaganan dan pemantauan
yang ketat.
8. Memasang
oksigen 6 liter dan memposisikan ibu trendelenburg dengan kaki lebih tinggi
dari kepala dan memposisikan kepala miring ke kiri untuk mencegah terjadinya
aspirasi akibat kejang
9. Memasang
spatel pada lidah untuk mencegah tergigitnya lidah saat kejang.
10. Mengikat
kaki dan tangan ibu atau memegangi kaki dan tangan ibu untuk mencegah
terjadinya trauma akibat kejang pada ibu.
11. Melakukan
kolaborasi dr. SpOG dalam penaganan kejang:
-
Injeksi MgSO4 20
% / 10 cc
-
Injeksi Ketorolac 1
ampul / IV
12. Melakukan
evaluasi keberhasilan dari tindakan dan penanganan kejang yang telah
dilakukan. Pasien sudah tidak mengalami kejang.
13. Melakukan
obervasi pada masa nifas ibu.
Keadaan
umum : Lemah
TD :
140/90 mmHg S : 36,40C
N :
80x/menit RR
: 22 x/menit
Pasien
sudah tidak gemetar, seluruh tubuh masih pucat dan teraba dingin.
14. Memberikan
HE pada keluarga dan ibu tentang tanda dan bahaya nifas terutama adanya
kejang berualang dengan menganjurkan ibu dan keluarga memanggil petugas
kesehatan jika :
-
Ibu merasa darah yang
keluar banyak
-
Ibu merasa pusing,
pandangan mata menjadi kabur dan nyeri ulu hati
-
Pasien gemetar hingga
muntah
-
Tubuh pasien kaku,
mata melotot dan pasien tampak kejang.
15. Melanjutkan
observasi dan terapi sesuai advice dr.spOG
16. Melakukan
pendokumentasian tindakan.
|
|
.
3.7 EVALUASI
Tanggal: 06
April 2015 Pukul :
22.30 WIB
S : Ibu mengatakan sudah lega dengan
kelahiran bayinya dan ibu merasa lemas dan masih sedikit pusing.
O :
-k/u : lemah
- TD : 140/90 mmHg S : 36,40 C
- N :
80x/menit RR
: 20x/menit
- TFU : 2 jari bawah pusat
- Uc :
keras
- Fluxus: ±50 cc
- Lokhea : Rubra
- DC : 200 cc
A :
P2002 post partum 6 jam dengan Post Eklampsia
P :
-Lakukan Observasi keadaan umum, TTV, perdarahan dan TFU.
-Lakukan Kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemeberian terapi :
a. Infus 2 jalur
terpasang lancar
b. Injeksi Ceftriaxone
1,0 g
- Berikan HE tentang :
a. Tanda bahaya nifas
b. Nutrisi
c. Istirahat dan mobilisasi
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal: 07
April 2015 Pukul :
21.00 WIB
S :
Ibu mengatakan keadaanya sudah agak baik namun masih sedikit lemas
O :
- k/u : cukup
- TD : 140/90 mmHg S : 36,80 C
- N :
80x/menit RR
: 20x/menit
- TFU : 2 jari bawah pusat
- Uc :
keras
- Fluxus: DBN
- Lokhea : Rubra
-DC
: 300 cc
A :
P2002 post partum Hari ke 1 dengan Post Eklampsia
P :
-Lakukan Observasi keadaan umum, TTV, perdarahan dan TFU.
-Lakukan Kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemeberian terapi :
a. Infus kanan diganti
D5 10% drip Oksitosin 1 ampul 20 tpm.
b. Injeksi Ceftriaxone
1,0 gr
c. Injeksi Ketorolac
d. Injeksi Asam
Traneksamat
e Gastrul per rectal 3
tab
f. Pemberian oral
-Nifedipin 3 x 10
mg
- Asmef 3 x 500 mg
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal: 08
April 2015 Pukul :
21.00 WIB
S :
Ibu mengatakan keadaanya sudah agak baik dan masih sedikit lemas
O :
-k/u : cukup
- TD : 130/90 mmHg S : 36,80 C
- N :
80x/menit RR
: 20x/menit
- TFU : 2 jari bawah pusat
- Uc :
keras
- Fluxus: DBN
- Lokhea : Rubra
-DC : 400 cc
A :
P2002 post partum Hari ke 2 dengan Post Eklampsia
P :
-Lakukan Observasi keadaan umum, TTV, perdarahan dan TFU.
-Lakukan Kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemeberian terapi :
a. Aff infus kiri,
Infus kanan diganti RL drip oksitosin 20 tpm.
b. Injeksi Ceftriaxone
2 x 1 1,0 gr
c. Injeksi
Ketorolac 3 x 1
f. Pemberian oral
-Nifedipin 3 x 10 mg
- Asmef 3 x 500 mg
- Metherinal 3 x
1
- Dekstral 3 x 1
- SF 2 x 1
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal: 09
April 2015 Pukul :
14.00 WIB
S :
Ibu mengatakan keadaanya sudah agak baik dan sudah tidak lemas
O :
-k/u : cukup
- TD : 120/90 mmHg S : 36,50 C
- N :
80x/menit RR
: 20x/menit
- TFU : 2 jari bawah pusat
- Uc :
keras
- Fluxus: DBN
- Lokhea : Rubra
- DC : 400 cc
A :
P2002 post partum Hari ke 3 dengan Post Eklampsia
P :
-Lakukan Observasi keadaan umum, TTV, perdarahan dan TFU.
