Selasa, 28 April 2015

Asuhan Kebidanan Keluarga dengan kesiapan anak memasuki sekolah dasar dan kebiasaan merokok dalam keluarga



ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA
PADA KELUARGA Tn.  S  DENGAN KESIAPAN ANAK MEMASUKI SEKOLAH DASAR DAN KEBIASAAN MEROKOK DALAM KELUARGA
DI DESA TUWIRI KULON KECAMATAN MERAKURAK
Tanggal 09 Februari – 22 Februari 2015


logo.jpg




DI SUSUN OLEH :
SITI SUNDARI
NIM : 12.10.1.149.0718




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
PRODI D III KEBIDANAN
Jl. Diponegoro No. 17 Telp. (0356) 321287 Tuban
Tahun Akademik 2014/2015
LEMBAR PENESAHAN

Laporan Praktek Kebidanan Komunitas yang berjudul ” Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Tn.” S ” Dengan Kesiapan Anak Memasuki Sekolah Dasar Dan Kebiasaan Merokok Dalam Keluarga‘’ ini telah disetujui sebagai laporan praktik kerja lapangan, yang dilaksanakan pada tanggal 09 Februari – 22 Februari 2015, di Desa Tuwiri Kulon Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.





Mengetahui,

Pembimbing Akademik
Prodi DIII Kebidanan





ERNA EKA WIJAYANTI, SST
NIK : 45115014
Pembimbing PKT
Bidan Desa Tuwiri Kulon





SUHERLINA, Amd., Keb
NIP : 19780414 200801 2029









DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL                                                                                                 i
HALAMAN PENGESAHAN                                                                                   ii
KATA PENGANTAR                                                                                               iii
DAFTAR ISI                                                                                                              iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang                                                                                                1
1.2  Tujuan                                                                                                             1
1.3  Batasan Masalah                                                                                             2
1.4  Metode Penulisan                                                                                           2
1.5  Sistematika Penulisan                                                                                     3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1  Konsep Dasar Keluarga                                                                                  4
2.2  Konsep Dasar Balita                                                                                       9
2.3  Konsep Dasar Merokok                                                                                  11
2.4  Konsep Dasar Pasangan Usia Subur                                                               17
2.5  Konsep Dasar Manajemen Kebidanan                                                            19
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1  Pengkajian                                                                                                       23
3.2  Interpretasi Data                                                                                             27
3.3  Perumusan Masalah                                                                                        27
3.4  Susunan Prioritas Masalah                                                                              29
3.5  Proses Manajemen Kebidanan                                                                        29
3.6  Catatan Perkembangan                                                                                   32
BAB IV PENUTUP
4.1  Kesimpulan                                                                                                     35
4.2  Saran                                                                                                               35
            DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                                   



KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Keluarga Pada Keluarga Tn. “S“ Dengan Kesiapan Anak Memasuki Sekolah Dasar dan Kebiasaan Merokok Dalam Keluarga di Desa Tuwiri Kulon Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban untuk memenuhi target kurikulum di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban Prodi DIII Kebidanan.
Dalam penyusunan laporan Asuhan Kebbidanan ini, penyusun tidak lepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Bapak Miftahul Munir, SKM, M.Kes selaku Ketua STIKES NU Tuban yang telah memberika kepercayaan kepada penulis untuk melaksanakan praktek kebidanan komunitas di Desa Tuwiri Kulon Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban
2.      Ibu Dasmiati selaku Kepala Desa Tuwiri Kulon yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek kebidanan komunitas
3.      Ibu Eva Silviana R, SST.M.Kes selaku Ketua prodi DIII Kebidanan yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama melaksanakan praktek.
4.      Ibu Suherlina, Amd., Keb selaku bidan desa dan pembimbing praktek komunitas terpadu yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan ilmu selama di lahan praktek.
5.      Ibu Erna Eka Wijayanti, SST selaku Dosen Pembimbing STIKES NU Tuban Prodi DIII Kebidanan.
6.      Mohammad Najib, S.Kep selaku ketua PKT yang telah memberikan arahan kepada penulis saat melaksanakan praktek.
7.      Kedua orang tua yang senantiasa memberikan doa dan dukungan selama menjalankan tugas PKL
8.      Teman-teman yang memberikan bantuan dan semangat dalam menyelesaikan laporan asuhan kebidanan komunitas ini.
Penulis menyadari bahwa laporan asuhan kebidanan komunitas ini banyak kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Dan kesempurnaan laporan asuhan komunitas ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban Prodi DIII Kebidanan.
Walaikumsalam Wr.Wb
Merakurak, Februari 2015

iv
 
                                                                                                            Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
      Keluarga merupakan sistem social karna terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai peran social yang yang berbeda dengan ciri saling berhubungan dan ketergantungan antara individu (suprayitno, 2004)
      Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dan saling ketergantungan. Menurut salvicion Celis (1998) didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karna hubungan perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu rumah tangga,berintraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (jhonson R, 2010)
      Peningkatan status kesehatan keluarga merupakan tujuan yang ingin di capai dalam memberikan asuhan kebidanan kesehatan keluarga, agar keluarga, agar keluarga tersebut dapat meningkatkan produktivitas dan diharapkan kesehatan keluarga akan meningkat (Nasrul Efendi,2002)
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang biasa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematanga.
Rokok adalah benda beracun ynag member efek santai dan sugesti merasa lebih jantan (Organisasi, 2007). Rokok (tembakau) termasuk bahan atau zat adiktif sifatnya yaitu menimbulkan ketagihan dan kecanduan (Hawari, 2004). Perilaku merokok adalah aktovitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Anak atau kaum muda yang merokok, pertumbuhan dan perkembangan parunya segera akan terpengaruh oleh asap rokok tersebut
      Sesuai dengan tujuan dan masalah yang ada, penulis melakukan asuhan kebidanan pada keluarga Tn.”S” Dengan kesiapan anak memasuki usia sekolah dasar dan kebiasan merokok dalam keluarga” di Ds. Tuwiri Kulon, kec.Merakurak, kab.tuban
1.2       Tujuan
1.2.1    Tujuan umum
Diharapkan mahasiwa mampu memberikan asuhan dalam menyelesaikan masalah keluarga dengan menggunakan proses asuhan kebidanan pada keluarga Tn.”S” dengan kesiapan anak memasuki sekolah dasar dan kebiasan merokok dalam keluarga” di Ds. Tuwiri Kulon, kec. Merakurak, kab. Tuban.
1.2.2    Tujuan khusus
Diharapkan mampu untuk:
1.      Mengkaji data yang ada di keluarga.
2.      Menganalisa data atau mengintrepasikan dan dasar.
3.      Merumuskan masalah
4.      menyusun prioritas masalah.
5.      Menyusun suatu proses manajemen kebidanan.
6.      Membuat suatu catatan perkembangan
1.3       Batasan masalah
Mengingat keterbatasn waktu, kemampuan,dan kesempatan maka asuhan kebidanan ini di batasi pada keluarga Tn.”S” Dengan kesiapan anak memasuki sekolah dasar Dan Kebiasan Merokok Dalam Keluarga” di Ds. Tuwiri Kulon, kec, Merakurak, Kab. Tuban.
1.4       Metode Penulisan
      Metode yang kami gunakan dalam penulisan asuhan kebidanan keluarga pada Tn “S” Dengan Kesiapan Anak Memasuki Sekolah Dasar Dan Kebiasaan Merokok Dalam Keluarga, yaitu :
a.       Metode pendekatan pada orang tua bayi (anamnesa).
b.      Metode kepustakaan, kami menggunakan literatur dari buku-buku sumber ilmu kebidanan
1.4.1    Studi pustaka
      Penyusun membekali diri dengan menggunakan literatur yang ada hubungannya dengan keadaan masyarakat dan cara penanggulangan masalah yang dihadapi oleh masyarakat
1.4.2    Studi pustaka            
            Penyusun membekali diri dengan menggunakan literatur yang ada hubungannya dengan keadaan masyarakat dan cara penanggulangan masalah yang dihadapi oleh masyarakat
1.4.3    Studi documenter
            Untuk memperoleh data yang akurat, pengambilan data dapat diperoleh dari balai desa, dokumen dari wilayah kerja setempat dan pendekatan pada TOMA
1.4.4   Praktek langsung
Suatu metode yang langsung kepada masyarakat untuk menerapkan teori yang ada yang khususnya kebidanan komunitas, dengan cara wawancara, pengamatan, pemfis, dan penyuluhan
1.4.5    Bimbingan dan konsultasi
                Bimbingan yang didapatkan dari berbagai pihak dan melakukan konsultasi  baik    dengan pembimbing atau konsultan polindes maupun yang ada di akademik.
1.5       Sistematika penulisan
BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II: Tinjauan pustaka yang berisi konsep dasar keluarga, konsep dasar Balita, konsep dasar merokok, konsep dasar pasangan usia subur, dan konsep dasar manajemen kebidanan
BABIII: Tinjaun kasus yang terdiri dari pengumpulan data dan analisa data
BABIV: Penutup yang berisi penutup dan saran
Daftar Pustaka
























BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR KELUARGA
2.1.1    Definisi Keluarga
            Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapaorang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Jhonson R, 2010)
            Keluarga merupakan sistem social karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai peran social yang berbeda dengan cirri saling berhubungan dan kertegantungan antar individu. (suprayitno, 2004)
            Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individumerupakan bagiannya dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.
2.1.2    Bentuk/tipe keluarga
            Pembagian keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua. Yaitu :
1.      Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduannya.
2.      Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)
            Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualism, pengelompokkan tipe keluarga selainkedua tersebut diatas, berkembang menjadi :
1.      Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2.      Orang tua tunggal (single parent family)adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian dan ditinggal pasangannya.
3.      Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarriedtenaage family)
4.      Orang dewasa (laki-laki/perempuan) yang tinggalsendir tanpa pernah menikah (the single adult living alone)
5.      Keluarga dengan anak tanpa menikah sebelumnya (the non-marital heterosexsual cohabiting family)
6.      Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama 9gay and lesbian family))
7.      Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti dengan adat istiadat yang sangat kuat. (Depkes RRI 2002)
2.1.3             Struktur Keluarga
          Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya, parad dan Chaplan  (1965) yang diadobsi oleh Friedman, mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu :
1.      Struktur peran keluiarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
2.      Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai-nilai dan norma  yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan..
3.      Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi ayah ibu (orang tua), orang tua dengan anak, dan anggota keluarga lainnya (pada keluarga besar dengan keluarga inti
4.      Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
            Struktur keluarga ini nanti nya perlu dikaji oleh perawat dan bidan yang memberikan asuhan . berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa(Leslie & Korman, 1989: Parson&Bales, 1995
1.      Keluarga merupakan sistem social yang mempunyai fungsi sendiri
2.      Keluarga merupakan sistem social yang mampu menyelesaikan masalah individu dan lingkungannya
3.      Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi kelompok lain
4.      Perilaku individu yang tampak merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga
            Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar,kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasi keluarga di masyarakat, serta memperhatikan perkembangan Negara Indonesia menuju Negara industry, Indonesia menginginkan terwujudnya keluarga sejahtera. Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi lima tahap, yaitu:
1.    Keluarga Prasejahtera, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indicator keluarga sejahtera tahap 1
2.    Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhandasar secara minimal, terapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan social psikologinya, yaitu kebutuhan pendidikan, Keluarga Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportassi.
3.    Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan social psikologinya. Tetapibelum dapat memenuhi kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi
4.    Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan social psikologis, dan kebutuhan pengembangan, teta[I belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk social kemasyarakatan, juga berperan serta aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan
5.    Keluarga Sejahtera Tahap IIIPlus (KS III Plus) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutyhannya, baik yang bersifat dasar, social psikologis, maupun pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat
2.1.4        Fungsi  Keluarga
      Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman, adalah sebagai berikut:
1.    Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untukmempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial keluarga.
2.    Fungsin sosialisasi dan tempat bersosialisassi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3.    Fungsi reproduksi ( the reproductive function) adalahfungsi untuk mempertahankan generasi menjaga kelangsungan keluarga.
4.    Fungsi ekonomi ( the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebuthan keluarga.
5.    Fungsi perawatan/pemeliharaaan kesehatan ( the health care function), yaitu fungsi untuk mempertahankan  keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
   Namun, dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisaasi, fungsi keluarga di kembangkan menjadi:
1.    Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.
2.    Fungsi mendapatkan status social, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya.
3.    Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknyauntuk menghadapi kehidupan dewasanya
4.    Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu menciptakan kehidupan social yang mirip dengan luar rumah
5.    Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga
6.    Fungsi religious, yaitunkeluarga merupakan tempat belajar tentang agama, dan mengamalkan ajaran keagamaan
7.    Fungsi rekreasi, yaitun keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah
8.    Fungsi reproduksi, bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh), diantaranya seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lain
9.    Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah
     Di Indonesia membagi fungsi keluarga menjadi 8 dengan  bentuk operasional, yaitu :
1.      Fungsi keagamaan
2.      Fungsi budaya
3.      Fungsi cinta kasih
4.      Fungsi perlindungan
5.      Fungsi reproduksi
6.      Fungsi sosialisasi
7.      Fungsi ekonomi
8.      Fungsi pelestarian lingkungan
2.1.5        Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan
      Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:
1.      Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh di abaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya
2.      Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan tugas keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang memiliki kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah keluarga dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga memiliki keterbatasan, dapat meminta bantuan kepada orangdi lingkungan tinggal keluarga agar mendapatkan bantuan
3.      Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga telah mendapatkan tindakan yang tepatdan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan  yang telah duiketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu mendapatkan tindakan lanjutan atau perawatan sehingga masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau rumah. Apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama
4.      Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
5.      Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
2.1.6        Keluarga Sebagai Sistem
      Bukan hanya perusahaan saja yang mneghasilkan suatu prosuk yang disebut sebagai suatu sistem. Keluarga juga merupakan suatu sistem yang perlu di pelajari. Pengertian sistem yang paling umum adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Alas an keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut:
a)      Keluarga memiliki subsistem : anggota, fungsi, peran, aturan, budaya, dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga
b)      Terdapat saling berhubungan dan saling ketergantungan antar subsistem
c)      Merupakan unit bagian terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi supra sistemnya
Keluarga merupakan sistem social karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai peran social yang berbeda dengan cirri saling berhubungan dan tergantung antarindividu. Seperti pada umumnya suatu sistem, keluarga juga mempunyai komponen-komponen sistem.
Keluarga sebagai suatu sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a)      Keluarga sebagai sistem terbuka. Suatu sitem yang mempunyai kesempatan dan mau menerima atau memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya
b)      Keluarga sebagai sistem tertutup. Suatu sistem, yang kurang memiliki kesempatan, kurang mau menerima atau member perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitarnya.
2.2       KONSEP DASAR BALITA
2.2.1    Definisi Balita
                        Balita merupakan anak usia 1-5 tahun. Pelayanan kesehatan pada anak  balita, meliputi:
1)      Pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala
2)      Penyuluhan pada orang tua, mengenai:
            a)Kebersihan anak 
            b)Perawatan gigi
            c)Perbaikan gizi/pola pemberian makan anak 
            d)Kesehatan lingkungan
            e)Pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal identitasnya                       sebagai laki-laki atau perempuan)
            f)Perawatan anak sakit
            g)Jauhkan anak dari bahaya
            h)Cara menstimulasi perkembangan anak 
3)  Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit
4)  Pemberian vitamin A, kapsul vit.A berwarna merah diberikan 2 kali dalam              setahun
5) Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi dan cara        menanggulanginya
2.2.2  Kunjungan anak balita
                 Bidan berkewajiban mengunjungi bayi yang ditolongnya ataupun yang ditolong oleh dukun di bawah pengawasan bidan di rumah. Kunjungan ini dilakukan pada:
a)      Minggu pertama setelah persalinan. Untuk selanjutnya bayi bisa dibawa ketempat bidan bekerja. 
b)      Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan.
c)      Kemudian pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai anak berumur 12 bulan
d)     Setelah itu pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak berumur 24 bulan
e)      Selanjutnya pemeriksaan dilakukan satu kali se-tahun.
Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan balita antara lain:
a)      Pemeriksaan fisik pada anak 
b)      Penyuluhan atau nasehat pada ibu dan keluarga
c)      Dokumentasi pelayanan
2.2.3    pemantaun tumbuh kembang pada bayi  dan balita/deteksi dini
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang biasa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada bayi dan balita.
Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang bayi dan balita, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan/intervensiyang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu dan keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang bayi dan balita tersebut.
Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:
1.      Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk danmikro/makrosefali.
2.      .Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan bayi dan balita(keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.
3.      Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental emosional,autism dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
Anamnesis tumbuh kembang anak;
1.      Anamnesis faktor pranatal dan perinatal
2.      Kelahiran premature
3.      Anamnesis faktor lingkungan
4.      Penyakit-penyakit yang mempengaruhi tumbuh kembang dan malnutrisi
5.      Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak
6.      Pola perkembangan anak dalam keluarga
Perkembangan Anak Balita:
Frankenburg dkk (1981) melalui DDST (Denver Depelopmental Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu ;
1.      Personal Sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial)
2.      Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
3.      Language (bahasa)
4.      Gross Motor (perkembangan motorik kasar)
Kesimpulan :
1.      Tumbuh kembang adalah proses yang berkesinambungan mulai dari konsepsi sampai dewasa.
2.      Tumbuh kembang mengikuti pola yang sama dan tertentu, tetapi kecepatannya berbeda antara satu anak dengan lainnya.
3.      Tumbuh kembang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
4.      Penting nya ibu dalam ekologi anak, para genetik faktor yaitu pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh psikobiologisnya terhadap tumbuh kembang post natal dan perkembangan kepribadian anak.
5.      Perlunya stimulasi dalam tumbuh kembang anak.
6.      Perlunya deteksi dan penanganan dini, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2.3       KONSEP DASAR MEROKOK
2.3.1    Pengertian Rokok
                        Rokok adalah benda beracun ynag member efek santai dan sugesti merasa lebih jantan (Organisasi, 2007). Rokok (tembakau) termasuk bahan atau zat adiktif sifatnya yaitu menimbulkan ketagihan dan kecanduan (Hawari, 2004). Perilaku merokok adalah aktovitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung.
2.3.2    Kandungan Rokok
                        Asap akan muncul setiap kali bahan organik, seperti kayu atau daun terbakar dengan tidak sempurna. Begitu pula rokok yang terbakar pasti juga akan mengeluarkan asap. Asap utama adalah asap rokok yang terhisap langsung masuk keparu-paru perokok lalu dihembuskan kembali. Asap sampingan adalah asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar.
            Setiap batang rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia, 400 diantaranya beracun dan kira-kira 40 diantaranya bisa menyebabkan kanker (Republika, 2007), diantaranya:
a)      Nikotin, adalah salah satu obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakaiannya kecanduan. Nikotin merangsang otak supaya si perokok merasa cerdas pada awalnya, kemudian ia melemahkan kecerdasan ootak.
b)      Tar, adalah cairan dan partikel-partikel kecil yang berasal dari asap rokok yang lengket bersama membentuk bahan yang berwarna hitam kecokelat-cokelatan dan bau. Tar mengandung bahan kimia yang beracun, dapat merusak paru-paru dan menyebabkan kanker.
c)      Karbon monoksida (CO), mempunyai daya gabung atau afinitas dengan hemoglobin 220 kali lebih besar dari oksigen. Akibatnya, setiap gas CO di udara dengan cepat diambiloleh hemoglobin darah, sehingga jumlah hemoglobin yang tersedia untuk membawa oksigen pemberi hidup itu ke seluruh sistem jadi berkurang.
d)     Sianida, menghambat penggunaan oksigen di dalam sel.
e)      Benzopyrene, adalah bahan atau substansi yang terdapat di dalam tar dan menendap di saluran udara; mulut, pangkal tenggorokan, cabang tenggorokan dan paru-paru, serta masih banyak lagi bahan kimia yang beracun berada pada sebatang rokok.
2.3.3  Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok
a)      Pengaruh orang lain, terutama orang tua dan orang lain yang dikagumi seperti orang yang berada di iklan rokok. Meskipun anak-anak menyadari bahaya merokok, pengaruh orang tua perokok sangat kuat.
b)      Tekanan kelompok sebaya, supaya dio terima di dalam kelompok, anak-anak belasan tahun sering merokok karena teman-temannya juga merokok.
c)      Keinginan untuk menyesuaikan diri, kebanyakan orang tidak suka berbeda dari orang lain, terutama pada orang muda.
d)     Kedewasaan, merokok di anggap sebagai kebiasaan orang dewasa, jadi anak-anak belasan tahun mencoba membuktikan kedewasaan dan kebebasan mereka dengan merokok.
e)      Keinginan untuk mencoba, orang muda belasan tahun ingin mencoba sendiri, ingin bergembira dan melakukan sesuatu yang lain (Hardinge dan Shryock, 2001).
2.3.4    Tipe Perokok
a)  Perokok sangat berat, dia mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi.
b)                        Perokok berat, merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit.
c)    Perokok sedang, menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.
d)   Perokok ringan, menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
                        Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri, 1991), sebagaimana di kutip Mu’tadin (2007) ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah:
1)      Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan perasaan yang positif. Green (dalam Psychological Factor in Smooking, 1978) membedakan 3 sub tipe ini :
-          Pleasure relaxation , perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah di dapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
-          Simulation to pick them up, perilaku merokok hanya di lakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
-          Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit.
2)      Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative.
                        Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negative, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok di anggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
3)      Perilaku merokok yang adiktif
                        Oleh Green disebut sebagai psychological addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.
4)      Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan
                        Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan persaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan yang rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, sering kali tanpa dipikirkan dan tanpa di sadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
5)      Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok
            Berdasarkan tempat-tempat dimana seserang menghisap rokok, maka dapat di golongkan atas :
a)      Meroko di tempat-tempat umum atau ruang publik:
-        Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
-        Kelompok yang heterogen (merokok di tengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). Mereka yang berani merokok di tempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar racun kepada orang lain yang tidak bersalah.
b)      Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:
-        Dikantor atau dikamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok di golongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah dan mencekam.
c)      Di toilet, perokok jenis ini dapat di golongkan sebagai orang yang suka berfantasi
2.3.5    Bahaya Merokok
                        Terpapar asap rokok selama 8 jam sebanding dengan merokok langsung sebanyak 20 batang perhari. Konsekuensi dari merokok antara lain meningkatnya kejadian infeksi saluran pernafasan bagian atas, batuk, asma, sinusitis, penyakit kardiovaskuler, kanker, menganggu fertilitas, lahir kurang bulan, kematian maupun absen dari kerja atau sekolah. Anak atau kaum muda yang merokok, pertumbuhan dan perkembangan parunya segera akan terpengaruh oleh asap rokok tersebut.
            Efek dari rokok atau tembakau member stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan kepada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan, 1979).
            Perokok pasif dapat meningkatkan resiko penyakit kanker, paru-paru dan jantung koroner. Lebih dari itu menghisap asap rokok orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit : asma dan alergi akibat asap rokok.
             Menurut Ernest Caldwell (2001:37), rokok dapat memperburuk beberapa penyakit, antara lain:
a.      Membahayakan penderita TBC
            Iritasi yang terus menerus pada paru-paru yang sakit, mempersulit tubuh untuk menormalkan kembali keadaannya. Dokter Samuel Wright dari Dt. Mary’’s Hospital, London, menyatakan pada kasus TBC yng parah , merokok berarti hidup atau mati
b.      Penderita Diabetes
            Pembuluh nadi penderita diabetes menyempit oleh sifat penyakit yang mereka derita. Merokok juga dapat menyempitkan pembuluh-pe,buluh darah. Perokok yang menderita diabetes sungguhb telah memperlakukan diri mereka sendiri dengan sangat mengerikan, karena dengan merokok pembuluh darah yang telah mengerut menjadi semakin sempit. Selain gangrene, resiko lain yaitu kerusakan trombosit danbuerger disease. Sebuah atudi yang dilakukan oleh dua orang dokter, Leonard Weinroth dan Joseph Hirzstein, terhadap 301 penderita diabetes di Mount Sinai Hospital, mereka menemukan 58% perokok yang mengidap diabetesmengalami Buerger’s Disease, sedangkan penderita diabetes yang tidak merokok hanya 37% saja.
c.      Penderita Kelenjar Gondok Aktif
            Menurut Dr. Kulbs, seorang ahli dari jerman, mengatakan merokok menyebabkan perokok jadi berkeringat, gemetar, gugup, dan lelah.
d.     Pembedahan perut
            Batuk yang dialami perokok menimbulkan gerakan-gerakan tak teratur di daerah perut, tentu hal ini menganggu proses penyembuhan jaringan yang baru saja dibedah. Dokter V.J. Morton mengemukakan, tingkat kematian dalam pembedahan perut enam kali lebih tinggi bagi perokok di bandingkan orang yang tidak merokok.
e.      Penyakit Telinga
            Asap rokok menimbulkan iritasi pada saluran eutasius, yaitu saluran yang menghubungkan antara telingan, hidung, tenggorokan. Iritasi menyebabkan selaput lendir yang melindungi saluran ini mengeluarkan lendir di luar kewajaran. Ini memicu timbulnya radang, dan akhirnya tuli.
2.3.6    Dampak Bagi Perokok Pasif
                        Sekarang ini kebanyakan perokok tahu bahwa merokok dapat menyebabkan beberapa penyakit berbahaya. Namun mereka biasanya masa bodoh terhadap hal itu dan menganggap bahwa merokok adalah urusan pribadi mereka, tetapi sebenarnya merokok bukan urusan pribadi. Asap rokok tidak hanya berpengaruh kepada perokok aktif , tetapi juga mengotori udara sekitar. Orang-orang bukan perokok, tetapi ikut menghirup udara yang tercemar asap rokok dinamakan perokok pasif (passive smoking). Perlu diketahui bahwa asap yang dihasilkan dan rokok yang mengepul ke udara luar ditambah dengan asap yang dihembuskan oleh perokok mengandung zat kimia yang lebih tinggi dari pada yang di hisap oleh perokok sendiri yang labil. Mereka yang peka sebagai perokok pasif terutama adalah bayi dan anak-anak. Resiko yang akan di terima perokok pasif antara lain dapat mengalami kanker paru dan penyakit jantung, masalah pernafasan termasuk radang paru dan bronchitis, sakit atau pedih mata, bersin, batuk-batuk, dan sakit kepala. Disamping itu, perokok pasif juga mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengidap berbagai penyakit, 30% penyakit jantung dan 25% kanker. Bagi ibu hamil yang merokok akan mengalami pengaruh buruk antara lain akan mengalami keguguran, perdarahan, bayi lahir premature, bayi meninggal/meninggal setelah lahir, bayi lahir dengan berat badan rendah dan bayi sering sakit.
2.3.7    Strategi Berhenti Merokok
                        Berikut ini strategi-strategi yang dapat anda gunakan untuk berhenti merokok:
1.      Rencanakan waktu berhenti
Rencanakan kapan anda akan berhenti merokok untuk selamanya. Waktunya mungkin saja beberapa hari ke depan atau 2 minggu lagi. Menjelang hari berhenti merokok itu, anda kurangi jumlah rokok yang dihisap setiap harinya
2.      Obat-obatan
Obat membantu mengurangi gejala-gejala berhenti merokok sampai efek terburuk terlewati. Anda mempunyai pilihan obat baik berdasarkanresep dokter maupun obat over-the-counter (tanpa resep dokter). Diskusikan pilihan tersebut dengan dokter anda
3.      Bantu diri anda sendiri
Dalam merencanakan dan menjaga keinginan anda untuk berhenti merokok, carilah informasi mengenai rokok dan penyakit yang di timbulkan dari berbagai sumber terpercaya seperti American Cancer Society, American Lung Association, centers for Disease Control and prevention atau situs local seperti Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Jantung Indonesia, Komite asional Penanggulangan Masalah Merokok. Bantulah diri anda dengan informasi yang meyakinkan anda untuk menjauh dari rokok setelah berhenti merokok.
4.      Kelompok pendukung
Entah anda bertemu secara online atau sebuah kelompok pendukung. Carilah dukungan dari orang-orang yang juga berusaha untuk berhenti merokok.
5.      Konseling
Konseling merupakan pertemuan tatap muka dengan dokter yang terpercaya, psikolog, perawat atau konselor. Forum ini akan membahas hal-hal apa saja yang menghalangi anda untuk berhenti merokok dan cara-cara untuk mengatasinya.
6.      Cold turkey
Merupakan strategi dengan langsungberhenti merokok. Jika anda memilih cold turkey maka anda akan mengalami gejala-gejala putus rokok, seperti semua orang yang berhenti merokok seperti tidak sabar (restlessness), nafsu makan bertambah, mudah tersinggung. Disarankan agar anda mencari bantuan saat anda berhenti merokok, baik itu berupa dukungan ataupun pengobatan.
7.      Olahraga
Olahraga akan membantu anda mengatasi stress dan berat badan yang bertambah setelah anda berhenti merokok.
8.      Ajak sahabat/Keluarga anda
Mintalah te,an atau anggota keluarga yang tidak merokok untuk menyediakan waktu mereka jika anda mengalami masa-masa yang sulit.
9.      Terapi alternatif
Beberapa perokok mencoba metode hipnotis atau akupuntur untuk membantu mereka berhenti merokok, meskipun tidak banyak yang terbukti berhasil. Namun, bila metode tersebut membuat anda berhenti merokok, berarti metode tersebut cocok dengan anda.
2.4        KONSEP DASAR PUS (PASANGAN USIA SUBUR)
2.4.1    Drfinisi Pasangan Usia Subur(PUS)
            Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai dengan 44 tahun.
Batasan umur yang digunakan disini adalah 15 sampai 44 tahun dan bukan 15–49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15–49, tetapi dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45–49 bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur 45–49 tahun, kemungkinan untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali (Wirosuhardjo, 2004).
2.4.2    Program Keluarga Berencana untuk Pasangan Usia Subur
            Sejarah Dan Perkembangan Program Keluarga Berencana. Gerakan KB bermula dari kepeloporan beberapa tokoh di dalam dan luar negeri. Pada awal abad 19 di Inggris upaya KB timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu antara lain Maria Stopes pada tahun 1880-1950 yang mengatur kehamilan kaum buruh di Inggris. Margareth Sanger (1883-1966) merupakan pelopor KB modern di AS yang telah mengembangkan tentang Program Birth Control, bermula pada tahun 1917 mendirikan National Birth Control(NBC). Pada tahun 1952 diresmikan berdirinya International planned parenthood federation (IPPF) dan sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan KB diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Pelopor KB di Indonesia, yaitu Dr Sulianti Saroso pada tahun 1952 menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran, karena Angka Kelahiran Bayi sangat tinggi. Sedangkan di DKI Jakarta mulai dirintis dibagian kebidanan dan kandungan FKUI/RSCM oleh Prof.Sarwono Prawirohardjo. Pada tanggal 23 Desember 1957 PKBI diresmikan oleh dr.R.Soeharto sebagai ketua.
            Program KB di Indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran. Tahap selanjutnya program KB menjadi gerakan KB yang ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dilandasi oleh undang-undang no 10 tahun 1992 tentang kependudukan dan keluarga sejahtera. Pada tanggal 29 juni 1994 Presiden Soeharto mencanangkan gerakan pembangunan keluarga sejahtera yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga (Suratun, 2008).
2.4.3    Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO (World Health Organization)
            keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif  tertentu yaitu dengan:
a.       Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
b.      Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
c.       Mengatur interval di antara kelahiran
d.      Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri, dan
e.       Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004)
2.4.4    Tujuan Program KB
            Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB adalah membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB nasional yang kuat dimasa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai. Tujuan utama program KB Nasional adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.
Tujuan gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi :
1.      Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk(LPP) dalam hal ini tentunya akan diikut i dengan menurunkan angka kelahiran.
2.      Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak
            pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
 3.   Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari          satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
     4.    Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi pasangan yang akan menikah dengan      harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup          tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
5.  Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan   Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas (Noviawaty, 2008).
Sasaran Program KB
1.      Sasaran langsung yaitu:
1) Tanpa alat:
                        a)Pantang berkala
                        b)Metode kalender
                        c)Metode suhu badan basal
                        d)Metode lendir serviks
                        e)Metode simpto-termal
                        f)Coitus interruptus
            2) Dengan alat:
                        a) Mekanis (barrier)
                                    - Kondom pria
                                    - Barier intra vaginal antara lain: diafragma, kap serviks, spons, dan                                                   kondom wanita.
                        b) Kimiawi
                                    - Spermisid antara lain: vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal                             suppositoria, vaginal tablet dan vaginal soluble film.
2. Metode modern
            1) Kontrasepsi hormonal
                        a) Pil KB
                        b) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/IUD (Intra Uterine Devices)
                        c) Suntikan KB
                        d) Susuk KB
            2)  Kontrasepsi mantap
                        Medis Operatif Pria (MOP) berusaha untuk menambah jumlah anak mereka jika     belum mendapatkan anak laki- laki. Jumlah anak berkaitan erat dengan program KB         karena salah satu misi dari program KB adalah terciptanya keluarga dengan jumlah anak          yang ideal yakni dua anak dalam satu keluarga, laki-laki maupun perempuan sama saja.          Para wanita umumnya lebih menyadari bahwa jenis kelamin anak tidak penting sehingga         bila jumlah anak sudah dianggap ideal maka para wanita cenderung untuk mengikuti             program KB. Dengan demikian, jenis kontrasepsi yang banyak digunakan adalah jenis       kontrasepsi untuk wanita (BkkbN, 2010).
2.4.5        Faktor Budaya (Kepercayaan)
            Sejumlah faktor budaya dapat memengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta tingkat pendidikan dan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyedia layanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode.
            Oleh karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan pendekatan
secara menyeluruh termasuk pendekatan kepada tokoh masyarakat ataupun tokoh
agama. Peran tokoh masyarakat dan agama dalam program KB sangat penting karena
peserta KB memerlukan pegangan, pengayoman dan dukungan yang kuat yang hanya
dapat diberikan oleh tokoh masyarakat ataupun tokoh agama (BkkbN, 2010).
2.5       KONSEP DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN
                        Manajemen kebidanan adalah metode kerja profesi dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan sehingga merupakan alur dan pengorganisasian, pemikiran dan langkah-langkah dalam suatu urutan yang logis yang menguntungkan baik pasien ataupun bidan, langkah-langkah manajemen kebidanan sebagai berikut:

2.5.1    Pengumpulan Data
                        Suatu tahap ketika seorang bidan mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang di binanyaa, kegiatan yang dilakukan adalah:
a.       Membina hubungan baik
b.      Pengkajian awal terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
c.       Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang diperoleh lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal, disini bidan perlu mengungkap keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.
A.    Data Subjektif
1.    Data umum
     Nama               : Meliputi nama yang tercantum dalam keluarga yang bertujuan       untuk      membedakan keluarga supaya tidak keliru dengan keluarga yang lain.
     Umur               : Untuk mengetahui usia keluarga dan mendekati resiko tinggi
     Pendidikan      : Dapat memberikan penjelasan daan motivasi yang sesuai dengan   tingkat pengetahuan.
     Pekerjaan         : Mengetahui taraf hidup dan social ekonomi keluarga untuk            menentukan langkah selanjutnya.
     Alamat                        : Untuk mengetahui keluarga tinggal dimana, menjaga          kemungkinan bila ada keluarga yang namanya sama.
2.    Data Khusus
Imunisasi                                           : Mengetahui lengkap atau tidaknya imunisasi sesuai dengan usia bayi.
     Penyakit yang di derita                            : Untuk mengetahui apakah pasien dan     keluarganya      mempunyai penyakit menurun, menular, dan menahun seperti DM, jantung, asma, kanker payudara, hepatitis, penyakit menular seksual dan   penyakit tumor kandungan.
     Perilaku Berobat                                        : Untuk mengetahui bagaimana pola         kesehatan ibu             sehari-hari, jika anggota keluarga yang sakit segera ketenaga            kesehatan
     Riwayat Antenatal&Natal                        : Untuk mengetahui apakah keluarga        sudah pernah      hamil sebelum kehamilan ini dan bila pernah ini kehamilan yang       keberapa, apakah saat persalinan yang lalu ada penyulit serta nifanya.
     Pemeriksaan kehamilan/posyandu lansia : Mengetahui apakh keluarga pada saat     hamil rutin dalam memeriksakan kehamilannya. Dan mengetahui apakah keluarga            yang ada lansianya sering atau aktif dalam keikutsertaan posyandu lansia.
Riwayat social budaya                                    : Mengetahui respon keluarga apakah dalam keluarga ibu ada budaya untuk menyapih anak.
Tanggapan KB                                                : Mengetahui respon keluarga tentang KB apakah ada larangan dari suami maupun agama.
            Pola Kehidupan Sehari-hari:
§  Pola Nutrisi
Untuk mengetahui nutrisi yang dikonsumsi keluarga
§  Pola Eliminasi
Untuk mengetahui bagaimana pola eliminasi keluarga sehari-hari’
§  Pola Istirahat
Untuk mengetahui kebutuhan istirahat keluarga
§  Pola Aktivitas
Untuk mengetahui kegiatan atai aktifitas yang dilakukan oleh keluarga sehari-hari
B.     Data Objektif
Rumah                               : Mengetahui seberapa luas rumah serta letak dan jenis rumah yang di tempati
Jamban & kamar mandi    : Mengetahui apakah jamban dan kamar mandi itu milik sendiri ataupun numpang pada tetangga serta tidak memiliki sekaligus
Pekarangan dan selokan    : Mengetahui apakah pengaturan dan kebersihan dalam keluarga sudah terpenuhi atau belum.
Kandang ternak                : Mengetahui apakah dalam keluarga memiliki kandang ternak, dengan tempat yang di tempati
2.5.2        Interpretasi Data Dasar
      Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sintesi pada asuhan keperawatan klinik, bidan mengelompokkan data hasil pengkajian dalam data subjektif dan objektif setiap kelompok didiagnosa keperawatan.
2.5.3        Perumusan Masalah
      Perumusan masalah dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga komponen diagnosis melalui masalah (problem), penyebab (etiologi), atau tanda (sign).
2.5.4        Susunan Prioritas Masalah
      Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor terendah, namun bidan memperhatikan juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
2.5.5        Proses Manajemen Kebidanan
Terdiri dari 4 langkah, yaitu:
a.       Diagnosa       : Berasal dari kata dasar interpretasi data dan data tersebut menjadi masalah ataupun diagnosa yang di identifikasi secara spesifik.
b.      Intervensi      ; mencakup tujuan umkum dan khusus yang didasarkan dengan standart yang ,engacu kepada penyebab selanjutnya, merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada criteria dan standart.
c.       Implementasi : pada kegiatan ini bidan perlu melakukan kontak sebelumnya untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik apa yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan dan siapaanggota keluarga yang perlu mendapat informasi, peralatan apa yang perlu disiapkan keluarga dan implementasikan sesuai dengan rencana.
d.      Evaluasi         : merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standart yang telah di tetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak berhasil, sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru, evaluasi disusun menggunakan SOAP.
































BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1  PENGKAJIAN
Anamnesa tanggal :10 Februari 2014       Jam: 14.00 WIB          Oleh: Siti Sundari
A.    Data Subyektif
1.    Data Umum
Kecamatan
: Merakurak
Pekerjaan     
: Wiraswasta
Kelurahan                                :
: Tuwiri Kulon
Penghasilan
:Rp.500.000,00– 750.000,00
RT                           
: 01
Kead. Kesh.
: Sehat
RW                         
: 03
No. Induk
: -
Nama                      
: Tn.S
Umur
: 25 th
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP

Susunan anggota keluarga
Nama
Jns. Kelamin
Umur
Hub. Dg Keluarga
Pekerjaan/ sekolah
Kead. Kesehatan
No. KIA/ KB
Tn. Slamet
Ny.Wasti’ah
Nur firdaus

L
P
L

 25 th
23 th
5 th


KK
Istri
Anak

Wiraswasta
IRT
TK

Sehat
Sehat
Sehat

-

-


Genogram keluarga



 
                                                                               


 





Keterangan


: laki-laki

: perempuan

: tinggal dalam satu rumah

2.    Data Khusus
a.    Imunisasi:
Nama anak
BCG
Status Imunisasi
Ket
Polio
DPT
HB
Campak
1
2
3
4
1
2
3
1
2
3
Nur Firdaus
Ö

Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö

















b.    Bila ada anggota keluarga yang sakit berobat ke :
Bapak Slamet dan Bu Wasti’ah mengatakan bahwa jika salah satu keluarga ada yang sakit akan membawanya ke tempat pelayanan kesehatan, yaitu ke tempat bidan terdekat dan ke puskesmas.
c.    Jenis penyakit yang sering diderita:
Bapak Slamet dan Bu Wasti’ah mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit menahun, seperti asma, atau penyakit keturunan lainnya. Penyakit yang sering diderita adalah penyakit ringan, seperti pegal linu, batuk, pilek, kepala pusing.
d.   Riwayat antenatal dan natal :
Ibu mengatakan ini adalah pertamanya dengan jenis kelamin laki-laki yang bernama Nur Firdaus. Usia 5 tahun
No
Suami
UK
Jns.persalinan
penolong
Penyulit
JK
BB/PB
H/M
meneteki
1.
1
9 bl
Normal
Dokter
KPD
3 kg/49cm
H
Ya
(2 th)

e.    Pemeriksaan kehamilan ke :
Ibu mengatakan  selama hamil memeriksakan kehamilannya kepada bidan, setiap bulan ketika ada Posyandu sebulan.
f.     Kebiasaan menyapih umur :
Ibu mengatakan menyapih anaknya saat usianya 2 tahun.
g.    Pemberian makanan tambahan PASI sejak usia:
Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak pernah di berikan makanan pendamping ASI sampai usia 1,5 tahun karena anaknya tidak mau.
h.    Tanggapan terhadap KB:
Tanggapan ibu tetang KB cukup baik, ditandai dengan keikutsertaan keluarga berencana. Ibu mengatakan mengikuti KB pil setelah sebelumnya menjadi akseptor KB suntik 3 bulan karena berat badan semakin bertambah akhirnyaa beralih ke KB Pil hingga sekarang
i.      Pola hidup :
-   Makan                : Dalam keluarga makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk, sayur dan air putih 7-8 gelas perhari.
-   Aktivitas                 : Sehari-hari Pak Slamet adalah bekerja sebagai wiraswasta, mulai bekerja sejak pagi sekitar pukul 07.00 pagi sampai sore pukul 16.00 WIB, dan Bu wasti’ah menghabiskan waktu atau beraktivitas di rumah sebagai ibu rumah tangga, mengurus rumah dan mengantarkan anaknya Nur firdaus ke sekolah (TK)
-   Eliminasi                : Tn.Slamet mengatakan kebiasaan buang hajat seluruh keluarga di jamban (leher angsa) milinya sendiriyang terletak dibelakang rumah
j.      Adat kebiasaan, selamatan:
Tn.Slamet mengatakan dalam keluarganya memiliki kebudayaan selametan, begitu juga dengan masyarakat sekitar, seperti tingkepan, peringatan orang meninggal, dll.
k.    Penggunaan waktu senggang:
Tn.Slamet mengatakan memilki waktu senggang, seperti malam hari atau ketika tidak sedang bekerja, waktu tersebut ia habiskan untuk berkumpul bersama keluarga, atau mengobrol dengan tetangga sekitar rumah.
l.      Situasi sosial budaya dan ekonomi:
Tn.Slamet mengatakan tidak pasti dalam penghasilan, yaitu dalam seminggu kurang lebih Rp. 500.000,00 – 750.000,00
B.     Data Obyektif
a.       Rumah
Luas                  : ± 8 x 10 m2   
Jenis rumah       : Tersendiri
Letak                 : Berdekatan dengan tetangga, jauh dari genangan air
Dinding             : Tembok
Lantai                : Tegel
Cahaya              : Terang
Jalan angin/ ventilasi   : Cukup
Jendela              : Ada
Jumlah ruangan : 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi
Asal                   : Sumur
Nilai air             : Bersih
Konsumsi air     : ± 30 liter/hari
Pembuangan sampah: Tn. Slamet mengatakan bahwa mereka biasanya mengolah sampah dengan cara membakar
b.      Jamban dan kamar mandi:
Tn. Slamet mengatakan keluarga sudah memiliki kamar mandi dan jamban sendiri
c.       Pekarangan dan selokan :
Pengaturan        : teratur
Kebersihan        : bersih
Air limbah         : kotor
d.        Peralatan pekarangan: tidak ada
e.         Kandang ternak : ada, di belakang rumah
f.         Denah rumah dan keterangan


 
1
 
                                                                                                                  U
                                                                                                                                         


 
5
 
4
 
                                                                                                                  = Jendela








 



     
Keterangan :
1.      Kamar tidur
2.      Kamar tidur
3.      Ruang tamu
4.      Dapur
5.      Kamar mandi



3.2  INTERPRETASI DATA DASAR
3.2.1        Diagnosa
3.2.1.1  Diagnosa I
Kesiapan anak menuju sekolah dasar
Data Dasar :
-          Usia anak 5 tahun
-          Ibu mengatakan anaknya sekarang sudah TK
-          Makanan pendamping ASI di berikan pada saat anak usia 1,5 tahun dan menyapihnya pada usia 2 tahun
3.2.1.2  Diagnosa II
Ketidaksadaran keluarga tentang bahaya merokok
Data Dasar :
-          Kurangnya kesadaran tentang bahaya merokok
-          Merokok sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga
-          Kurangnya pengetahuan keluarga tentang bahaya merokok
-          Merokok didalam rumah meskipun ada anak balitanya
3.3  PERUMUSAN MASALAH
3.3.1        Diagnosa I
Kesiapan anak menuju sekolah dasar
3.3.2        DiagnosaII
Ketidaksadaran keluarga tentang bahaya merokok
3.4  SUSUNAN PRIORITAS MASALAH
Diagnosa I : Kesiapan anak menuju sekolah dasar
NO
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran

1
Sifat Masalah
Skala : 
Krisis

1/3x1

1/3
Usia ini anak sudah mampu beradaptasi dengaan lingkungan, mampu mengemukakan pendapat dan ide-idenya, serta mampu menyelesaikan masalah yang di temuinya

2
Masalah dapat diubah
Skala : Hanya sebagian

1/2x2

1
Anak mampu menyeimbangkan perilaku sosialnya dalam hal bermain dengan teman-teman sebaya dan berkomunikasi dengan bapak ibu guru di sekolahnya

3
Potensial masalah untuk dicegah
Skala : Rendah

1/3x1

1/3
Peran orang tua dalam pembentukan karakter dan emosional anak

4
Menonjol masalah
Skala : Masalah tidak dirasakan

0/2x1

0
keluarga merasa keadaan tersebut adalah lumrah di alami oleh anak seusianya

Total skala

1/3


3.4.1        Diagnosa II : Ketidaksadaran keluarga tentang bahaya merokok
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat Masalah
Skala : 
Tidak / kurang sehat
3/3x1
1
Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan berpotensi menjadi penyebab penyebaran penyakit kepada keluarga dan masyarakat sekitar, terutama pda kehamilan dapat menyebabkan bayi terlahir dengan berat badan kurang. Racun nikotin dapat mempengaruhi bahkan menghambat proses aliran darah dari ibu kepada janin, akibatnya perkembangan bayi menjadi terhambat
2
Kemungkianan masalah dapat diubah
Skala : Tidak dapat
0/2x2
0
Keadaan ini sulit diubah karena merokok sudah menjadi kebiasaan dan tidak ada kemauan untuk merubah dari keluarga
3
Potensial masalah untuk dicegah
Skala : Cukup
2/3x1
2/3
Masalah ini dapt dicegah bila ada kemauan dari keluarga untuk merubah kebiasaan
4
Menonjol masalah
Skala : Masalah tidak dirasakan
0/2x1
0
keluargaa merasa keadaan tersebut telah berlangsung lama dan biasa saja, karena sudah menjadi kebiasaan

Total skala

1 2/3


3.4.2        Prioritas Masalah
Berdasarkan analisa prioritas masalah menggunakan rumus diatas, maka dapat disimpulkan urutan prioritas masalah sebagai berikut :
1.      Kesiapan anak menuju sekolah dasar
2.      Kesadaran keluarga tentang bahaya merokok


3.5  PROSES MANAJEMEN KEBIDANAN
3.5.1        Intervensi
Tanggal                         : 10 Februari 2015
Dx                                 : - Kesiapan anak menuju sekolah dasar, 
                                        sehubungan dengan rendahnya pengetahuan orang tua tentang 
                                        tumbuh kembang anak
-  Ketidaksadaran keluarga tentang bahaya merokok, sehubungan dengan rendahnya pengetahuan orang tua tentang bahaya merokok
Tujuan/criteria              : - Jangka pendek : Keluarga dapat mengerti tentang pentingnya memantau tumbuh kembang anak dan dapat mengerti tentang bahaya merokok
-   Jangka panjang : Anak mampu berperan aktif dalam proses belajar dan bersosialisasi, orang tua mampu mengerti tahapan tumbuh kembang anak dan juga keluarga menyadari akan bahaya merokok serta mengurangi kebiasaan merokok
No
Intervensi
Rasional
1
2


3




4


5



6
Lakukan pendekatan dengan keluarga
Kaji kesiapan anak dan orang tua dalam memasuki sekolah dasar

Berikan penyuluhan tentang :
o   Tumbuh kembang anak
o   Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan anak untuk memasuki sekolah Dasar
Kerjasama dengan kader untuk memberikan penyuluhan tentang kesiapan anak memasuki sekolah dasar
Berikan penyuluhan tentang:
-          Bahaya yang menyebabkan pada kebiasaan merokok dan lingkungan di sekitarnya
Lakukan kunjungan ulang
Keluarga dapat kooperatif
Menegetahui sejauh mana pengetahuan dan kesiapan ibu dalam mempersiapkan anaknya memasuki sekolah dasar

Menambah wawasan ibu balita tentang pentingnya memantau tumbuh kembang dan kesiapan anak memasuki sekolah dasar
Untuk mempermudah pemantauan


Menambah wawasan dan dapat merubah pola hidup sehari-hari untuk tidak merokok

Untuk mengetahui perkembangan keluarga.


3.5.2        Implementasi
Jam
Kegiatan
TTD

-    Melakukan pendekatan dengan keluarga melalui bidan dan pada  ibu-ibu yang mempunyai anak balita dan pra sekolah  dengan memperkenalkan diri dan bersikap ramah
-    Mengkaji kesiapan anak dan orang tua dalam memasuki sekolah dasar
-    Memberikan penyuluhan tentang:
o   Tumbuh Kembang anak :
-          anak secara emosional dapat cukup mandiri lepas dari bantuan dan bimbingan orang dewasa.
-          tidak mengalami kesulitan untuk berpisah dalam waktu tertentu dengan orang tuanya.
-          dapat menerima dan mengerti setiap tuntutan di sekolah.
-          dapat mengontrol emosinya seperti rasa marah, takut, dan iri.
-          dapat bekerjasama, saling menolong, menunggu giliran untuk suatu tugas dan sebagainya.
o   Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan anak untuk memasuki sekolah dasar :
-           Kesehatan Fisik : Kesehatan yang baik dengan asupan gizi yang seimbang sangat dibutuhkan untuk dapat menunjang kesiapan masuk sekolah. Anak yang sehat akan lebih mudah mencerna pengetahuan yang di ajarkan serta bersosialisasi dengan lebih baik, tampil gesit dan bersemangat, baik dalam menerima informasi maupun dalam membina hubungan social dengan guru seta teman-temannya.
-           Usia : beberapa ahli mengatakan bahwa faktor usia sangatlah penting untuk menentukan kesiapan anak masuk sekolah dasar. Menurut Janke, Comenius, Buhler dan Hetzer dalam buku Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (dalam Kustimah, 2008) menganggap usia 6 tahun sebagai usia yang cukup matang untuk sekolah. Pada usia ini umumnya anak telah memiliki perbendaharaan katayang cukup banyak, memiliki kemampuan membayangkanseperti anak-anak seusianya, da[pat mengemukakan secara verbal ide-ide dan pikiran-pikirannya serta organ-organ indra danmotorik telah terkoordinasi dengan baik.
-           Tingkat Kecerdasan: kecerdasan/inteligensi merupakan kemampuan seorang anak dalam memahami instruksiverbal teoritis dan menyelesaikan tugas-tugas konkrit praktis dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
-           Stimulasi tepat : Faktor lingkungan terdekat dengan anak sangat berperan dalam menunjang kesiapan anak
untuk memasuki sekolah dasar, sehingga potensi perkembangan anak yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal. Orangtua dan guru memegang peranan yang sangat penting dalam mengembangkan aspek-aspek yang sangat menunjang kesiapan anak untuk sekolah meliputi semua  perkembangan baik perkembangan motorik kasar dan halus, perkembangan social, perkembangan bahasa, perkembangan kognisi dan perkembangan emosi anak
-          Motivasi : anak yang merasa bahagia biasanya memiliki motivasi baik untuk melakukan sesuatu, serta umumnya melakukan kegiatan didasari oleh tujuan tertentu
-    Melakukan kerja sama dengan kader dalam pemberian penyuluhan kepada ibu-ibu tentang kesiapan anak memasuki usia sekolah dasar
-    Memberikan Penyuluhan pada saat POSYANDU tentang tumbuh kembang anak
-    Memberikan penyuluhan kepada kepala keluarga tentang bahaya merokok, yaitu :
®    Dapat mengakibatkan penyakit dan menimbulkan bahaya bagi lingkungan sekitar
®    Mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas pada anak balita, batuk, asma dan juga radang telinga






3.5.3        Evaluasi
Tanggal 10 Februari 2015
S = Ibu mengatakan bahwa ia telah paham dengan penjelasan yang disampaikan oleh petugas kesehatan.
O = Ibu dapat mengulang apa yang telah disampaikan oleh petugas dan dapat menjawab pertanyaan dari petugas.
A =
§  Kesiapan anak menuju sekolah dasar, sehubungan dengan rendahnya pengetahuan  orang tua tentang  tumbuh kembang anak.
§  Ketidaksadaran keluarga tentang bahaya merokok, sehubungan dengan rendahnya pengetahuan orang tua tentang bahaya merokok
P = Kerjasama dengan kader untuk melakukan penyuluhan, dan advokasi kepada tokma                untuk mengadakan lintas program.

3.6  CATATAN PERKEMBANGAN
NO
Kegiatan
TTD
1
















2











Tanggal 11 Februari 2015, jam 16.00  WIB:
-    S: Kepala keluarga mengatakan sudah mengerti tentang
pentingnya mempelajari dan memahami kesiapan anak dalam memasuki sekolah dasar dan sudah mengerti tentang pengaruh merokok di dalam rumah untuk kesehatan keluarganya, namun tidak bisa berhenti untuk tidak merokok
-    O: Kepala keluarga dapat menjawab pertayaan yang diajukan
oleh petugas yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak dan pengaruh merokok didalam rumah untuk kesehatan keluarganya
-A:
·         Kesiapan anak menuju sekolah dasar, sehubungan dengan       rendahnya pengetahuan  orang tua tentang  tumbuh kembang anak.
·         Ketidaksadaran keluarga tentang bahaya merokok, sehubungan dengan rendahnya pengetahuan orang tua tentang bahaya merokok
-    P:  - Lakukan kunjungan lagi untuk memantau perkembangan keluarga.
 -    Kerjasama dengan kader dan bidan desa untuk memotivasi keluarga untuk tidak kebiasaan merokok di dalam rumah
Tanggal 13 Februari 2015 jam 16.00 WIB
S : Ibu mengatakan sudah faham dan mengerti apa yang dijelaskan oleh tenaga kesehatan.
O : Keluarga mengikuti Penyuluhan dengan baik
A :
·         Kesiapan anak menuju sekolah dasar, sehubungan dengan       rendahnya pengetahuan  orang tua tentang  tumbuh kembang anak.
·         Ketidaksadaran keluarga tentang bahaya merokok, sehubungan dengan rendahnya pengetahuan orang tua tentang bahaya merokok
P : Kerjasama dengan, tokma, bidan  dan kader desa untuk mengawasi kebiasaan keluarga


























BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
            Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapaorang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Jhonson R, 2010).
            Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individumerupakan bagiannya dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.
            Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang biasa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
            Rokok adalah benda beracun ynag member efek santai dan sugesti merasa lebih jantan (Organisasi, 2007). Rokok (tembakau) termasuk bahan atau zat adiktif sifatnya yaitu menimbulkan ketagihan dan kecanduan (Hawari, 2004).
            Selama PKT di desa Tuwiri Kulon kecamatan Merak Urak, Kabupaten Tuban selama 14 hari sangat banyak mendapatkan pengalaman dan pelajaran baru yang sebelumnya belum pernahada dan setelah di lakukan asuhan kebidanan secara nyata, perilaku anggota keluarga sangat sulit, tetapi pada kenyataannya keluarga bisa menerima penyuluhan yang di sampaikan oleh petugas di temukan faktor penghambat dan faktor penunjang dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
4.2              Saran
-          Mahasiswa
Dapat menerapkan antara teori dengan praktek dan dapat melaksanakan sesuai dengan asuhan kebidanan
-          Pendidikan
Memperbanyak sumber pustaka agar lebih mudah dalam penyusunan laporan dan menambah pengetahuan
-          Lahan Praktik
Dapat meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan meningkatkan profesionalisme
-          Masyarakat
Dapat memahami semua apa yang telah di sampaikan oleh mahasiswa PKT dan menerapkan apa yang telah dipahami, meningkatkan kesadaran hidup sehat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitar.

DAFTAR PUSTAKA
·         Friedman M. 1998. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik. Jakarta : EGC
·         Setiawati, santun & Dermawan Agus citra.2008, penuntun praktis, Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans info media
·         Sylvia A.Price & Lorraine M.Wilson.2006.Patofisiologi.Edisi 6.Vol 2.Jakarta:EGC
·         Staf  Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.Jilid 1
·         Mansjoer, Arif.FKUI.2001, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1 Edisi Ketiga.Jakarta:Media Aesculapius
·         Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri.Jakarta: EGC
·         Prawirohardjo, Sarwono.2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta: YBP-SP
·         Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan masyarakat.Jakarta: PT Rineka Cipta
·         Syafrudin, SKM,M.Kes.2009.Praktik Kebidanan Komunitas.jakarta: Trans Info Media
·         Sulistiyaningsih, W.2005.Kesiapan Bersekolah Anak Ditinjau dari Jenis Pendidikan Prasekolah Anak dan Tingkat Pendidikan Orang Tua.Jurnal Psikologia.Volume 01-Juni 2005.Universitas Sumatera Utara.
·         Soemanto, w.2003.Psikologi Pendidikan.Jakarta:PT Renika Cipta