ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA
PADA KELUARGA Tn. “ S ”
DENGAN KESIAPAN ANAK MEMASUKI SEKOLAH DASAR DAN KEBIASAAN
MEROKOK DALAM KELUARGA
DI DESA TUWIRI KULON KECAMATAN
MERAKURAK
Tanggal 09 Februari – 22 Februari
2015

DI SUSUN OLEH :
SITI SUNDARI
NIM : 12.10.1.149.0718
NIM : 12.10.1.149.0718
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
PRODI D III KEBIDANAN
Jl. Diponegoro No. 17 Telp. (0356) 321287 Tuban
Tahun Akademik 2014/2015
LEMBAR PENESAHAN
Laporan
Praktek Kebidanan Komunitas yang berjudul ” Asuhan Kebidanan Pada Keluarga
Tn.” S ” Dengan Kesiapan Anak Memasuki Sekolah Dasar Dan Kebiasaan
Merokok Dalam Keluarga‘’ ini telah disetujui sebagai laporan praktik kerja
lapangan, yang dilaksanakan pada tanggal 09 Februari – 22 Februari 2015, di
Desa Tuwiri Kulon Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.
Mengetahui,
|
Pembimbing Akademik
Prodi DIII Kebidanan
ERNA EKA
WIJAYANTI, SST
NIK : 45115014 |
Pembimbing PKT
Bidan Desa Tuwiri Kulon
SUHERLINA,
Amd., Keb
NIP : 19780414
200801 2029
|
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Batasan
Masalah 2
1.4 Metode
Penulisan 2
1.5 Sistematika
Penulisan 3
BAB
II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep
Dasar Keluarga 4
2.2 Konsep Dasar
Balita 9
2.3 Konsep
Dasar Merokok 11
2.4 Konsep
Dasar Pasangan Usia Subur 17
2.5 Konsep
Dasar Manajemen Kebidanan 19
BAB
III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian 23
3.2 Interpretasi
Data 27
3.3 Perumusan
Masalah 27
3.4 Susunan
Prioritas Masalah 29
3.5 Proses
Manajemen Kebidanan 29
3.6 Catatan
Perkembangan 32
BAB
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 35
4.2 Saran 35
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji
syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Keluarga Pada Keluarga Tn. “S“ Dengan Kesiapan Anak Memasuki Sekolah Dasar dan Kebiasaan
Merokok Dalam Keluarga di Desa Tuwiri Kulon Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban untuk memenuhi target kurikulum di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban Prodi DIII Kebidanan.
Dalam penyusunan
laporan Asuhan Kebbidanan ini, penyusun tidak lepas dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1.
Bapak Miftahul Munir, SKM, M.Kes selaku
Ketua STIKES NU Tuban yang telah
memberika kepercayaan kepada penulis untuk melaksanakan praktek kebidanan
komunitas di Desa Tuwiri Kulon Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban
2.
Ibu Dasmiati selaku Kepala Desa Tuwiri
Kulon yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek kebidanan komunitas
3.
Ibu Eva Silviana R, SST.M.Kes selaku Ketua prodi DIII
Kebidanan yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama melaksanakan
praktek.
4.
Ibu
Suherlina,
Amd., Keb selaku bidan desa dan
pembimbing praktek komunitas terpadu yang selalu meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan dan ilmu selama di lahan praktek.
5.
Ibu Erna Eka Wijayanti, SST selaku Dosen
Pembimbing STIKES NU Tuban Prodi DIII Kebidanan.
6. Mohammad Najib, S.Kep selaku ketua PKT yang telah
memberikan arahan kepada penulis saat melaksanakan praktek.
7. Kedua
orang tua yang senantiasa memberikan doa dan dukungan selama menjalankan tugas
PKL
8.
Teman-teman yang memberikan bantuan dan
semangat dalam menyelesaikan laporan asuhan kebidanan komunitas ini.
Penulis menyadari bahwa laporan asuhan kebidanan
komunitas ini banyak kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis. Dan kesempurnaan laporan asuhan komunitas ini. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban Prodi DIII Kebidanan.
Walaikumsalam
Wr.Wb
Merakurak,
Februari 2015
|
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keluarga
merupakan sistem social karna terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai peran social yang yang berbeda dengan ciri saling berhubungan dan
ketergantungan antara individu (suprayitno, 2004)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah suatu atap dan saling ketergantungan. Menurut salvicion Celis (1998)
didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karna
hubungan perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu rumah
tangga,berintraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (jhonson R, 2010)
Peningkatan status kesehatan keluarga merupakan tujuan yang
ingin di capai dalam memberikan asuhan kebidanan kesehatan keluarga, agar
keluarga, agar keluarga tersebut dapat meningkatkan produktivitas dan
diharapkan kesehatan keluarga akan meningkat (Nasrul Efendi,2002)
Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang biasa diukur dengan ukuran
berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematanga.
Rokok
adalah benda beracun ynag member efek santai dan sugesti merasa lebih jantan (Organisasi,
2007). Rokok (tembakau) termasuk bahan atau zat adiktif sifatnya yaitu
menimbulkan ketagihan dan kecanduan (Hawari, 2004). Perilaku merokok adalah
aktovitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan
dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan
dapat diamati secara langsung. Anak atau kaum muda yang merokok, pertumbuhan
dan perkembangan parunya segera akan terpengaruh oleh asap rokok tersebut
Sesuai dengan tujuan dan masalah yang ada, penulis melakukan
asuhan kebidanan pada keluarga Tn.”S” Dengan kesiapan anak memasuki usia sekolah dasar dan kebiasan merokok
dalam keluarga” di Ds. Tuwiri Kulon, kec.Merakurak, kab.tuban
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan
umum
Diharapkan
mahasiwa mampu memberikan asuhan dalam menyelesaikan masalah keluarga dengan
menggunakan proses asuhan kebidanan pada keluarga Tn.”S” dengan kesiapan anak
memasuki sekolah dasar
dan kebiasan merokok dalam keluarga” di Ds. Tuwiri Kulon, kec. Merakurak, kab.
Tuban.
1.2.2 Tujuan khusus
Diharapkan mampu untuk:
1. Mengkaji
data yang ada di keluarga.
2. Menganalisa
data atau mengintrepasikan dan dasar.
3. Merumuskan
masalah
4. menyusun
prioritas masalah.
5. Menyusun
suatu proses manajemen kebidanan.
6. Membuat
suatu catatan perkembangan
1.3 Batasan
masalah
Mengingat keterbatasn waktu,
kemampuan,dan kesempatan maka asuhan kebidanan ini di batasi pada keluarga
Tn.”S” Dengan kesiapan anak memasuki sekolah dasar Dan Kebiasan Merokok Dalam Keluarga” di
Ds. Tuwiri Kulon, kec, Merakurak, Kab. Tuban.
1.4 Metode
Penulisan
Metode
yang kami gunakan dalam penulisan asuhan kebidanan keluarga pada Tn “S” Dengan Kesiapan Anak Memasuki Sekolah Dasar Dan Kebiasaan Merokok Dalam Keluarga,
yaitu :
a.
Metode
pendekatan pada orang tua
bayi (anamnesa).
b.
Metode
kepustakaan, kami menggunakan literatur dari buku-buku sumber ilmu kebidanan
1.4.1 Studi pustaka
Penyusun
membekali diri dengan menggunakan literatur yang ada hubungannya dengan keadaan masyarakat dan cara
penanggulangan masalah yang dihadapi oleh masyarakat
1.4.2 Studi
pustaka
Penyusun membekali diri dengan menggunakan
literatur yang ada hubungannya
dengan keadaan masyarakat dan cara penanggulangan masalah yang dihadapi oleh
masyarakat
1.4.3 Studi documenter
Untuk memperoleh
data yang akurat, pengambilan data dapat diperoleh dari balai desa, dokumen
dari wilayah kerja setempat dan pendekatan pada TOMA
1.4.4 Praktek langsung
Suatu
metode yang langsung kepada masyarakat untuk menerapkan teori yang ada yang
khususnya kebidanan komunitas, dengan cara wawancara, pengamatan, pemfis, dan penyuluhan
1.4.5 Bimbingan
dan konsultasi
Bimbingan
yang didapatkan dari berbagai pihak dan melakukan konsultasi baik dengan
pembimbing atau konsultan polindes maupun yang ada di akademik.
1.5 Sistematika penulisan
BAB I :
Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, batasan masalah, metode
penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II: Tinjauan pustaka yang berisi
konsep dasar keluarga,
konsep dasar Balita, konsep dasar merokok, konsep dasar
pasangan usia subur, dan konsep
dasar manajemen kebidanan
BABIII: Tinjaun kasus yang terdiri dari
pengumpulan data dan analisa data
BABIV: Penutup yang berisi penutup dan
saran
Daftar Pustaka
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1
KONSEP DASAR KELUARGA
2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan
beberapaorang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan
saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) didalam keluarga
terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan
perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan (Jhonson R, 2010)
Keluarga
merupakan sistem social karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai peran social yang berbeda dengan cirri saling berhubungan dan
kertegantungan antar individu. (suprayitno, 2004)
Keluarga
merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita.
Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individumerupakan
bagiannya dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang
berarti.
2.1.2
Bentuk/tipe keluarga
Pembagian
keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara
tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua. Yaitu :
1. Keluarga
inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduannya.
2. Keluarga
besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)
Namun dengan berkembangnya peran
individu dan meningkatnya rasa individualism, pengelompokkan tipe keluarga
selainkedua tersebut diatas, berkembang menjadi :
1. Keluarga
bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2. Orang
tua tunggal (single parent family)adalah keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak-anak akibat perceraian dan ditinggal pasangannya.
3. Ibu
dengan anak tanpa perkawinan (the unmarriedtenaage family)
4. Orang
dewasa (laki-laki/perempuan) yang tinggalsendir tanpa pernah menikah (the
single adult living alone)
5. Keluarga
dengan anak tanpa menikah sebelumnya (the non-marital heterosexsual cohabiting
family)
6. Keluarga
yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama 9gay and lesbian
family))
7. Keluarga
Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena masyarakat
Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti dengan adat
istiadat yang sangat kuat. (Depkes RRI 2002)
2.1.3
Struktur
Keluarga
Struktur
keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di
masyarakat sekitarnya, parad dan Chaplan
(1965) yang diadobsi oleh Friedman, mengatakan ada empat elemen struktur
keluarga, yaitu :
1. Struktur
peran keluiarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan
informal.
2. Nilai
atau norma keluarga, menggambarkan nilai-nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga,
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan..
3. Pola
komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi ayah ibu
(orang tua), orang tua dengan anak, dan anggota keluarga lainnya (pada keluarga
besar dengan keluarga inti
4. Struktur
kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi
dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung
kesehatan.
Struktur keluarga ini nanti nya perlu dikaji oleh perawat
dan bidan yang memberikan asuhan . berdasarkan keempat elemen dalam struktur
keluarga, diasumsikan bahwa(Leslie & Korman, 1989: Parson&Bales, 1995
1. Keluarga
merupakan sistem social yang mempunyai fungsi sendiri
2. Keluarga
merupakan sistem social yang mampu menyelesaikan masalah individu dan
lingkungannya
3. Keluarga
merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi kelompok lain
4. Perilaku
individu yang tampak merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam
keluarga
Berdasarkan kemampuan keluarga untuk
pemenuhan kebutuhan dasar,kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya,
dan aktualisasi keluarga di masyarakat, serta memperhatikan perkembangan Negara
Indonesia menuju Negara industry, Indonesia menginginkan terwujudnya keluarga
sejahtera. Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi lima tahap, yaitu:
1. Keluarga
Prasejahtera, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
indicator keluarga sejahtera tahap 1
2. Keluarga
Sejahtera Tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhandasar secara minimal, terapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan social psikologinya, yaitu kebutuhan pendidikan, Keluarga Berencana
(KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan
transportassi.
3. Keluarga
Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan social
psikologinya. Tetapibelum dapat memenuhi kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi
4. Keluarga
Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, kebutuhan social psikologis, dan kebutuhan pengembangan,
teta[I belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap
masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan
keuangan untuk social kemasyarakatan, juga berperan serta aktif dengan menjadi
pengurus lembaga kemasyarakatan
5. Keluarga
Sejahtera Tahap IIIPlus (KS III Plus) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutyhannya, baik yang bersifat dasar, social psikologis, maupun
pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat
2.1.4
Fungsi
Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman, adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi
afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untukmempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial keluarga.
2. Fungsin
sosialisasi dan tempat bersosialisassi (socialization and social placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.
3. Fungsi
reproduksi ( the reproductive function) adalahfungsi untuk mempertahankan
generasi menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi
ekonomi ( the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebuthan keluarga.
5. Fungsi
perawatan/pemeliharaaan kesehatan ( the health care function), yaitu fungsi
untuk mempertahankan keadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
Namun, dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi
industrialisaasi, fungsi keluarga di kembangkan menjadi:
1. Fungsi
ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang mampu
menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.
2. Fungsi
mendapatkan status social, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan
strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya.
3. Fungsi
pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar
terhadap pendidikan anak-anaknyauntuk menghadapi kehidupan dewasanya
4. Fungsi
sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu
menciptakan kehidupan social yang mirip dengan luar rumah
5. Fungsi
pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit
yang mungkin dialami oleh keluarga
6. Fungsi
religious, yaitunkeluarga merupakan tempat belajar tentang agama, dan
mengamalkan ajaran keagamaan
7. Fungsi
rekreasi, yaitun keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat
mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah
8. Fungsi
reproduksi, bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga merupakan tempat
mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh), diantaranya seks
yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lain
9. Fungsi
afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah
Di Indonesia membagi fungsi keluarga menjadi 8 dengan bentuk operasional, yaitu :
1. Fungsi
keagamaan
2. Fungsi
budaya
3. Fungsi
cinta kasih
4. Fungsi
perlindungan
5. Fungsi
reproduksi
6. Fungsi
sosialisasi
7. Fungsi
ekonomi
8. Fungsi
pelestarian lingkungan
2.1.5
Tugas
Keluarga Dibidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:
1. Mengenal
masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak
boleh di abaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang
dialami oleh anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua
atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya
2. Memutuskan
tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan tugas keluarga
yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang memiliki kemampuan memutuskan
untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh
keluarga diharapkan tepat agar masalah keluarga dapat dikurangi atau bahkan
teratasi. Jika keluarga memiliki keterbatasan, dapat meminta bantuan kepada
orangdi lingkungan tinggal keluarga agar mendapatkan bantuan
3. Merawat
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga telah
mendapatkan tindakan yang tepatdan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah duiketahui oleh
keluarga sendiri. Jika demikian anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan perlu mendapatkan tindakan lanjutan atau perawatan sehingga masalah
yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau rumah. Apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama
4. Memodifikasi
lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
5. Memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
2.1.6
Keluarga
Sebagai Sistem
Bukan hanya perusahaan saja yang mneghasilkan suatu prosuk yang
disebut sebagai suatu sistem. Keluarga juga merupakan suatu sistem yang perlu
di pelajari. Pengertian sistem yang paling umum adalah kumpulan dari beberapa
bagian fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain
dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Alas an
keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut:
a) Keluarga
memiliki subsistem : anggota, fungsi, peran, aturan, budaya, dan lainnya yang
dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga
b) Terdapat
saling berhubungan dan saling ketergantungan antar subsistem
c) Merupakan
unit bagian terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi supra sistemnya
Keluarga
merupakan sistem social karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai peran social yang berbeda dengan cirri saling berhubungan dan
tergantung antarindividu. Seperti pada umumnya suatu sistem, keluarga juga
mempunyai komponen-komponen sistem.
Keluarga
sebagai suatu sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a) Keluarga
sebagai sistem terbuka. Suatu sitem yang mempunyai kesempatan dan mau menerima
atau memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya
b) Keluarga
sebagai sistem tertutup. Suatu sistem, yang kurang memiliki kesempatan, kurang
mau menerima atau member perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitarnya.
2.2
KONSEP
DASAR BALITA
2.2.1
Definisi Balita
Balita
merupakan
anak usia 1-5 tahun. Pelayanan kesehatan pada anak balita, meliputi:
1) Pemeriksaan
kesehatan anak balita secara berkala
2) Penyuluhan
pada orang tua, mengenai:
a)Kebersihan anak
b)Perawatan gigi
c)Perbaikan gizi/pola pemberian
makan anak
d)Kesehatan lingkungan
e)Pendidikan seksual dimulai sejak
balita (sejak anak mengenal identitasnya sebagai
laki-laki atau perempuan)
f)Perawatan anak sakit
g)Jauhkan anak dari bahaya
h)Cara
menstimulasi perkembangan anak
3)
Imunisasi
dan upaya pencegahan penyakit
4)
Pemberian
vitamin A, kapsul vit.A berwarna merah diberikan 2 kali dalam setahun
5) Identifikasi
tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi dan cara menanggulanginya
2.2.2 Kunjungan
anak balita
Bidan
berkewajiban mengunjungi bayi yang ditolongnya ataupun yang ditolong oleh dukun di bawah pengawasan bidan di
rumah. Kunjungan ini dilakukan pada:
a)
Minggu pertama setelah persalinan. Untuk selanjutnya
bayi bisa dibawa ketempat bidan bekerja.
b)
Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan.
c)
Kemudian pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai
anak berumur 12 bulan
d)
Setelah itu pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan
sampai anak berumur 24 bulan
e)
Selanjutnya pemeriksaan dilakukan satu kali se-tahun.
Kegiatan
yang dilakukan pada kunjungan balita antara lain:
a) Pemeriksaan
fisik pada anak
b) Penyuluhan
atau nasehat pada ibu dan keluarga
c) Dokumentasi
pelayanan
2.2.3 pemantaun tumbuh kembang pada bayi
dan balita/deteksi dini
Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,
organ maupun individu, yang biasa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang,
umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Deteksi dini tumbuh kembang bayi dan
balita adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada bayi dan balita.
Dengan ditemukan secara dini
penyimpangan/masalah tumbuh kembang bayi dan balita, maka intervensi akan lebih
mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai waktu dalam membuat rencana
tindakan/intervensiyang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu dan
keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan
sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang bayi dan balita tersebut.
Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh
kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan
jaringannya, berupa:
1.
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu
untuk mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk danmikro/makrosefali.
2.
.Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu
untuk mengetahui gangguan perkembangan bayi dan balita(keterlambatan),
gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.
3.
Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu
untuk mengetahui adanya masalah mental emosional,autism dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
Anamnesis
tumbuh kembang anak;
1. Anamnesis
faktor pranatal dan perinatal
2. Kelahiran
premature
3. Anamnesis
faktor lingkungan
4. Penyakit-penyakit
yang mempengaruhi tumbuh kembang dan malnutrisi
5. Anamnesis
kecepatan pertumbuhan anak
6. Pola
perkembangan anak dalam keluarga
Perkembangan Anak Balita:
Frankenburg dkk (1981) melalui DDST
(Denver Depelopmental Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan
yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu ;
1. Personal
Sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial)
2. Fine motor adaptive
(gerakan motorik halus)
3. Language
(bahasa)
4. Gross Motor
(perkembangan motorik kasar)
Kesimpulan :
1.
Tumbuh kembang adalah proses yang berkesinambungan
mulai dari konsepsi sampai dewasa.
2.
Tumbuh kembang mengikuti pola yang sama dan tertentu,
tetapi kecepatannya berbeda antara satu anak dengan lainnya.
3.
Tumbuh kembang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.
4.
Penting nya ibu dalam ekologi anak, para genetik
faktor yaitu pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh
psikobiologisnya terhadap tumbuh kembang post natal dan perkembangan
kepribadian anak.
5.
Perlunya stimulasi dalam tumbuh kembang anak.
6.
Perlunya deteksi dan penanganan dini, untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2.3 KONSEP DASAR MEROKOK
2.3.1 Pengertian Rokok
Rokok
adalah benda beracun ynag member efek santai dan sugesti merasa lebih jantan
(Organisasi, 2007). Rokok (tembakau) termasuk bahan atau zat adiktif sifatnya
yaitu menimbulkan ketagihan dan kecanduan (Hawari, 2004). Perilaku merokok
adalah aktovitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap
rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
merokok dan dapat diamati secara langsung.
2.3.2
Kandungan Rokok
Asap
akan muncul setiap kali bahan organik, seperti kayu atau daun terbakar dengan
tidak sempurna. Begitu pula rokok yang terbakar pasti juga akan mengeluarkan
asap. Asap utama adalah asap rokok yang terhisap langsung masuk keparu-paru
perokok lalu dihembuskan kembali. Asap sampingan adalah asap rokok yang dihasilkan
oleh ujung rokok yang terbakar.
Setiap
batang rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia, 400 diantaranya
beracun dan kira-kira 40 diantaranya bisa menyebabkan kanker (Republika, 2007),
diantaranya:
a) Nikotin,
adalah salah satu obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi
darah, nikotin membuat pemakaiannya kecanduan. Nikotin merangsang otak supaya
si perokok merasa cerdas pada awalnya, kemudian ia melemahkan kecerdasan ootak.
b) Tar,
adalah cairan dan partikel-partikel kecil yang berasal dari asap rokok yang
lengket bersama membentuk bahan yang berwarna hitam kecokelat-cokelatan dan
bau. Tar mengandung bahan kimia yang beracun, dapat merusak paru-paru dan
menyebabkan kanker.
c) Karbon
monoksida (CO), mempunyai daya gabung atau afinitas dengan hemoglobin 220 kali
lebih besar dari oksigen. Akibatnya, setiap gas CO di udara dengan cepat
diambiloleh hemoglobin darah, sehingga jumlah hemoglobin yang tersedia untuk
membawa oksigen pemberi hidup itu ke seluruh sistem jadi berkurang.
d) Sianida,
menghambat penggunaan oksigen di dalam sel.
e) Benzopyrene,
adalah bahan atau substansi yang terdapat di dalam tar dan menendap di saluran
udara; mulut, pangkal tenggorokan, cabang tenggorokan dan paru-paru, serta
masih banyak lagi bahan kimia yang beracun berada pada sebatang rokok.
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang
untuk merokok
a) Pengaruh
orang lain, terutama orang tua dan orang lain yang dikagumi seperti orang yang
berada di iklan rokok. Meskipun anak-anak menyadari bahaya merokok, pengaruh
orang tua perokok sangat kuat.
b) Tekanan
kelompok sebaya, supaya dio terima di dalam kelompok, anak-anak belasan tahun
sering merokok karena teman-temannya juga merokok.
c) Keinginan
untuk menyesuaikan diri, kebanyakan orang tidak suka berbeda dari orang lain,
terutama pada orang muda.
d) Kedewasaan,
merokok di anggap sebagai kebiasaan orang dewasa, jadi anak-anak belasan tahun
mencoba membuktikan kedewasaan dan kebebasan mereka dengan merokok.
e) Keinginan
untuk mencoba, orang muda belasan tahun ingin mencoba sendiri, ingin bergembira
dan melakukan sesuatu yang lain (Hardinge dan Shryock, 2001).
2.3.4 Tipe Perokok
a) Perokok sangat berat, dia mengkonsumsi rokok
lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun
pagi.
b)
Perokok berat, merokok sekitar 21-30
batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit.
c) Perokok
sedang, menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah
bangun pagi.
d) Perokok
ringan, menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari
bangun pagi.
Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri,
1991), sebagaimana di kutip Mu’tadin (2007) ada 4 tipe perilaku merokok
berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah:
1) Tipe
perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang
merasakan penambahan perasaan yang positif. Green (dalam Psychological Factor
in Smooking, 1978) membedakan 3 sub tipe ini :
-
Pleasure relaxation , perilaku merokok
hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah di dapat, misalnya
merokok setelah minum kopi atau makan.
-
Simulation to pick them up, perilaku
merokok hanya di lakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
-
Pleasure of handling the cigarette,
kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok
pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau
sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit.
2) Perilaku
merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative.
Banyak orang menggunakan rokok untuk
mengurangi perasaan negative, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok di
anggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak
terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
3) Perilaku
merokok yang adiktif
Oleh Green disebut sebagai psychological
addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan
setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya
akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia
khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.
4) Perilaku
merokok yang sudah menjadi kebiasaan
Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan
karena untuk mengendalikan persaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah
menjadi kebiasaan yang rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok
sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, sering kali tanpa
dipikirkan dan tanpa di sadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang
terdahulu telah benar-benar habis.
5) Tempat
merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok
Berdasarkan tempat-tempat dimana seserang menghisap
rokok, maka dapat di golongkan atas :
a) Meroko
di tempat-tempat umum atau ruang publik:
-
Kelompok homogen (sama-sama perokok),
secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih
menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
-
Kelompok yang heterogen (merokok di
tengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang
sakit, dll). Mereka yang berani merokok di tempat tersebut, tergolong sebagai
orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama.
Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega
menyebar racun kepada orang lain yang tidak bersalah.
b) Merokok
di tempat-tempat yang bersifat pribadi:
-
Dikantor atau dikamar tidur pribadi.
Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok di golongkan
kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah
dan mencekam.
c) Di
toilet, perokok jenis ini dapat di golongkan sebagai orang yang suka berfantasi
2.3.5
Bahaya Merokok
Terpapar asap rokok
selama 8 jam sebanding dengan merokok langsung sebanyak 20 batang perhari.
Konsekuensi dari merokok antara lain meningkatnya kejadian infeksi saluran
pernafasan bagian atas, batuk, asma, sinusitis, penyakit kardiovaskuler,
kanker, menganggu fertilitas, lahir kurang bulan, kematian maupun absen dari
kerja atau sekolah.
Anak atau kaum muda yang merokok, pertumbuhan dan perkembangan parunya segera
akan terpengaruh oleh asap rokok tersebut.
Efek dari rokok atau tembakau member
stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran,
tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya
rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan kepada rokok tidak
begitu dianggap gawat (Roan, 1979).
Perokok pasif dapat meningkatkan
resiko penyakit kanker, paru-paru dan jantung koroner. Lebih dari itu menghisap
asap rokok orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit : asma dan
alergi akibat asap rokok.
Menurut Ernest Caldwell (2001:37), rokok dapat
memperburuk beberapa penyakit, antara lain:
a. Membahayakan
penderita TBC
Iritasi
yang terus menerus pada paru-paru yang sakit, mempersulit tubuh untuk
menormalkan kembali keadaannya. Dokter Samuel Wright dari Dt. Mary’’s Hospital,
London, menyatakan pada kasus TBC yng parah , merokok berarti hidup atau mati
b. Penderita
Diabetes
Pembuluh
nadi penderita diabetes menyempit oleh sifat penyakit yang mereka derita.
Merokok juga dapat menyempitkan pembuluh-pe,buluh darah. Perokok yang menderita
diabetes sungguhb telah memperlakukan diri mereka sendiri dengan sangat mengerikan,
karena dengan merokok pembuluh darah yang telah mengerut menjadi semakin
sempit. Selain gangrene, resiko lain yaitu kerusakan trombosit danbuerger disease.
Sebuah atudi yang dilakukan oleh dua orang dokter, Leonard Weinroth dan Joseph
Hirzstein, terhadap 301 penderita diabetes di Mount Sinai Hospital, mereka
menemukan 58% perokok yang mengidap diabetesmengalami Buerger’s Disease,
sedangkan penderita diabetes yang tidak merokok hanya 37% saja.
c. Penderita
Kelenjar Gondok Aktif
Menurut
Dr. Kulbs, seorang ahli dari jerman, mengatakan merokok menyebabkan perokok
jadi berkeringat, gemetar, gugup, dan lelah.
d. Pembedahan
perut
Batuk
yang dialami perokok menimbulkan gerakan-gerakan tak teratur di daerah perut,
tentu hal ini menganggu proses penyembuhan jaringan yang baru saja dibedah.
Dokter V.J. Morton mengemukakan, tingkat kematian dalam pembedahan perut enam
kali lebih tinggi bagi perokok di bandingkan orang yang tidak merokok.
e. Penyakit
Telinga
Asap
rokok menimbulkan iritasi pada saluran eutasius, yaitu saluran yang
menghubungkan antara telingan, hidung, tenggorokan. Iritasi menyebabkan selaput
lendir yang melindungi saluran ini mengeluarkan lendir di luar kewajaran. Ini
memicu timbulnya radang, dan akhirnya tuli.
2.3.6 Dampak Bagi Perokok Pasif
Sekarang ini kebanyakan perokok tahu bahwa
merokok dapat menyebabkan beberapa penyakit berbahaya. Namun mereka biasanya
masa bodoh terhadap hal itu dan menganggap bahwa merokok adalah urusan pribadi
mereka, tetapi sebenarnya merokok bukan urusan pribadi. Asap rokok tidak hanya
berpengaruh kepada perokok aktif , tetapi juga mengotori udara sekitar.
Orang-orang bukan perokok, tetapi ikut menghirup udara yang tercemar asap rokok
dinamakan perokok pasif (passive smoking). Perlu diketahui bahwa asap yang
dihasilkan dan rokok yang mengepul ke udara luar ditambah dengan asap yang
dihembuskan oleh perokok mengandung zat kimia yang lebih tinggi dari pada yang
di hisap oleh perokok sendiri yang labil. Mereka yang peka sebagai perokok
pasif terutama adalah bayi dan anak-anak. Resiko yang akan di terima perokok
pasif antara lain dapat mengalami kanker paru dan penyakit jantung, masalah
pernafasan termasuk radang paru dan bronchitis, sakit atau pedih mata, bersin,
batuk-batuk, dan sakit kepala. Disamping itu, perokok pasif juga mempunyai
resiko yang lebih tinggi untuk mengidap berbagai penyakit, 30% penyakit jantung
dan 25% kanker. Bagi ibu hamil yang merokok akan mengalami pengaruh buruk
antara lain akan mengalami keguguran, perdarahan, bayi lahir premature, bayi
meninggal/meninggal setelah lahir, bayi lahir dengan berat badan rendah dan
bayi sering sakit.
2.3.7 Strategi Berhenti Merokok
Berikut ini strategi-strategi yang dapat anda
gunakan untuk berhenti merokok:
1. Rencanakan
waktu berhenti
Rencanakan
kapan anda akan berhenti merokok untuk selamanya. Waktunya mungkin saja
beberapa hari ke depan atau 2 minggu lagi. Menjelang hari berhenti merokok itu,
anda kurangi jumlah rokok yang dihisap setiap harinya
2. Obat-obatan
Obat
membantu mengurangi gejala-gejala berhenti merokok sampai efek terburuk
terlewati. Anda mempunyai pilihan obat baik berdasarkanresep dokter maupun obat
over-the-counter (tanpa resep dokter). Diskusikan pilihan tersebut dengan
dokter anda
3. Bantu
diri anda sendiri
Dalam
merencanakan dan menjaga keinginan anda untuk berhenti merokok, carilah
informasi mengenai rokok dan penyakit yang di timbulkan dari berbagai sumber
terpercaya seperti American Cancer Society, American Lung Association, centers
for Disease Control and prevention atau situs local seperti Yayasan Kanker
Indonesia, Yayasan Jantung Indonesia, Komite asional Penanggulangan Masalah
Merokok. Bantulah diri anda dengan informasi yang meyakinkan anda untuk menjauh
dari rokok setelah berhenti merokok.
4. Kelompok
pendukung
Entah
anda bertemu secara online atau sebuah kelompok pendukung. Carilah dukungan
dari orang-orang yang juga berusaha untuk berhenti merokok.
5. Konseling
Konseling
merupakan pertemuan tatap muka dengan dokter yang terpercaya, psikolog, perawat
atau konselor. Forum ini akan membahas hal-hal apa saja yang menghalangi anda
untuk berhenti merokok dan cara-cara untuk mengatasinya.
6. Cold
turkey
Merupakan
strategi dengan langsungberhenti merokok. Jika anda memilih cold turkey maka
anda akan mengalami gejala-gejala putus rokok, seperti semua orang yang
berhenti merokok seperti tidak sabar (restlessness), nafsu makan bertambah,
mudah tersinggung. Disarankan agar anda mencari bantuan saat anda berhenti
merokok, baik itu berupa dukungan ataupun pengobatan.
7. Olahraga
Olahraga
akan membantu anda mengatasi stress dan berat badan yang bertambah setelah anda
berhenti merokok.
8. Ajak
sahabat/Keluarga anda
Mintalah
te,an atau anggota keluarga yang tidak merokok untuk menyediakan waktu mereka
jika anda mengalami masa-masa yang sulit.
9. Terapi
alternatif
Beberapa
perokok mencoba metode hipnotis atau akupuntur untuk membantu mereka berhenti
merokok, meskipun tidak banyak yang terbukti berhasil. Namun, bila metode
tersebut membuat anda berhenti merokok, berarti metode tersebut cocok dengan
anda.
2.4
KONSEP DASAR PUS (PASANGAN USIA SUBUR)
2.4.1 Drfinisi Pasangan Usia Subur(PUS)
Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik
bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya
antara 15 tahun sampai dengan 44 tahun.
Batasan umur yang digunakan disini
adalah 15 sampai 44 tahun dan bukan 15–49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda
dengan perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15–49, tetapi dalam
kegiatan keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45–49 bukan
merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh
pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur 45–49 tahun, kemungkinan
untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali (Wirosuhardjo, 2004).
2.4.2 Program Keluarga Berencana untuk Pasangan
Usia Subur
Sejarah
Dan Perkembangan Program Keluarga Berencana. Gerakan KB bermula dari
kepeloporan beberapa tokoh di dalam dan luar negeri. Pada awal abad 19 di
Inggris upaya KB timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian
pada masalah kesehatan ibu antara lain Maria Stopes pada tahun 1880-1950 yang
mengatur kehamilan kaum buruh di Inggris. Margareth Sanger (1883-1966)
merupakan pelopor KB modern di AS yang telah mengembangkan tentang Program
Birth Control, bermula pada tahun 1917 mendirikan National Birth Control(NBC).
Pada tahun 1952 diresmikan berdirinya International planned parenthood
federation (IPPF) dan sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan KB
diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Pelopor KB di Indonesia, yaitu Dr
Sulianti Saroso pada tahun 1952 menganjurkan para ibu untuk
membatasi kelahiran, karena Angka Kelahiran Bayi sangat tinggi. Sedangkan di
DKI Jakarta mulai dirintis dibagian kebidanan dan kandungan FKUI/RSCM oleh
Prof.Sarwono Prawirohardjo. Pada tanggal 23 Desember 1957 PKBI diresmikan oleh
dr.R.Soeharto sebagai ketua.
Program
KB di Indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari sudut, tujuan,
ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya terhadap
pencegahan kelahiran. Tahap selanjutnya program KB menjadi gerakan KB yang
ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dilandasi
oleh undang-undang no 10 tahun 1992 tentang kependudukan dan keluarga
sejahtera. Pada tanggal 29 juni 1994 Presiden Soeharto mencanangkan gerakan
pembangunan keluarga sejahtera yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas
dan ketahanan masing-masing keluarga (Suratun, 2008).
2.4.3 Pengertian
Keluarga Berencana Menurut WHO (World Health Organization)
keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk mendapatkan
objektif-objektif tertentu yaitu dengan:
a. Menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan
b. Mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan
c. Mengatur interval di antara
kelahiran
d. Mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami isteri, dan
e. Menentukan jumlah anak dalam
keluarga (Hartanto, 2004)
2.4.4 Tujuan Program
KB
Secara
umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan
misi program KB adalah membangun kembali dan melestarikan pondasi
yang kokoh bagi pelaksana program KB nasional yang kuat dimasa mendatang,
sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai. Tujuan
utama program KB Nasional adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan
tingkat/angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.
Tujuan gerakan KB dan pelayanan
kontrasepsi :
1. Tujuan demografi yaitu mencegah
terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk(LPP) dalam
hal ini tentunya akan diikut i dengan menurunkan angka kelahiran.
2. Mengatur kehamilan dengan menunda
perkawinan, menunda kehamilan anak
pertama
dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
3. Mengobati
kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai
keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya
keluarga bahagia.
4. Married Conseling atau
nasehat perkawinan bagi pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi
dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
5.
Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera) dan membentuk keluarga
berkualitas (Noviawaty, 2008).
Sasaran Program KB
1. Sasaran langsung yaitu:
1) Tanpa alat:
a)Pantang
berkala
b)Metode
kalender
c)Metode
suhu badan basal
d)Metode
lendir serviks
e)Metode
simpto-termal
f)Coitus
interruptus
2) Dengan alat:
a)
Mekanis (barrier)
-
Kondom pria
-
Barier intra vaginal antara lain: diafragma, kap serviks, spons, dan kondom wanita.
b)
Kimiawi
-
Spermisid antara lain: vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet dan vaginal
soluble film.
2. Metode
modern
1)
Kontrasepsi hormonal
a)
Pil KB
b)
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/IUD (Intra Uterine Devices)
c)
Suntikan KB
d)
Susuk KB
2) Kontrasepsi mantap
Medis
Operatif Pria (MOP) berusaha untuk
menambah jumlah anak mereka jika belum
mendapatkan anak laki- laki. Jumlah anak berkaitan erat dengan program KB karena salah satu misi dari program KB
adalah terciptanya keluarga dengan jumlah anak yang
ideal yakni dua anak dalam satu keluarga, laki-laki maupun perempuan sama saja.
Para wanita umumnya lebih
menyadari bahwa jenis kelamin anak tidak penting sehingga bila jumlah anak sudah dianggap ideal
maka para wanita cenderung untuk mengikuti program
KB. Dengan demikian, jenis kontrasepsi yang banyak digunakan adalah jenis kontrasepsi untuk wanita (BkkbN, 2010).
2.4.5
Faktor Budaya (Kepercayaan)
Sejumlah faktor budaya dapat
memengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi
salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan
religius, serta tingkat pendidikan dan persepsi mengenai resiko kehamilan dan
status wanita. Penyedia layanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor
tersebut memengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau
perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode.
Oleh
karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan pendekatan
secara menyeluruh termasuk
pendekatan kepada tokoh masyarakat ataupun tokoh
agama. Peran tokoh masyarakat dan
agama dalam program KB sangat penting karena
peserta KB memerlukan pegangan,
pengayoman dan dukungan yang kuat yang hanya
dapat diberikan oleh tokoh
masyarakat ataupun tokoh agama (BkkbN, 2010).
2.5
KONSEP DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan adalah metode kerja
profesi dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan sehingga merupakan alur
dan pengorganisasian, pemikiran dan langkah-langkah dalam suatu urutan yang
logis yang menguntungkan baik pasien ataupun bidan, langkah-langkah manajemen
kebidanan sebagai berikut:
2.5.1
Pengumpulan Data
Suatu tahap ketika seorang bidan mengumpulkan
informasi secara terus menerus tentang keluarga yang di binanyaa, kegiatan yang
dilakukan adalah:
a. Membina
hubungan baik
b. Pengkajian
awal terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
c. Pengkajian
lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang diperoleh lebih
lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian
awal, disini bidan perlu mengungkap keadaan keluarga hingga penyebab dari
masalah kesehatan yang paling mendasar.
A.
Data Subjektif
1. Data
umum
Nama : Meliputi nama yang tercantum dalam
keluarga yang bertujuan untuk membedakan keluarga supaya tidak keliru
dengan keluarga yang lain.
Umur : Untuk mengetahui usia keluarga dan
mendekati resiko tinggi
Pendidikan :
Dapat memberikan penjelasan daan motivasi yang sesuai dengan tingkat pengetahuan.
Pekerjaan :
Mengetahui taraf hidup dan social ekonomi keluarga untuk menentukan langkah selanjutnya.
Alamat :
Untuk mengetahui keluarga tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada keluarga yang namanya sama.
2. Data
Khusus
Imunisasi : Mengetahui lengkap atau tidaknya imunisasi
sesuai dengan usia bayi.
Penyakit yang di derita : Untuk mengetahui apakah
pasien dan keluarganya mempunyai penyakit menurun, menular, dan
menahun seperti DM, jantung, asma, kanker payudara, hepatitis, penyakit
menular seksual dan penyakit tumor kandungan.
Perilaku Berobat :
Untuk mengetahui bagaimana pola kesehatan
ibu sehari-hari, jika anggota
keluarga yang sakit segera ketenaga kesehatan
Riwayat Antenatal&Natal :
Untuk mengetahui apakah keluarga sudah
pernah hamil sebelum kehamilan ini
dan bila pernah ini kehamilan yang keberapa,
apakah saat persalinan yang lalu ada penyulit serta nifanya.
Pemeriksaan kehamilan/posyandu lansia :
Mengetahui apakh keluarga pada saat hamil
rutin dalam memeriksakan kehamilannya. Dan mengetahui apakah keluarga yang ada lansianya sering atau aktif
dalam keikutsertaan posyandu lansia.
Riwayat social
budaya :
Mengetahui respon keluarga apakah dalam keluarga ibu ada budaya untuk menyapih
anak.
Tanggapan KB :
Mengetahui respon keluarga tentang KB apakah ada larangan dari suami maupun
agama.
Pola Kehidupan Sehari-hari:
§ Pola
Nutrisi
Untuk
mengetahui nutrisi yang dikonsumsi keluarga
§ Pola
Eliminasi
Untuk
mengetahui bagaimana pola eliminasi keluarga sehari-hari’
§ Pola
Istirahat
Untuk
mengetahui kebutuhan istirahat keluarga
§ Pola
Aktivitas
Untuk
mengetahui kegiatan atai aktifitas yang dilakukan oleh keluarga sehari-hari
B.
Data Objektif
Rumah : Mengetahui
seberapa luas rumah serta letak dan jenis rumah yang di tempati
Jamban &
kamar mandi : Mengetahui apakah jamban
dan kamar mandi itu milik sendiri ataupun numpang pada tetangga serta tidak
memiliki sekaligus
Pekarangan dan
selokan : Mengetahui apakah pengaturan
dan kebersihan dalam keluarga sudah terpenuhi atau belum.
Kandang ternak : Mengetahui apakah dalam
keluarga memiliki kandang ternak, dengan tempat yang di tempati
2.5.2
Interpretasi
Data Dasar
Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis
dan sintesi pada asuhan keperawatan klinik, bidan mengelompokkan data hasil
pengkajian dalam data subjektif dan objektif setiap kelompok didiagnosa
keperawatan.
2.5.3
Perumusan
Masalah
Perumusan masalah dapat diarahkan kepada
sasaran individu dan atau keluarga komponen diagnosis melalui masalah
(problem), penyebab (etiologi), atau tanda (sign).
2.5.4
Susunan
Prioritas Masalah
Prioritas didasarkan pada diagnosa
keperawatan yang mempunyai skor terendah, namun bidan memperhatikan juga
persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
2.5.5
Proses
Manajemen Kebidanan
Terdiri
dari 4 langkah, yaitu:
a.
Diagnosa : Berasal dari kata dasar
interpretasi data dan data tersebut menjadi masalah ataupun diagnosa yang di
identifikasi secara spesifik.
b.
Intervensi ; mencakup tujuan umkum
dan khusus yang didasarkan dengan standart yang ,engacu kepada penyebab
selanjutnya, merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada criteria
dan standart.
c.
Implementasi : pada kegiatan ini bidan
perlu melakukan kontak sebelumnya untuk pelaksanaan yang meliputi kapan
dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik apa yang
didiskusikan, siapa yang melaksanakan dan siapaanggota keluarga yang perlu
mendapat informasi, peralatan apa yang perlu disiapkan keluarga dan
implementasikan sesuai dengan rencana.
d.
Evaluasi : merupakan kegiatan
yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standart yang
telah di tetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak
berhasil, sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru, evaluasi disusun
menggunakan SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Anamnesa tanggal :10 Februari 2014 Jam:
14.00 WIB Oleh: Siti Sundari
A. Data
Subyektif
1. Data
Umum
|
Kecamatan
|
: Merakurak
|
Pekerjaan
|
: Wiraswasta
|
|
Kelurahan :
|
: Tuwiri Kulon
|
Penghasilan
|
:Rp.500.000,00– 750.000,00
|
|
RT
|
: 01
|
Kead.
Kesh.
|
: Sehat
|
|
RW
|
: 03
|
No.
Induk
|
: -
|
|
Nama
|
: Tn.S
|
Umur
|
: 25 th
|
|
Agama
|
: Islam
|
Pendidikan
|
: SMP
|
Susunan
anggota keluarga
|
Nama
|
Jns.
Kelamin
|
Umur
|
Hub.
Dg Keluarga
|
Pekerjaan/
sekolah
|
Kead.
Kesehatan
|
No.
KIA/ KB
|
|
Tn.
Slamet
Ny.Wasti’ah
Nur
firdaus
|
L
P
L
|
25 th
23 th
5 th
|
KK
Istri
Anak
|
Wiraswasta
IRT
TK
|
Sehat
Sehat
Sehat
|
-
-
|
Genogram
keluarga
![]() |
|
Keterangan
|
|
|
|
:
laki-laki
|
|
|
:
perempuan
|
|
|
:
tinggal dalam satu rumah
|
2. Data
Khusus
a. Imunisasi:
|
Nama
anak
|
BCG
|
Status
Imunisasi
|
Ket
|
|||||||||||
|
Polio
|
DPT
|
HB
|
Campak
|
|||||||||||
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||||
|
Nur
Firdaus
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|
|
b. Bila
ada anggota keluarga yang sakit berobat ke :
Bapak Slamet
dan Bu Wasti’ah mengatakan bahwa jika salah satu keluarga ada yang sakit akan
membawanya ke tempat pelayanan kesehatan, yaitu ke tempat bidan terdekat dan ke
puskesmas.
c. Jenis
penyakit yang sering diderita:
Bapak
Slamet dan Bu Wasti’ah
mengatakan keluarganya
tidak memiliki penyakit menahun, seperti asma, atau penyakit keturunan lainnya. Penyakit yang sering diderita adalah
penyakit ringan, seperti pegal linu, batuk, pilek, kepala pusing.
d. Riwayat
antenatal dan natal :
Ibu mengatakan ini
adalah pertamanya dengan jenis kelamin laki-laki yang bernama Nur Firdaus. Usia
5 tahun
|
No
|
Suami
|
UK
|
Jns.persalinan
|
penolong
|
Penyulit
|
JK
|
BB/PB
|
H/M
|
meneteki
|
|
1.
|
1
|
9 bl
|
Normal
|
Dokter
|
KPD
|
♂
|
3 kg/49cm
|
H
|
Ya
(2
th)
|
e. Pemeriksaan
kehamilan ke :
Ibu
mengatakan selama hamil memeriksakan
kehamilannya kepada bidan, setiap bulan ketika ada Posyandu sebulan.
f. Kebiasaan
menyapih umur :
Ibu mengatakan menyapih
anaknya saat usianya 2 tahun.
g. Pemberian
makanan tambahan PASI sejak usia:
Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak
pernah di berikan makanan pendamping ASI sampai usia 1,5 tahun karena anaknya
tidak mau.
h. Tanggapan
terhadap KB:
Tanggapan ibu tetang KB
cukup baik, ditandai dengan
keikutsertaan keluarga berencana. Ibu mengatakan mengikuti KB pil
setelah sebelumnya menjadi akseptor KB suntik 3 bulan karena berat badan
semakin bertambah akhirnyaa beralih ke KB Pil hingga sekarang
i. Pola
hidup :
- Makan : Dalam keluarga makan 3 x
sehari dengan menu nasi, lauk, sayur dan air putih 7-8 gelas perhari.
- Aktivitas : Sehari-hari Pak Slamet
adalah bekerja sebagai wiraswasta, mulai bekerja sejak pagi sekitar pukul 07.00
pagi sampai sore pukul 16.00
WIB, dan Bu wasti’ah menghabiskan waktu atau beraktivitas di rumah sebagai ibu
rumah tangga, mengurus rumah dan mengantarkan anaknya Nur
firdaus ke sekolah (TK)
- Eliminasi
: Tn.Slamet mengatakan kebiasaan buang hajat seluruh keluarga di jamban (leher angsa) milinya
sendiriyang terletak dibelakang rumah
j. Adat
kebiasaan, selamatan:
Tn.Slamet mengatakan
dalam keluarganya memiliki kebudayaan selametan, begitu juga dengan masyarakat
sekitar, seperti tingkepan, peringatan orang meninggal, dll.
k. Penggunaan
waktu senggang:
Tn.Slamet
mengatakan memilki waktu senggang, seperti malam hari atau ketika tidak sedang
bekerja, waktu tersebut ia habiskan untuk berkumpul bersama keluarga, atau mengobrol dengan tetangga
sekitar rumah.
l. Situasi
sosial budaya dan ekonomi:
Tn.Slamet mengatakan tidak pasti dalam penghasilan, yaitu
dalam seminggu kurang lebih Rp. 500.000,00 – 750.000,00
B. Data
Obyektif
a. Rumah
Luas : ± 8 x 10 m2
Jenis
rumah : Tersendiri
Letak : Berdekatan dengan tetangga, jauh dari genangan air
Dinding : Tembok
Lantai : Tegel
Cahaya : Terang
Jalan
angin/ ventilasi : Cukup
Jendela : Ada
Jumlah
ruangan : 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi
Asal : Sumur
Nilai
air : Bersih
Konsumsi
air : ±
30 liter/hari
Pembuangan
sampah: Tn. Slamet mengatakan bahwa mereka biasanya mengolah sampah dengan cara
membakar
b.
Jamban dan kamar mandi:
Tn.
Slamet mengatakan keluarga sudah
memiliki kamar mandi dan jamban sendiri
c. Pekarangan
dan selokan :
Pengaturan : teratur
Kebersihan : bersih
Air
limbah : kotor
d.
Peralatan pekarangan: tidak ada
e.
Kandang ternak : ada,
di belakang rumah
f.
Denah rumah dan keterangan
![]() |
|
|
|
Keterangan
:
1. Kamar
tidur
2. Kamar
tidur
3. Ruang tamu
4. Dapur
5. Kamar mandi
3.2 INTERPRETASI
DATA DASAR
3.2.1
Diagnosa
3.2.1.1
Diagnosa
I
Kesiapan
anak menuju sekolah dasar
Data
Dasar :
-
Usia anak 5 tahun
-
Ibu
mengatakan anaknya sekarang sudah TK
-
Makanan
pendamping ASI di berikan pada saat anak usia 1,5 tahun
dan menyapihnya pada usia 2 tahun
3.2.1.2
Diagnosa
II
Ketidaksadaran
keluarga tentang bahaya merokok
Data
Dasar :
-
Kurangnya
kesadaran tentang bahaya merokok
-
Merokok
sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga
-
Kurangnya
pengetahuan keluarga tentang bahaya merokok
-
Merokok didalam rumah meskipun ada anak
balitanya
3.3 PERUMUSAN
MASALAH
3.3.1
Diagnosa I
Kesiapan anak menuju sekolah dasar
3.3.2
DiagnosaII
Ketidaksadaran keluarga tentang
bahaya merokok
3.4 SUSUNAN
PRIORITAS MASALAH
Diagnosa
I : Kesiapan
anak menuju sekolah dasar
|
NO
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
|
1
|
Sifat
Masalah
Skala
:
Krisis
|
1/3x1
|
1/3
|
Usia
ini anak sudah mampu beradaptasi dengaan lingkungan, mampu mengemukakan
pendapat dan ide-idenya, serta mampu menyelesaikan masalah yang di temuinya
|
|
2
|
Masalah dapat diubah
Skala
: Hanya sebagian
|
1/2x2
|
1
|
Anak
mampu menyeimbangkan perilaku sosialnya dalam hal bermain dengan teman-teman
sebaya dan berkomunikasi dengan bapak ibu guru di sekolahnya
|
|
3
|
Potensial
masalah untuk dicegah
Skala
: Rendah
|
1/3x1
|
1/3
|
Peran
orang tua dalam pembentukan karakter dan emosional anak
|
|
4
|
Menonjol
masalah
Skala
: Masalah tidak dirasakan
|
0/2x1
|
0
|
keluarga
merasa keadaan tersebut adalah lumrah di alami oleh anak seusianya
|
|
|
Total
skala
|
|
1/3
|
|
3.4.1
Diagnosa II : Ketidaksadaran keluarga tentang bahaya merokok
|
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
|
1
|
Sifat
Masalah
Skala
:
Tidak / kurang sehat
|
3/3x1
|
1
|
Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan berpotensi
menjadi penyebab penyebaran penyakit kepada keluarga dan masyarakat sekitar,
terutama pda kehamilan dapat menyebabkan bayi terlahir dengan berat badan
kurang. Racun nikotin dapat mempengaruhi bahkan menghambat proses aliran
darah dari ibu kepada janin, akibatnya perkembangan bayi menjadi terhambat
|
|
2
|
Kemungkianan
masalah dapat diubah
Skala
: Tidak dapat
|
0/2x2
|
0
|
Keadaan
ini sulit diubah karena merokok
sudah menjadi kebiasaan dan tidak ada kemauan untuk merubah dari keluarga
|
|
3
|
Potensial
masalah untuk dicegah
Skala
: Cukup
|
2/3x1
|
2/3
|
Masalah ini dapt dicegah bila ada kemauan dari keluarga
untuk merubah kebiasaan
|
|
4
|
Menonjol
masalah
Skala
: Masalah tidak dirasakan
|
0/2x1
|
0
|
keluargaa
merasa keadaan tersebut telah berlangsung lama dan biasa saja, karena sudah menjadi kebiasaan
|
|
|
Total
skala
|
|
1 2/3
|
|
3.4.2
Prioritas Masalah
Berdasarkan analisa prioritas masalah menggunakan
rumus diatas, maka dapat disimpulkan urutan prioritas masalah sebagai berikut :
1.
Kesiapan anak menuju sekolah dasar
2.
Kesadaran keluarga tentang bahaya
merokok
3.5 PROSES
MANAJEMEN KEBIDANAN
3.5.1
Intervensi
Tanggal : 10 Februari 2015
Dx :
- Kesiapan anak menuju sekolah dasar,
sehubungan
dengan rendahnya pengetahuan orang tua tentang
tumbuh
kembang anak
- Ketidaksadaran keluarga tentang bahaya merokok, sehubungan dengan rendahnya pengetahuan orang tua
tentang bahaya merokok
Tujuan/criteria : -
Jangka pendek : Keluarga dapat mengerti tentang pentingnya memantau tumbuh
kembang anak dan dapat mengerti tentang bahaya merokok
- Jangka
panjang : Anak mampu berperan aktif dalam proses belajar dan bersosialisasi,
orang tua mampu mengerti tahapan tumbuh kembang anak dan juga keluarga menyadari akan bahaya merokok
serta mengurangi kebiasaan merokok
|
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1
2
3
4
5
6
|
Lakukan
pendekatan dengan keluarga
Kaji
kesiapan anak dan orang tua dalam memasuki sekolah dasar
Berikan
penyuluhan tentang :
o Tumbuh
kembang anak
o Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesiapan anak untuk memasuki sekolah Dasar
Kerjasama
dengan kader untuk memberikan penyuluhan tentang kesiapan anak memasuki
sekolah dasar
Berikan
penyuluhan tentang:
-
Bahaya yang menyebabkan pada kebiasaan merokok dan lingkungan di sekitarnya
Lakukan
kunjungan ulang
|
Keluarga
dapat kooperatif
Menegetahui
sejauh mana pengetahuan dan kesiapan ibu dalam mempersiapkan anaknya memasuki
sekolah dasar
Menambah
wawasan ibu balita tentang pentingnya memantau tumbuh kembang dan kesiapan
anak memasuki sekolah dasar
Untuk
mempermudah pemantauan
Menambah wawasan dan dapat merubah pola hidup
sehari-hari untuk tidak merokok
Untuk
mengetahui perkembangan keluarga.
|
3.5.2
Implementasi
|
Jam
|
Kegiatan
|
TTD
|
|
|
-
Melakukan pendekatan dengan
keluarga melalui bidan dan pada
ibu-ibu yang mempunyai anak balita dan pra sekolah dengan memperkenalkan diri dan bersikap
ramah
-
Mengkaji kesiapan anak dan orang
tua dalam memasuki sekolah dasar
-
Memberikan penyuluhan tentang:
o
Tumbuh Kembang anak :
-
anak secara emosional dapat cukup mandiri lepas
dari bantuan dan bimbingan orang dewasa.
-
tidak mengalami kesulitan untuk berpisah dalam
waktu tertentu dengan orang tuanya.
-
dapat menerima dan mengerti setiap tuntutan di
sekolah.
-
dapat mengontrol emosinya seperti rasa marah,
takut, dan iri.
-
dapat bekerjasama, saling menolong, menunggu
giliran untuk suatu tugas dan sebagainya.
o
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesiapan anak untuk memasuki sekolah dasar :
-
Kesehatan Fisik : Kesehatan yang baik dengan asupan
gizi yang seimbang sangat dibutuhkan untuk dapat menunjang kesiapan masuk
sekolah. Anak yang sehat akan lebih mudah mencerna pengetahuan yang di
ajarkan serta bersosialisasi dengan lebih baik, tampil gesit dan bersemangat,
baik dalam menerima informasi maupun dalam membina hubungan social dengan
guru seta teman-temannya.
-
Usia
: beberapa ahli mengatakan bahwa faktor usia sangatlah penting untuk
menentukan kesiapan anak masuk sekolah dasar. Menurut Janke, Comenius, Buhler
dan Hetzer dalam buku Nijmeegse Schoolbekwaamheids
Test (dalam Kustimah, 2008)
menganggap usia 6 tahun sebagai usia yang cukup matang untuk sekolah. Pada
usia ini umumnya anak telah memiliki perbendaharaan katayang cukup banyak,
memiliki kemampuan membayangkanseperti anak-anak seusianya, da[pat
mengemukakan secara verbal ide-ide dan pikiran-pikirannya serta organ-organ
indra danmotorik telah terkoordinasi dengan baik.
-
Tingkat
Kecerdasan: kecerdasan/inteligensi merupakan kemampuan seorang anak dalam
memahami instruksiverbal teoritis dan menyelesaikan tugas-tugas konkrit
praktis dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
-
Stimulasi tepat : Faktor lingkungan terdekat dengan
anak sangat berperan dalam menunjang kesiapan anak
untuk
memasuki sekolah dasar, sehingga potensi perkembangan anak yang dimiliki anak
dapat berkembang secara optimal. Orangtua dan guru memegang peranan yang
sangat penting dalam mengembangkan aspek-aspek yang sangat menunjang kesiapan
anak untuk sekolah meliputi semua
perkembangan baik perkembangan motorik kasar dan halus, perkembangan
social, perkembangan bahasa, perkembangan kognisi dan perkembangan emosi anak
-
Motivasi
: anak yang merasa bahagia biasanya memiliki motivasi baik untuk melakukan
sesuatu, serta umumnya melakukan kegiatan didasari oleh tujuan tertentu
-
Melakukan kerja sama dengan kader
dalam pemberian penyuluhan kepada ibu-ibu tentang kesiapan anak memasuki usia sekolah dasar
-
Memberikan Penyuluhan pada saat
POSYANDU tentang tumbuh
kembang anak
-
Memberikan penyuluhan kepada
kepala keluarga tentang bahaya merokok, yaitu :
® Dapat mengakibatkan penyakit dan menimbulkan bahaya
bagi lingkungan sekitar
® Mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernafasan
bagian atas pada anak balita, batuk, asma dan juga radang telinga
|
|
3.5.3
Evaluasi
Tanggal 10 Februari 2015
S = Ibu
mengatakan bahwa ia telah paham dengan penjelasan yang disampaikan oleh petugas
kesehatan.
O = Ibu dapat
mengulang apa yang telah disampaikan oleh petugas dan dapat menjawab pertanyaan
dari petugas.
A =
§ Kesiapan anak menuju sekolah dasar, sehubungan
dengan rendahnya pengetahuan orang tua
tentang tumbuh kembang anak.
§ Ketidaksadaran keluarga tentang bahaya merokok, sehubungan dengan rendahnya pengetahuan orang tua
tentang bahaya merokok
P = Kerjasama
dengan kader untuk melakukan penyuluhan, dan advokasi kepada tokma untuk mengadakan lintas program.
3.6 CATATAN
PERKEMBANGAN
|
NO
|
Kegiatan
|
TTD
|
|
1
2
|
Tanggal
11
Februari 2015,
jam 16.00 WIB:
- S:
Kepala keluarga mengatakan sudah mengerti tentang
pentingnya mempelajari dan memahami kesiapan anak
dalam memasuki sekolah dasar dan sudah mengerti tentang pengaruh merokok di dalam rumah untuk kesehatan
keluarganya, namun tidak bisa berhenti untuk tidak merokok
- O:
Kepala keluarga dapat
menjawab pertayaan yang diajukan
oleh petugas yang berhubungan dengan tumbuh
kembang anak dan pengaruh
merokok didalam rumah untuk kesehatan keluarganya
-A:
·
Kesiapan
anak menuju sekolah dasar, sehubungan dengan rendahnya pengetahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak.
·
Ketidaksadaran keluarga tentang
bahaya merokok, sehubungan
dengan rendahnya pengetahuan orang tua tentang bahaya merokok
- P: - Lakukan kunjungan lagi untuk memantau
perkembangan keluarga.
-
Kerjasama dengan kader dan bidan desa untuk memotivasi keluarga untuk tidak kebiasaan merokok di dalam rumah
Tanggal
13 Februari
2015
jam 16.00
WIB
S
: Ibu mengatakan sudah faham dan mengerti apa yang dijelaskan oleh tenaga
kesehatan.
O
: Keluarga mengikuti Penyuluhan dengan baik
A
:
·
Kesiapan
anak menuju sekolah dasar, sehubungan dengan rendahnya pengetahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak.
·
Ketidaksadaran keluarga tentang
bahaya merokok, sehubungan
dengan rendahnya pengetahuan orang tua tentang bahaya merokok
P
: Kerjasama dengan, tokma, bidan dan
kader desa untuk mengawasi
kebiasaan keluarga
|
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapaorang yang
terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan saling
ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) didalam keluarga terdapat
dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan perkawinan atau
pengangkatan, dihidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain
dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan (Jhonson R, 2010).
Keluarga merupakan bagian dari
manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Keadaan ini perlu kita
sadari sepenuhnya bahwa setiap individumerupakan bagiannya dan dikeluarga juga
semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.
Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,
organ maupun individu, yang biasa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang,
umur tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Rokok adalah benda beracun ynag
member efek santai dan sugesti merasa lebih jantan (Organisasi, 2007). Rokok
(tembakau) termasuk bahan atau zat adiktif sifatnya yaitu menimbulkan ketagihan
dan kecanduan (Hawari, 2004).
Selama PKT di desa Tuwiri Kulon
kecamatan Merak Urak, Kabupaten Tuban selama 14 hari sangat banyak mendapatkan
pengalaman dan pelajaran baru yang sebelumnya belum pernahada dan setelah di
lakukan asuhan kebidanan secara nyata, perilaku anggota keluarga sangat sulit,
tetapi pada kenyataannya keluarga bisa menerima penyuluhan yang di sampaikan
oleh petugas di temukan faktor penghambat dan faktor penunjang dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
4.2
Saran
-
Mahasiswa
Dapat
menerapkan antara teori dengan praktek dan dapat melaksanakan sesuai dengan
asuhan kebidanan
-
Pendidikan
Memperbanyak
sumber pustaka agar lebih mudah dalam penyusunan laporan dan menambah
pengetahuan
-
Lahan Praktik
Dapat
meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan meningkatkan
profesionalisme
-
Masyarakat
Dapat
memahami semua apa yang telah di sampaikan oleh mahasiswa PKT dan menerapkan
apa yang telah dipahami, meningkatkan kesadaran hidup sehat bagi diri sendiri,
keluarga, dan masyarakat sekitar.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Friedman M. 1998. Keperawatan Keluarga,
Teori dan Praktik. Jakarta : EGC
·
Setiawati, santun & Dermawan Agus
citra.2008, penuntun praktis, Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans info
media
·
Sylvia A.Price & Lorraine
M.Wilson.2006.Patofisiologi.Edisi 6.Vol 2.Jakarta:EGC
·
Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak.Jilid 1
·
Mansjoer, Arif.FKUI.2001, Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid 1 Edisi Ketiga.Jakarta:Media Aesculapius
·
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis
Obstetri.Jakarta: EGC
·
Prawirohardjo, Sarwono.2005.Ilmu
Kebidanan.Jakarta: YBP-SP
·
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu
Kesehatan masyarakat.Jakarta: PT Rineka Cipta
·
Syafrudin, SKM,M.Kes.2009.Praktik
Kebidanan Komunitas.jakarta: Trans Info Media
·
Sulistiyaningsih, W.2005.Kesiapan
Bersekolah Anak Ditinjau dari Jenis Pendidikan Prasekolah Anak dan Tingkat
Pendidikan Orang Tua.Jurnal Psikologia.Volume 01-Juni 2005.Universitas Sumatera
Utara.
·
Soemanto, w.2003.Psikologi
Pendidikan.Jakarta:PT Renika Cipta