-Lakukan Kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemeberian terapi :
a. Infus kanan
terpasang D5 10% 20 tpm
b. Injeksi Ceftriaxone
2 x 1 1,0 gr
c. Injeksi
Ketorolac 3 x 1
f. Pemberian oral
-Nifedipin 3 x 10 mg
- Asmef 3 x 500 mg
- Metherinal 3 x
1
- Dekstral 3 x 1
- SF 2 x 1
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal: 10
April 2015 Pukul :
14.00 WIB
S : Ibu mengatakan keadaanya sudah baik
dan tidak ada keluhan
O :
-k/u : cukup
- TD : 130/90 mmHg S :
36,80 C
- N :
80x/menit RR
: 20x/menit
- TFU : 2 jari bawah pusat
- Uc :
keras
- Fluxus: DBN
- Lokhea : Rubra
A :
P2002 post partum Hari ke 4 dengan Post Eklampsia
P :
-Lakukan Observasi keadaan umum, TTV, perdarahan dan TFU.
-Lakukan Kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemeberian terapi :
a. Infus kanan
terpasang RL 20 tpm
b. aff DC
c.Injeksi Ceftriaxone 2
x 1 1,0 gr
d. Injeksi
Ketorolac 3 x 1
e. Pemberian oral
-Nifedipin 3 x 10 mg
- Asmef 3 x 500 mg
- Metherinal 3 x
1
- Dekstral 3 x 1
- SF 2 x 1
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal: 11
April 2015 Pukul :
07.00 WIB
S :
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
O :
-k/u : cukup
- TD : 130/90 mmHg S : 36,60 C
- N :
80x/menit RR
: 20x/menit
- TFU : 2 jari bawah pusat
- Uc :
keras
- Lokhea : Rubra
A :
P2002 post partum Hari ke 5 dengan Post Eklampsia
P :
-Pasien dapat KRS
-Lakukan Kolaborasi dengan dr. SpOG dalam pemeberian terapi :
a. aff infus
b. Pemberian oral
-Nifedipin 3 x 10 mg
- Asmef 3 x 500 mg
- Metherinal 3 x
1
- Dekstral 3 x 1
- SF 2 x 1
c. Berikan HE tenatang
:
-Nutrisi : Ibu tidak obleh tarak, harus cukup makan
dan minum
-Istirahat : Ibu
harus banyak istirahat dan berbaring, usahakan
Tidur di siang
hari dan malam dengan cukup.
-Tanda bahaya
nifas : demam, darah yang keluar berbau busuk,
Payudara bengak
memerah, pusing, nyeri kepala dan ulu hati
-Perawatan luka jahitan perineum : Harus
sering ganti pembalut
Bilas dengan bersih dari
depan kebelakang.
d.Kontrol ulang tanggal 18 April
2015
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Masa
nifas merupakan masa pulih kembali seorang ibu setelah melahirkan sehingga
dibutuhkan asuhan kebidanan secara menyeluruh dan sesuai dengan kebutuhan ibu
nifas agar tidak terjadi komplikasi. Berdasarkan pengumpulan data, penentuan
masalah, diagnosa, hingga rencana asuhan yang komprehensif untuk mencegah
keadaan patologis pada ibu nifas.
Eklampsia
adalah adanya kejang pada ibu nifas akibat adanya tanda dan gejala Pre
eklampsia terlebih dahulu saat kehamilan. Itu sebabnya pada ibu nifas harus
dilakukan observasi untuk mencegah terjadinya eklampsia berulang yang dapat
menyebabkan angka kematian ibu.
Dari
beberpa anamnesa hasil pemeriksaan pada Ny. “Y” P 2002 postpartum 4
Jam dengan Eklampsia didapatkan antara teori dan kasus dengan hasil yang cukup
sesuai sehingga diharapkan dapat menerapakan setiap asuhan kebidanan pada kasus
yang sama.
4.2
Saran
· Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan Asuhan
Kebidanan pada klien dengan menerapkan teori yang sudah didapat dan diterapkan
dilapangan dengan baik dan benar.
· Bagi Institusi
Institusi diharapkan memperbanyak literature
yang berikaitan dengan Asuhan Kebidanan yang dapat digunakan sebagai pedoman
dan acuan.
· Bagi Lahan Praktik
Diharapkan sarana dan prasarana lahan
praktik lebih di tingkatkan serta dapat memberikan konsep dasar tentang Asuhan
Kebidanan sesuai dengan teori yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini,
Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Achadiat, Sp.OG. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.
Hanafi, Hartanto.2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta:Muliasari
Prawiroharjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Prawiroharjo, Sarwono. 2009.Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Rustam Mochtar. 1998. Sinsis Obstetri.
Jakarta. EGC
Saefuddin,
A.B., 2000, Buku Acuan Nasional
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal), JKPKK POGI, Jakarta.
Sulistyawati,Ari.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Jogjakarta
: Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar